• 20 •

2.3K 353 57
                                    

                       
            

🔹
🔹
🔹
🔹
🔹

"ELLE"

🔹
🔹
🔹

written by:
@yona_fitria

🔹
🔹
🔹

♥ jangan lupa VOTE sebagai apresiasi ♥
♥ butuh komentar, bukan hanya NEXT ♥
♥ maaf untuk kata-kata kasar ♥
                    

Latar, alur, dan penokohan dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka.
Sengaja dibuat/ditulis untuk kebutuhan cerita, tanpa ada maksud untuk menyinggung pihak manapun.
             
        
              

Happy Reading

🔹
🔹
🔹
🔹
🔹
            
            

"Seperti gunting yang membutuhkan dua pisau,
bersandarlah padaku.
Aku tahu kamu selalu ada di belakangku,
dan kamu tahu aku selalu di belakangmu juga."

(The Ark - The Light)
              
                

🌻🌻🌻🌻🌻
             
                  

"Kamu gapapa?"

Mengangguk yakin, Lisa kemudian mengait lengan Max dan menariknya menjauh. Pintu bercat coklat itu, Lisa merasakan aura gelap dari dalam ruangan yang ada di baliknya. Ini sudah yang kedua kalinya Lisa mengunjungi ruangan itu, ruang BP.

"Maunya apa sih sebenernya?!" desis Max.

Lisa melirik sang kakak, mengulum senyum saat melihat raut khawatir bercampur kesal di sana.

"It's okay, Max." diusapnya lengan Max. "Salah satu hal yang dia pengenin itu perhatian kita, so we just need to ignore her."

Max terkekeh mendengar ucapan Lisa. "You know exactly what to do, seperti biasa." bangganya.

"Agak gak ngerti sama jalan pikirannya." keluh Lisa. "Ya kali image buruknya langsung hilang gara-gara deket sama aku."

"Mungkin dia mulai putus asa." terka Max. "Soalnya aku denger murid-murid mulai nge-hate dia dengan terang-terangan, udah hampir gak punya temen."

Lisa mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban, sedikit malas untuk membahas tentang kehidupan Yoojung lebih jauh. Cukup sudah satu jam lamanya ia mendengar ceramah Bu Kwon, ia juga sudah muak mendengar nama gadis dengan rambut gelombang itu.

"Kok----"

"Kita langsung pulang." potong Max. "Sehun sama Taehyung udah aku suruh duluan, mereka pulang ke rumah kita." sambungnya.

"Bukannya kelas dua sama kelas tiga tetap belajar sampe jam dua-belas ya?" Lisa melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Masih jam sebelas kurang sepuluh loh."

"Aku udah ijin." sahut Max, dieratkannya pegangan tangannya dan Lisa. "Awas, licin." peringatnya.

Lisa ber-oh ria, berjalan dengan hati-hati menyusuri anak tangga yang sedikit tertutup salju sisa malam tadi. Sebelah tangannya berada digenggaman sang kakak, sementara tangannya yang bebas memeluk lengan Max posesif.

✿ ELLE ✿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang