BAB 26

12.2K 1K 139
                                    

Suka gitu deh 😩 Dibilang nggak usah sama dendam ngevotenya😒 Aku kelimpungan tau 🤣 Pagi-pagi buka wp langsung deg-degan. Soalnya aku belum nulis part ini. Dan nulis part ini tuh hari ini banget! aku pikir tuh, ah paling semingguan baru tembus. Mau santai yekann niatnya. Eh, cuma semalem!😑Tapi untuk sekarang aku target 450 nih, biar ada waktu buat ngupiii☕ kenapa aku narget segitu, karena sebenernya yang baca banyak, tapi banyakan silent reade😌 tapi gak apa-apa. Pelan-pelan aja, sampai hati kalian tergerak sendiri untuk tetap vote tanpa aku minta.🥰 Happy reading semuanyaa!

*

Bella pernah memimpikan sesuatu di dalam hidupnya. Ia menginginkan sebuah keluarga yang utuh. Jika Bella memiliki seorang pasangan hidup, Bella ingin menghabiskan waktunya setiap hari bersama pasangannya. Setelah mengucapkan ikrar di depan pendeta, Bella bersumpah di dalam dirinya sendiri, jika ia akan mencintai pasangannya dengan tulus. Ia akan merayakan ulang tahunnya setiap tahun dengan membuat kue buatannya sendiri. Saaat perayaan halloween tiba, Bella akan membuat hiasan-hiasan dari labu bersama pasangannya, ia akan menyediakan permen dan coklat yang banyak untuk anak-anak yang mengetuk pintunya sambil berteriak 'Trick or treat'. Lalu, saat natal tiba, Bella akan menghiasi rumahnya dengan sederhana namun indah. Ia akan menghias pohon natal, membuat kue natal, dan membungkus kado natal sebagai bentuk rasa bahagianya karena bisa merayakannya bersama keluarganya.

Membayangkan semua nyatanya bisa membuat bella tersenyum. Tapi, mengetahui pernikahannya yang bukan dilandasi karena cinta, rupanya membuat Bella terbangun dari mimpi-mimpinya. Ia tidak bias menggapainya jika ia masih berada di lingkaran yang sama dengan pria bernama Arthur Fernandez. Bella terluka. Ia tidak sanggup mengabadikan setiap momen yang seharusnya ia lakukan setelah mengucapkan ikrar. Dan lebih parahnya—Bella jatuh cinta seorang diri.

"Kau menangis lagi?" suara Arthur berhasil membangunkan Bella yang rupanya sedang terlelap tidur.

Bella berjengit kaget saat menyadari pipinya telah basah karena air matanya. Bella menangis.

"maaf," kata Bella.

Kakinya merasa kesemutan karena ia terlalu lama memangku Arthur. Saat pria itu turun dari pangkuannya, Bella menggeliat dan menepuk-nepuk kakinya yang kesemutan.

"Jam berapa ini?" Tanya Bella sambil menatap jam di dindingnya. "Sepertinya aku tertidur terlalu lama,"

Bella beranjak menuju dapur kecilnya dan mengambil segelas minuman. Ia menyadari ada sepasang mata yang sedang menatapnya sejak ia membuka matanya tadi.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Bella canggung.

Arthur terlihat menikmati pemandangan di depannya yang masih terlihat baru. Ia memandang Bella sambil tersenyum.

"aku menyukai pemandangan disini," kata Arthur tenang.

Melihat Arthur tersenyum membuat perasaan Bella yang buruk menjadi semakin sedih. Apalagi setelah memimpikan hal yang diimpikannya selama ini yang ternyata tidak bisa diwujudkannya. Bella benar-benar terlihat menyedihkan.

"Aku sudah memberimu kesempatan untuk beristirahat sejenak. Sekarang bisakah kau pergi dari sini?"

"kau mengusirku?"

Bella menunduk, ia tidak berani menatap Arthur.

"Kita sudah membiacarakannya tadi..." kata Bella singkat.

"Bella..."

"Jika kau bersikeras untuk tidak pergi dari sini, biar aku yang pergi dari sini.."

"ini rumahmu kenapa kau harus pergi dari sini, Bella!" larang Arthur pada akhirnya. "Aku akan pergi, tapi aku akan menemuimu lagi nanti!"

MA BELLE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang