45 || Memaafkan

16K 1.1K 116
                                    

Jefri hanya menganggukkan kepalanya saat dokter Andi menyuruhnya untuk menebus obat Alin di apotek rumah sakit, namun ketika hendak melangkah keluar dari ruang rawat sang adik Jefri tampak sangat terkejut melihat kehadiran Gisel dan Hardi didepan pintu.

"Boleh kami masuk?" tanya Gisel.

"Silahkan" bukan Jefri yang memberikan jawaban itu tetapi Indi, gadis itu berseru riang menyambut kedatangan kedua orang tua Novan.

"Ay... " mata Jefri melotot menatap Indi, tak habis pikir dengan apa yang baru saja dilakukan pacarnya itu.

"Udah ih sana, katanya mau ke apotek!" usir Indi seraya mendorong Jefri untuk keluar dari dalam ruangan Alin, sementara Gisel dan Hardi hanya tertawa geli melihat tingkah laku sepasang kekasih itu.

"Ayo silahkan masuk om tante, Alin udah gak sabar tuh pengen ketemu kalian" ucap Indi ramah sambil sesekali memberikan tatapan mengancam untuk Jefri.

"Iya Indi, terima Kasih ya nak udah bantu ngejagain menantu kesayangan kami" balas Gisel kemudian memeluk Indi penuh kasih.

Setelah melepaskan pelukannya, Gisel dan Hardi dengan segera melenggang masuk menghampiri Alin yang masih tertidur pulas diatas ranjang dengan satu tangan yang tertancap selang infus.

"Sono pergi!" Indi dengan ketus mengusir Jefri yang tetep saja penasaran pada apa yang sedang dilakukan Gisel dan Hardi didalam sana, cowok itu mengintip lewat selah-selah kaca kecil yang ada dipintu ruangan Alin.

"Sampe hitungan ketiga kamu gak pergi-pergi juga, aku timpuk kamu pakek sepatu!!" ancam Indi dan hal itu sangat ampuh membuat Jefri ketakutan, buktinya dia langsung lari ngacir menjauhi Indi.

*****

Gisel duduk dikursi yang ada disamping ranjang Alin, memegang tangan gadis itu dengan hati-hati takut jika Alin nantinya akan merasa terganggu dan bangun dari tidurnya.

Jika ada yang perlu disalahkan dalam kejadian yang menimpa Alin, mungkin Gisel juga harus ikut andil menerima hukumannya karna bagaimanapun dia adalah seorang ibu yang berperan penting dalam mendidik dan membentuk karakter Novan.

Wanita yang sudah berusia 35 tahun tapi belum sedikitpun terdapat keriput dikulit nya itu menunduk, mencium telapak tangan sang menantu berkali-kali seraya terus menggumamkan kata maaf dari dalam hatinya.

"Ma.. " panggil Alin, dia terbangun dari tidurnya karena mendengar suara tangisan Gisel dan juga merasakan air mata mama mertuanya itu mengalir membasahi tangannya.

"Sayang" ucap Gisel lalu dengan gerakan cepat mengusap air mata yang membasahi pipinya.

"Mama nangis?" tanya Alin.

Gisel menggelengkan kepalanya seraya tersenyum lebar menatap Alin, "enggak, ngapain mama harus nangis? mama cuma sedih aja ngeliat kamu lagi sakit gini" ujar Gisel lalu mencium kening Alin.

"Masih ada yang sakit?" tanya Gisel berusaha mengalihkan pembicaraan.

Alin menjawab dengan gelengan kepala pelan, "udah mendingan sih" jawabnya.

"Alhamdulillah deh kalo gitu, mama tuh khawatir banget waktu indi tiba-tiba nelfon mama dan bilang kalo kamu masuk rumah sakit" ucap Gisel terlihat jelas rasa cemas yang terpatri diwajah nya.

"Alin gak kenapa-napa kok mah" balas Alin seraya tersenyum manis, berusaha meyakinkan Gisel bahwa keadaannya benar-benar sudah membaik.

"Kata dokter Andi gimana?" tanya Hardi tiba-tiba.

Alin menoleh kearah papa mertuanya itu sambil menyunggingkan senyum ramah, "gak bilang banyak sih pa, dia cuma nyaranin aku buat gak terlalu banyak ngejalanin aktivitas aja. takut dede bayinya kenapa-napa lagi" jawab Alin.

RENOVAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang