38 || Olimpiade

12.3K 831 100
                                    

Seseorang memang sangat perlu bekerja keras untuk bisa mencapai mimpi dan tujuannya, begitu juga dengan Alin. gadis cantik bersurai cokelat tergerai itu tengah sibuk mengajari Novan rumus-rumus inti yang akan sangat diperlukan di olimpiade fisika yang akan diadakan besok.

"Yang ini gimana sih?! Gue gak ngerti, susah!" ketus Novan mulai muak dengan semua buku-buku tebal yang ada dihadapannya.

Alin yang tengah sibuk mencatat latihan soal yang akan dipelajarinya pun menoleh pada Novan, "oh yang ini, gampang kok" ucap Alin, lalu mulai menjelaskan materi yang tidak Novan mengerti barusan.

"Gimana udah paham belum? Kalo belum paham gue bantu jelasin lagi" tanya Alin, Novan menggeleng cepat.

"Halah.. Ini doang gampang!! udah ngerti banget gue" jawab Novan dengan wajah angkuh.

"Syukur deh! itu artinya lo gak begok-begok banget jadi orang!" ujar Alin lalu kembali sibuk melanjutkan pekerjaan menulisnya yang sempat tertunda.

Novan memejamkan matanya beberapa saat menahan kesal, sebelum kembali membuka matanya bersamaan dengan hembusan nafas berat yang cowok itu keluarkan. saat hendak menjawab perkataan Alin, Novan justru langsung mengernyitkan dahinya menatap pintu lab tempat mereka berdua berada tiba-tiba terbuka dari luar.

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam" sahut Alin kemudian menoleh pada pintu lab.

Dipintu pintu itu berdiri Fadlan yang matanya terfokus menatap Novan tajam, benar-benar menunjukkan rasa ketidaksukaannya kepada salah satu muridnya itu.

"Pak ada apa? ada yang bisa kami bantu?" tanya Alin memecah keheningan.

Fadlan mengerjapkan matanya terkejut, dia lupa saat ini bukan hanya ada dirinya dan Novan tetapi juga ada Alin yang menatapnya penuh keheranan.

"Kalo gak ada perlu apa-apa sama kita berdua, mending pergi aja!" ketus Novan, dia juga tidak suka pada guru bernama Fadlan itu.

Entah masalahnya apa, yang jelas Novan tidak menyukai Fadlan gara-gara guru itu sering membentak dan juga menatapnya tajam seolah-olah Novan adalah musuhnya dan bukan seorang murid yang perlu diayomi.

"Novan... gak sopan" bisik Alin pelan, namun penuh penekanan.

Novan berdecak kesal, lalu mengacungkan jari tengahnya pada Fadlan, "Novan!" bentak Alin, takut jika suaminya itu sampai terkena masalah diBK karena bersikap tidak sopan kepada Fadlan.

"Apaan sih? brisik!" sinis Novan, kemudian memilih beranjak dari ruang lab meninggalkan Alin dan Fadlan.

Melihat kelakuan Novan, Alin hanya bisa menghela nafas panjang. gadis itu berdiri dengan kaku, seraya menatap Fadlan sungkan.

"Maaf ya pak, dia emang suka kayak gitu anaknya" ucap Alin pada Fadlan.

Fadlan mengangkat kedua bahunya acuh, "kamu kok mau si deket-deket sama cowok urakan kayak dia?" tanya Fadlan.

Alin menggaruk tengkuknya bingung harus menjawab pertanyaan Fadlan bagaimana, "ehmmm itu pak, dia partner saya di olimpiade fisika nanti" jawab Alin.

"Kok bisa?bukannya bu Dewi sudah memilih Kiano untuk menjadi partner kamu di olimpiade Fisika nanti. lagian anak ips gak jelas plus urakan seperti Novan itu bisa apa? sok-sok an mau ikut olimpiade segala, paling mentok-mentok cuma bikin nama SMA Wismaraja malu!" ujar Fadlan menusuk.

Alin mengepalkan tangannya dibalik rok abu-abu yang dipakainya, meski Novan memang tidak sepintar Kiano tapi Alin merasa Fadlan terlalu melebih-lebihkan ucapannya dalam menjelek-jelekkan nama suaminya itu.

RENOVAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang