"Ingat pesan abang tadi, jangan suka telat makan. kalo laper langsung makan, jangan ditunda-tunda kasian bayi kamu. satu lagi jaga kesehatan dan jangan banyak pikiran, apalagi pikiran yang aneh-aneh. istirahat yang cukup, ingat kata dokter Karin kan? jangan kecapean, bahaya buat bayi kamu. Satu lagi... "
"Abang udah..! Alin inget banget kok, semua pesen abang dikamar tadi. Alin capek, pengen istirahat" keluh Alin, bukannya ingin bersikap tidak sopan kepada abangnya. tapi kali ini tubuhnya benar-benar sudah lelah, karna seharian tidak beristirahat dan disibukkan dengan acara pernikahannya.
Jefri mendengus sambil mengusap ujung mata yang sedikit ber air, "abang cuma khawatir sama kamu, kamu adik abang satu-satunya. dari kecil kita selalu bareng, susah maupun senang kita jalanin bareng-bareng. abang belum siap pisah sama kamu" ujarnya sendu.
Mata Alin memanas, tiba-tiba air mata mengalir dari kelopaknya tanpa bisa dicegah, "Abang maaf...Alin sama sekali gak bermaksud nyakitin perasaan abang, tapi badan Alin bener-bener lagi capek." ucap Alin seraya memeluk sang kakak.
Jefri tersenyum lalu mengelus lembut rambut adiknya yang tergerai, "eh...jangan nangis, Masa udah jadi istri orang masih cengeng. lagian abang gak merasa disakitin kok. abang cuma akting aja" ujar Jefri dengan tampang tanpa dosa. membuat Alin memberenggut kesal dan memukul bahu abangnya dengan keras.
"Ih sakit dong dek!"
"Biarin! Salah abang sendiri, suka banget ngerusakin suasana!"
"Udah udah! katanya mau istirahat, kok malah berantem sih?" tegur Indi.
Mereka berempat memang sudah berada didepan pintu utama keluarga Septian, tadi Jefri berkata ingin pulang tapi minta diantar oleh Alin. Jadilah Novan juga ikut mengantar sampai pintu.
Mita, Denia, dan Dita sudah pulang bersama setelah para tamu undangan tidak ada. sementara Indi harus tetap disini, menunggu Jefri yang masih ingin menghabiskan waktu terakhir bersama sang adik sebelum pulang. Jefri memang aneh, Alin kan hanya pindah rumah bukannya pindah planet. jadi masih bisa pergi berkunjung diwaktu senggang, lagi pula rumah mereka masih dikota yang sama.
"Kiss dulu dong!" pinta Jefri memalingkan wajah kesamping dan menyodorkan pipi kanannya tepat didepan wajah Alin.
"Ehhemmm..."
Novan yang sejak tadi meresa tak dianggap keberadaannya, akhirnya pura-pura berdehem agar ketiga orang ini mengingat keberadaan dirinya yang sudah seperti patung hidup.
"Dia bini gue kalo lo lupa" sindir Novan, memeluk posesif pinggang Alin.
"Idih, gitu aja cemburu! Dia adek gue juga kalo lo gak inget" ketus Jefri lalu mencuri kesempatan mencium pipi kanan sang adik.
Novan menggeram marah, cowok itu memberikan tatapan sinis pada kakak iparnya. "Lo ya... "
"Ayo ay pulang" ucap Indi sengaja memotong ucapan Novan, agar perdebatan ini tidak berkepanjangan.
"Lo selamat karna ada cewek lo!" sinis Novan, tapi langsung mendapatkan hadiah cubitan kecil di pinggangnya dari sang istri.
"Awwww..... kenapa lo nyubitin pinggang gue?!"
"Apa?! Baru nikah udah berani bentak-bentak gue?!" tanya Alin tak kalah sewot.
"Udah jangan berantem disini gak baik, penganten baru tuh harusnya berantem di ranjang" setelah mengatakan itu, Indi dan Jefri kompak langsung tertawa melihat wajah cengo serta kedua pipi yang memerah bak kepiting rebus, Novan dan Alin.
"Indi...apaan sih!" ujar Alin sambil menjauhkan dirinya dari Novan. bahkan rangkulan Novan di pinggang nya pun sampai terlepas begitu saja.
"Muka komuk lo berdua ngeselin tau gak!" ujar Jefri setelah puas tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENOVAN (END)
RomanceRenovan Dafa Septian & Alina Syafa Damara Dua orang asing yang tiba-tiba terikat dalam sebuah pernikahan. Novan yang memiliki sifat dingin dan tak tersentuh, kadang merasa bahwa Alin adalah penghambatnya untuk menikmati masa-masa remajanya. sementar...