"Apa kau sedang berencana melarikan diri dariku, Bella?"
"Aku tidak mengerti maksudmu" jawab Bella terbata. Ia menurunkan pandangannya dan tidak berani menatap Arthur.
Bella tidak berani menatap mata pria itu. Semuanya terasa baru untuk Bella. Jika saja Bella mengetahui kebenarannya dari awal, ia tidak akan merasa seperti ini. Bella seperti ditelanjangi ketika Arthur menatapnya. Bukan hanya itu, ia juga tidak tahu bagaimana bisa Arthur datang kemari tanpa memberitahunya lebih dulu. Dan bagaimana bisa Arthur menemukannya.
"Kau menolak pemberianku dan memilih tinggal di tempat seperti ini?" Arthur memperhatikan langit-langit apartemen yang sudah tidak layak pakai. "Sepertinya kau benar-benar berpikir aku tidak akan bisa menemukanmu jika kau meninggalkan rumah barumu, Bella"
"Aku tidak bermaksud seperti itu,"
"Tapi kau melakukannya..."
Bella meremas tangannya sendiri. Tiba-tiba tangannya berkeringat. Ia benar-benar terkejut dengan kedatangan Arthur beserta pertanyaan-perntanyaan yang Arthur ajukan kepadanya.
"Aku tidak bisa menerimanya. Aku berniat mengembalikannya padamu. Jadi aku mengajak Benjamin untuk pergi dari rumah itu...."
"kenapa?"
"Aku ragu kau akan menerima jawabanku dengan baik..."
"Kau bisa mengatakannya lebih dulu, Bella"
Bella memberanikan diri menatap Arthur. Perlahan tapi pasti, mata Arthur yang tajam sepertinya juga sedang menantikan mata Bella. Sehingga saat mata mereka bertemu, Bella dan Arthur sama-sama terdiam untuk beberapa saat.
"Akhirnya kau menatapku..." Arthur menaikan satu alisnya. "Jadi Bella, apa yang menurutmu akan membuatku ragu untuk menerima jawaban darimu jika kau belum mengatakannya padaku?"
"Aku—aku ingin mengakhiri semuanya." Akhirnya Bella memberanikan dirinya sendiri untuk mengatakan niat hatinya. "Aku ingin mengembalikan rumah itu padamu jika memang rumah itu adalah alasan utama tentang hubungan ini..."
"hubungan apa yang kau maksud, Bella?"
"Hubungan kita—yang tidak masuk akal!" Bella menghela napasnya berat. Ia sedih mengungkapkannya tapi jika memang ini yang harus dilakukannya untuk tidak membuatnya terluka lebih dalam lagi, Bella akan melakukannya. "Aku akan menganggap semua hal yang terjadi antara kau dan aku tidak pernah ada. Aku mengembalikan rumah itu, dan aku akan berhenti dari pekerjaanku. Aku juga tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana caranya aku mengembalikan semua hal yang telah kau berikan padaku. Aku tidak tidak mengambil sesuatu yang berharga darimu, jadi kuharap kau bisa menghargai keputusanku..."
Mendengar gagasan Bella yang cukup panjang. Rupanya tidak bisa membuat Arthur menerimanya.
"Bagaimana denganku, Bella? Apa kau melupakan semua itu?"
"Apa maksudmu?"
"Apa kau tidak memikirkan matang-matang tentang keputusan yang telah kau ambil?"
Arthur mengetuk-ngetuk jarinya ke kursi dengan santai. Rambut Bella yang diikat sembarang, kaos oblong dan celana pendek adalah sesuatu yang baru di mata Arthur. Bella terlihat sangat berbeda ketika mengenakan pakaian santainya di rumah. Wanita itu terlihat lebih manis dan—menggoda. Kaki Bella yang putih pucat, leher Bella yang terlihat sangat lezat untuk disesap—sepertinya membuat pikiran Arthur teralihkan ketika niatnya datang kemari untuk memarahi Bella. Tiba-tiba berubah menjadi rasa ingin menikmati Bella.
Bella tidak seksi. Bella juga tidak secantik Rosaline, mantan tunangannya. Lalu bagaimana bisa wajah sepolos Bella bisa mengusik Arthur yang memiliki standar kecantikan tersendiri. Sebagai seorang professional, Arthur jelas terbiasa dengan insting yang dimilikinya. Akan tetapi, Bella pengecualian. Wanita itu berbeda. Sehingga Arthur tidak bisa berhenti menatap bahkan memikirkan Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
MA BELLE (END)
RomanceCERITA DEWASA Bella Weston terpaksa menjalani hari-harinya untuk bekerja pada pria buta dan lumpuh karena harus menggantikan tugas Doris, rekan kerjanya. Bella tidak pernah berpikir jika keputusannya untuk tinggal di rumah megah milik Arthur Fernand...