Novan berdiri didepan pintu ruangan tempat Alin tengah ditangani oleh para dokter dengan perasaan hancur lebur, ia bahkan tidak lagi menghiraukan para anggota Alvaros yang saat ini tengah menatapnya penuh keheranan karena melihat bos mereka yang selama ini selalu terlihat garang dan kejam hari ini menangis hingga kedua matanya sembab dan memerah.
"Gue yakin bini sama calon anak Lo pasti akan baik-baik aja" Samuel merengkuh tubuh sahabatnya itu dengan tulus, ia tau Novan sedang hancur sekarang namun jika lelaki itu terus-menerus menangis maka kesehatannya pun pasti tidak akan baik.
"Gue gak becus jadi suami, Sam!" ujar Novan parau.
"Lo emang gak becus! kalo gue jadi Jefri, udah gue jorokin Lo kedalem jurang sekarang!!" celetuk Zidan bercanda, agar suasana tidak terlalu mencekam.
"Gue juga, kalo gue yang jadi abangnya si Alin, udah gue cincang Lo buat makanan harimau!!" tambah Samuel ikut mencairkan suasana.
"Anj*ng Lo berdua!!" umpat Novan seraya menendang tulang kering Samuel.
"Maaf, bisa berbicara dengan keluarga pasien?" tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan Alin.
"Bisa dok, saya suaminya!!" Novan mendekat kearah sang dokter dengan wajah cemas.
"Suami bejat!" cetus Samuel membuat Novan langsung menatapnya tajam.
"Gimana keadaan istri saya dok? dia baik-baik aja kan dok? terus baby saya gimana? sehat-sehat aja kan dok didalam perut mamanya?? pliss bilang iya dok...saya gak mau ya dokter bilang mereka berdua kenapa-kenapa.." Novan mencecar sang dokter dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi mengganggu pikirannya, dan ia tidak berharap ada jawaban lain dari sang dokter selain kata iyaa.
"Tenang pak sabar, keadaan pasien dan kandungannya semua baik-baik saja. namun persentase kemungkinan untuk istri anda sembuh dari luka tusuk yang hampir 80% memenuhi tangan dan juga permukaan perutnya, itu mungkin akan sangat membutuhkan waktu yang cukup lama" ucap sang dokter, membuat Novan bingung harus berekpresi seperti apa. ia senang mendengar keadaan istri dan calon anak mereka baik-baik saja, namun kenyataan bahwa Alin masih harus menerima pengobatan lebih lanjut, hal itu cukup mampu membuat hatinya semakin diliputi oleh rasa bersalah.
"Pasien masih belum siuman, namun jika anda ingin menemuinya silahkan masuk. saya pamit permisi keruangan saya dulu" lanjut sang dokter lalu pergi meninggalkan mereka bertiga menuju ruangan kerjanya.
"Masuk sono! biar gue sama Samuel nunggu disini aja" ujar Zidan, membuat Novan menganggukkan kepalanya dan masuk kedalam ruangan Alin.
"Maaf,"gumam Novan saat dia sudah duduk disamping ranjang tempat istrinya tengah terbaring lemah dengan selang infus dan juga banyaknya luka yang menghiasi tubuhnya.
"Gue gak becus jagain Lo sama baby..." lirihnya dengan nada suara parau, satu tangannya terangkat mengelus perut buncit Alin yang juga terdapat luka sayatan dimana-mana karena ulah wanita psikopat itu.
"Ayo bangun! marahin gue, tampar gue, maki gue, hukum gue, lakuin apapun yang mau Lo lampiaskan selama ini sama gue sekarang. gue cuma mau lo bangun Lin, jangan kayak gini, rasanya dunia gue bener-bener hancur berantakan ngeliat keadaan Lo sekarang" air mata lelaki itu pun mengalir deras tanpa bisa dia tahan lagi, dadanya terasa sangat sesak melihat bagaimana keadaan istrinya saat ini.
Separuh dari hidupnya terasa dicabut dengan paksa saat dia harus melihat gadisnya menanggung rasa sakit atas kesalahan yang tidak pernah dilakukanya, sehingga dia harus mendapatkan perlakuan tidak bermoral ini.
"Lo mau gue nyerah kan Lin? oke.. gue akan ngelakuin itu kalo bangun sekarang juga"
"Gue janji setelah Lo sadar, meski dengan berat hati sekalipun gue akan tetap nurutin permintaan Lo itu. gue janji Lin, gue akan pergi dari hidup Lo, lo akan bebas dari hubungan toxic ini. dan Lo pasti akan merasa sangat bahagia gak ngeliat muka gue lagi, gue akan pergi jauh Lin, jauh....sampe Lo gak akan pernah lagi ngeliat muka menyebalkan gue ini," Novan meraih sebelah tangan Alin yang terbebas dari selang infus dan menggenggam tangan mungil itu dengan penuh kelembutan.
