"Alin hamil" lirih Jefri, ia semakin mengeratkan pelukannya pada Indi yang kini juga ikut terisak.
"Aku harus apa ay?" tanyanya sarat akan kekecewaan.
"Kenapa Alin bisa lupa batasan kayak gini?" lanjutnya.
Indi melepaskan pelukannya, ia menatap lekat manik mata berwarna coklat milik kekasihnya.
"Kamu percaya Alin ngelakuin itu?"
Detik itu juga Jefri menggelengkan kepalanya cepat, dia yakin adiknya tidak akan melakukan hal bodoh yang akan menghancurkan semua mimpi-mimpinya.
"Aku yakin Alin gak bakal ngelakuin itu, aku udah ngerawat dia dari sejak kecil. aku tau banget sifat dan mimpi-mimpinya, mustahil buat Alin ngelakuin hal serendah itu" ujar Jefri
yakin.Indi tersenyum penuh arti, presepsinya tentang lelaki didepannya ini memang tidak pernah meleset. Indi sama yakinnya seperti Jefri, Alin tidak akan pernah melakukan hal yang akan mengecewakan abangnya sendiri. jefri itu hidup Alin, dan Indi tau betul tentang itu.
"Kita liat keadaan Alin dulu ya" usul Indi dan Jefri mengangguk setuju.
"Harus tenang! Jangan emosi!" pesannya penuh penakanan, dan lagi-lagi Jefri hanya menganggukinya.
****
Bunyi decitan pintu yang perlahan terbuka bersamaan dengan munculnya Jefri dan Indi dari balik pintu, membuat Alin seketika mengulum senyum yang memperlihatkan lesung pipitnya.
"Abang!" panggilnya.
Indi berlari menghampiri Alin dan duduk dikursi yang tersedia disamping ranjang. kedua tangannya tak tinggal diam, ia mengelus lembut kedua tangan Alin yang sekarang sudah terasa dingin.
"Alin lo udah sadar?" tanya Indi dengan raut cemas yang sangat kentara diwajahnya.
Alin mengangguk, "makasih ya udah nganterin gue kesini, maaf ngerepotin" tuturnya merasa tidak enak.
"Lo ngomong apa sih Lin, lo lupa kalo didalam persahabatan gak ada kata maaf dan terima kasih. lo bikin gue sama temen-temen yang lain khawatir tau gak?" ucap Indi kemudian kembali memeluk Alin erat.
"Gue gak papa kok"
Indi melepaskan pelukannya dan beralih menatap Jefri yang masih setia berdiri dibelakangnya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
"Bang" panggil Alin dengan mata berbinar.
Plak......
Satu tamparan keras dari Jefri mendarat mulus dipipi kiri Alin, gadis itu hanya meringis merasakan panas pada bekas tamparan yang diberikan oleh sang abang.
"Ay!!" bentak Indi.
"Kenapa kamu ngecewain abang dek?!!"
"Kenapa?! Bukannya selama ini abang selalu ngasih apapun yang kamu minta? abang juga selalu nurutin apapun yang kamu mau, tapi kenapa kamu ngelakuin ini sama Abang?!" terselip nada kecewa disetiap kata yang terlontar dari mulut Jefri.
Sementara Alin hanya menggelengkan kepalanya dengan air mata yang entah sejak kapan sudah lolos jatuh dari pelupuknya.
"Ay tenang, kita bisa bicarain baik-baik" ucap Indi menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENOVAN (END)
RomanceRenovan Dafa Septian & Alina Syafa Damara Dua orang asing yang tiba-tiba terikat dalam sebuah pernikahan. Novan yang memiliki sifat dingin dan tak tersentuh, kadang merasa bahwa Alin adalah penghambatnya untuk menikmati masa-masa remajanya. sementar...