Terimakasih untuk yang sudah bersedia menunggu. Karena masih momen lebaran, aku mau mengucapkan minal aidzin walfaidzin, selamat lebaran buat yang merayakan. Semoga kita dipertemukan di ramadhan berikutnya.
Sebelumnya aku minta maaf karena sudah menghilang untuk beberapa waktu. Mungkin ada sebulanan lebih. Mungkin kalian nggak pengin tahu alasan kenapa aku cukup lama nggak updet. Tapi karena aku menghormati kalian sebagai penikmat karyaku, jadi aku memiliki keinginan untuk akhirnya menyampaikan alasan-alasan menghilangnya aku. Mungkin untuk yang sudah follow Ig aku @boueberry sebagian udah tahu, kenapa aku nggak bia updet cukup lama ya...
Aku disibukan menjaga kedua orang tuaku yang sakit. Yang dimana aku seorang diri disini. Anak2q terbengkalai aku titip2kan ke tetangga. Aq dari pagi sampai malam jaga disana. Diruangan berbeda, aku mesti bolak balik antara ruangan ayah dan ibuku. Capee,,,,
Dan ayahku kebetulan disayang banget sama Allah, jadi baru aja diambil sekitar dua minggu yang lalu setelah menjalani operasi empat kali. Aku sebenarnya sudah kehilangan rasa ingin melanjutkan tulisanku, nggak ada semangat sama sekali,
Sebenarnya aku gatau aku lagi ngomong apa saat ini. Aku hanya mengatakan apa yang ingin aku sampaikan, semoga kalian mengerti. Udah itu aja...kalau pikiranku sudah benar-benar jernih mungkin ucapanku bakal tertata lagi.
Jika kalian lupa cerita ini kalian bisa membaca part sebelumnya ya...
**
"Apa kau yang melakukannya?" tanya Bella ragu-ragu.
"Katakan lebih jelas, Bella..."
"Kau yang meminta seseorang untuk menemui adikku dan..." Bella menahan napasnya sesaat. "Dan memberikannya sebuah kunci rumah?"
"Kau sudah mengetahuinya?"
"Benjamin baru saja menghubungiku..."
"Lalu?"
" Jadi benar? Kenapa?"
"Aku sudah mengatakannya padamu, Bella. Aku bisa melakukan semuanya. Dan aku bisa mengabulkan semua keinginan kecilmu itu..."
Bella mengepalkan tangannya. Sedikit tersinggung karena ucapan Arthur yang mengatakan jika sebuah rumah yang layak adalah keinginan kecil bagi Arthur. Pria itu memandang rendah Bella secara tidak langsung.
"Kau menginginkan sebuah rumah yang bisa kau tinggali bersama adikmu. Dan aku membutuhkan seorang pendamping untuk berada disisiku. Aku memberimu hadiah kecil karena kau bersedia menerima lamaranku waktu itu, dan..."
Bella menarik napas dan mengamati setiap perkataan Arthur. Ia perlu meluruskan sesuatu.
"Mari, kita bicarakan lebih jelas tuan Arthur fernandez!"
Arthur dan Bella duduk berhadapan dengan selembar kertas di depannya. Bella membutuhkan waktu untuk membuka percakapan mereka beberapa menit yang lalu.
"Kenapa kita tidak membuat kesepakatan bersama saja?"
"Aku hanya membuat kesepakatan dengan orang yang menghasikkan, Bella. Apa kau pikir aku sedang memanfaatkan keadaanmu?"
"Kenapa? Apa aku tidak bisa?"
"Tentu saja tidak bisa, Bella"
"Kenapa?"
"Karena kau hanya seorang Bella weston"
"Lalu apa yang kau pikirkan sampai-sampai kau melamar seorang Bella weston, Arthur?!"
Damn! Arthur sangat suka mendengar Bella menyebut namanya dengan lugas. Sehingga tanpa sadar, bibinya melengkung ke atas. Arthur tersenyum kecil.
"Hanya ingin..." jawabnya singkat. "Biar kuperjelas lagi. Aku memintamu untuk belajar mencintaiku. Dan aku memintamu untuk menjadi istriku. Tidakkah itu cukup bagimu untuk melihat kesungguhanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MA BELLE (END)
RomansaCERITA DEWASA Bella Weston terpaksa menjalani hari-harinya untuk bekerja pada pria buta dan lumpuh karena harus menggantikan tugas Doris, rekan kerjanya. Bella tidak pernah berpikir jika keputusannya untuk tinggal di rumah megah milik Arthur Fernand...