"Tapi kalo lo mau gue ngelakuin itu semua, Lo harus sadar sekarang. Lo harus bangun, buka mata lo, tatap gue!"
"Jangan kayak gini Lin, lebih baik gue yang harus menderita tapi jangan Lo dan baby..." ujar Novan lalu kemudian menyembunyikan wajahnya diceruk leher sang istri dan menangis tersedu-sedu, setelah mengatakan semua hal yang tidak pernah dia bayangkan bagaimana menjalaninya nanti. mungkinkah dia bisa meninggalkan Alin yang kini sudah menjadi pusat dari semesta dihidupnya.
"Maka sekarang tepatin janji lo..." suara itu membuat Novan kaget dan mendongakkan kepalanya menatap pada sumber suara itu berasal. dan setelah ia melihat mata indah milik Alin itu perlahan terbuka, Novan langsung menyunggingkan senyum lebarnya seraya menghapus jejak air mata yang berada di pipinya.
"ALIN LO SADAR?! gue panggilin dokter dulu ya?" heboh Novan seraya mengangkat tangannya hendak menekan tombol nurse call, namun terhenti saat sebuah tangan mungil milik Alin mencegah pergerakannya.
"Kenapa? ada yang sakit? atau Lo butuh sesuatu? ayo bilang aja, biar gue yang ambilin" tanya Novan heran, Karena melihat mata gadis itu mulai basah oleh air matanya sendiri.
"Hey kenapa? kok nangis? gue panggilin dokter ya?"
Alin menggelengkan kepalanya pelan, "pergi dari sini, tepatin janji lo sekarang. semua udah selesai, dan gue mau Lo pergi sejauh mungkin dari hidup gue!" ucap Alin seraya memalingkan wajahnya enggan melihat kearah Novan sedikit pun, sudah cukup semua luka dan rasa sakit yang sudah dia terima selama hampir 6 bulan terakhir ini.
Hati dan mentalnya benar-benar sudah rusak dan hancur karena terjerat dalam hubungan toxic yang sangat menyiksanya.
"Lin, gue..."
"Cuma cowok pengecut yang gak mau nepatin janjinya, meskipun gue tau betul Lo emang cowok brengsek! tapi setidaknya Lo masih harus punya urat malu buat enggak mengingkari janji lo untuk yang kesekian kalinya!!" sarkas Alin saat Novan hendak mengeluarkan kata-kata pembelaannya.
Novan hanya bisa diam membisu, ia sudah tidak punya kesempatan lagi untuk memberikan pembelaan. seraya tersenyum tulus menatap wajah cantik istrinya, Novan memilih menganggukkan kepalanya meskipun terasa sangat berat.
"Iya, maafin gue. banyak banget janji yang udah gue ingkarin sama Lo, tapi untuk yang kali ini gue pasti akan nepatin janji itu. Whatever makes you happy, I Will definitely do it," ujar Novan dengan bibir yang tetap berusaha menyunggingkan senyum meski hatinya benar-benar merasa sangat hancur.
"Jaga diri Lo sendiri dan kesehatan baby ya... gue emang bukan papa yang baik buat dia, tapi yang gue tau Lo adalah mama terbaik yang sangat sempurna buat baby" Novan mencium kening Alin dan beralih mencium permukaan perut buncit Alin yang terlapisi oleh perban itu dengan waktu cukup lama.
"Sampai ketemu diwaktu yang tepat, meskipun gue yakin Lo gak akan pernah berharap pertemuan itu ada" ucap Novan sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan Alin dengan air mata yang kembali mengalir karena merasa benar-benar hancur berantakan.
Begitu juga dengan Alin, gadis itu menggigit bibirnya berusaha meredam suara tangisnya sendiri yang semakin terdengar jelas memenuhi ruangan.
Hari ini Alin mengambil keputusan besar dalam hidupnya, bukan hanya tentang dia dan Novan, namun juga tentang calon anak mereka yang bahkan masih belum lahir dan melihat dunia. memilih mengakhiri segala rasa sakit dan juga berbagai lembaran kekecewaan yang menggerogoti fisik dan juga mentalnya setiap hari.
Menepis semua bayang-bayang buruk tentang masa depannya yang mungkin akan segera menjadi single parents yang membesarkan anaknya sendiri tanpa campur tangan sosok suami disisinya.
"Maafin mama, mama egois..." ucap Alin lirih seraya mengelus perutnya sendiri.
Happy reading🤟🏻
Doain semoga akhir tahun RENOVAN segera dipinang penerbit 💫
KAMU SEDANG MEMBACA
RENOVAN (END)
RomanceRenovan Dafa Septian & Alina Syafa Damara Dua orang asing yang tiba-tiba terikat dalam sebuah pernikahan. Novan yang memiliki sifat dingin dan tak tersentuh, kadang merasa bahwa Alin adalah penghambatnya untuk menikmati masa-masa remajanya. sementar...