BAB 17

11.4K 933 111
                                    

Benjamin merengut sebal setelah ia berhasil merebut ponsel yang baru saja diminta paksa oleh Ashley.

"Tidak lucu, Monkey!"

Ashley meringis.

"Aku hanya membantumu menjawab pertanyaan yang sangat mudah dari kakakmu, Ben. Tidakkah kau lihat kebaikan hatiku?"

"Tapi kau tidak bisa melihat situasi dan kondisi saat ini,"

"Aku melihatnya. Bella bingung dan kau kesulitan menjawab. Jadi aku membantumu!"

"Maksudku bukan itu. Kau sedang bersamaku saat ini. Dimana saat ini pagi sudah menjadi malam. Aku tidak mau Bella memikirkan hal yang tidak-tidak padaku,"

"Kau bilang Bella wanita yang naif dan positif. Jika dia memiliki pikiran seperti itu seharusnya ia tidak memikitkan hal yang tidak-tidak padamu. Lagipula, kau yang memintaku kemari untuk menemanimu untuk bermain kartu. Kau lihat sendiri bukan?" Ashley menunjuk coretan spidol di bawah hidung yang menyerupai kumis dan lingkaran hitam di matanya yang terlihat sangat besar.

Rasa kesal yang tadi membuat Ben jengkel tiba-tiba sirna saat melihat wajah Ashley yang terlihat lucu dan mengerikan. Benjamin terkekeh sambil mendorong wajah Ashley.

"Kau sangat jelek, Monkey. Lagipula kau yang memaksa untuk datang kemari. Aku akan menjambak rambutmu jika kau masih memutar balikan fakta denganku...",

"Kau pasti tersentuh bukan? Aku datang kemari dan menemani laki-laki malang yang tidak bisa memasak makaroni panggang dan segelas susu" Ashley menggosok hidungnya bangga. "Apa aku sudah terlihat cukup pantas untuk menjadi istrimu yang menawan, Ben?"

"Enyahlah! Kau menggangguku, Monkey!"

"Tapi aku suka mengganggumu, Ben!"

*

Sebuah ketukan pintu membuat Bella terbangun. Rupanya sarapan pagi mereka sudah tiba. Sebelum ia membangunkan Arthur, Bella lebih dulu menggosok gigi dan mencuci wajahnya dari make up sisa semalam. Bella tertidur di sofa.

Bella membuka pintu kamar Arthur. Melihat pria yang sudah menjadi suaminya saat ini, membuat Bella kembali menutup pintu kamarnya. Bella tidak ingin membangunkan Arthur. Rupanya tidur pun tidak membuat kekesalannya sirna.

Sedetik kemudian, Bella kembali membuka pintunya. Merasa apa yang dilakukannya tidaklah benar. Bagaimanapun Bella telah menjadi istri Arthur fernandez. Pria dengan segala rahasia di dalam hidupnya. Ia tidak seharusnya berhenti melakukan kewajibannya. Apalagi, pernikahan mereka tidak terlihat nyata untuk Bella.

"Selamat pagi," sapa Bella saat tiba-tiba Arthur membuka matanya.

Arthur mencoba duduk. Ia bersandar di ujung ranjang dengan wajah masam. Seperti biasanya.

"Sarapan pagi baru saja tiba, apa kau mau langsung makan atau kau ingin aku mencuci wajahmu dulu?" Tanya Bela sambil merapikan selimut Arthur.

"Lakukan seperti biasa, Bella"

Tidak cukup lama bagi Bella untuk membersihkan wajah Arthur. Sekarang Arthur telah duduk di kursinya dan Bella berdiri di belakang Arthur seperti biasanya.

"Kau akan terus berdiri di belakangku, Bella?" Suara Arthur yang serak terdengar jelas di telinga Bella. "Jangan pernah melakukan hal yang membuatku terlihat seperti suami yang tidak memperhatikan istrinya makan..." kata-kata Arthur sesungguhnya ia ucapkan sebagai kalimat sindiran yang sengaja ia lontarkan pada Bella. Mengingat Bella tidak makan apapun semalam. "Duduklah di sampingku, dan nikmati sarapan bersamaku..."

Bella kembali merasa kesal dengan apa yang baru saja Arthur ucapkan. Pria itu benar-benar melakukannya dengan sengaja. Sudah jelas Bella menunggu Arthur untuk makan bersama semalam. Tapi yang Bella dapati adalah Arthur dengan wanita lain. Yang tidak lain adalah Rosaline, mantan tunangan Arthur.

MA BELLE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang