14 || Mangga

21K 1.1K 61
                                    

"Mana ada yang jualan mangga, dimusim duren kayak begini!"

Jefri tak henti-hentinya menggerutu kesal, hingga orang-orang yang melihat cowok itu memberikan tatapan aneh kepada nya. ditengah keramaian pasar, cowok itu terus berjalan tanpa arah. tujuannya hanya satu, yaitu penjual buah mangga. tapi entahlah dimana letaknya, Jefri sendiri juga tidak tau.

Pasar adalah pilihan terakhir setelah banyaknya supermarket dan toko buah yang ia kunjungi, tak ada satupun yang menjual mangga. dan alasan yang mereka katakan selalu sama yaitu "gak ada mangga mas, adanya duren. kenapa gak duren aja mas, kan lagi musin duren"

Jefri masih terus berjalan dengan mata yang sudah menjelajah kemana-mana. fokusnya teralih kan hingga akhirnya....

Bruk...

"Auw... " Jefri meringis seraya memijat pantatnya yang sudah mencium tanah.

Ia terpeleset karna tidak sengaja menginjak genangan air, baju dan celananya sudah tidak berbentuk lagi. semua anggota tubuhnya kecuali kepala sudah ternodai oleh lumpur. Sial!! hanya kata itulah yang cocok untuk keadaan Jefri sekarang.

Pasalnya bukan hanya sakit dan kotor tapi juga malu, sekarang cowok itu sudah menjadi tontonan gratis para ibu-ibu yang berbelanja. gelak tawa mengejek dari mereka semakin membuat pipi Jefri memerah karna malu.

"Pengen jadi ironman!" jerit Jefri dalam hati.

*****

Sekarang Alin tengah bersantai-santai dengan nyaman diatas karpet beludru diruang keluarga. mulut gadis itu tak henti-hentinya mengunyah snack rasa mangga yang beberapa menit yang lalu dipesan Alin lewat aplikasi online.

"Abang kemana sih?! Lama banget! Keburu kenyang nih!"

Alin mendengus kesal. saat gadis itu hendak menelfon sang kakak, dia baru sadar jika handphone nya sudah kehabisan daya.

"Ih nyebelin!! kenapa harus abis sekarang cobak?! gak tepat waktu banget"

Sepuluh menit berlalu, setelah kenyang menghabiskan snack miliknya. mata Alin mulai mengantuk, dia melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 12 siang.

"Eugh... "

Alin berdiri hendak kembali kedalam kamarnya, namun suara ketukan pintu membuat nya berbelok menuju pintu.

"Kenapa pake ketok segala sih Ndi?! kan gue udah bilang langsung masuk!"

Gerutu Alin setelah membukakan pintu, tanpa melihat siapa orang yang telah mengetuk nya terlebih dahulu. gadis cantik itu malah sibuk mengucek-ngucek matanya yang sudah sangat tidak kuat menahan kantuk.

"Maaf... " ucap seseorang yang tadi mengetuk pintu.

Alin langsung menurunkan tangannya dari mata dan langsung membelalak saat menyadari bahwa orang itu bukanlah Indi. Sungguh sekarang Alin merutuki dirinya sendiri, karena telah ceroboh membuka pintu tanpa melihat siapa yang datang dari kaca jendela terlebih dahulu.

"Nak boleh saya..."

"Pergi!" bentak Alin, membuat wanita didepannya terkesiap.

"Tunggu dulu nak, ada yang harus tante omongin dulu sama kamu" ujar wanita itu memohon.

"Saya tidak ingin mendengar apapun dari anda!"

RENOVAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang