6 || Kenal?

22.9K 1.2K 34
                                    

Sudah empat hari gadis bersurai panjang itu tidak masuk sekolah. ia sengaja mengurung diri didalam kamar seorang diri.

Setiap kata yang dilontarkan pak Fadlan lima hari yang lalu dikelas nya seakan membunuh mental Alin.

Ia takut, malu, sedih, bingung. semua perasaan itu kini bersarang dipikiran nya. Alin sedang ada dititik terendah dalam hidupnya, ia hancur dan rapuh. hidupnya benar-benar berantakan, harapan tentang hidup nyaman dan bahagia dimasa depan kini hanya tinggal angan semata.

Indi datang menemui Alin dikamarnya. gadis itu tampak seperti mayat hidup, matanya cekung karna terlalu sering menangis. badannya semakin kurus dan lemah, ada luka lebam dipipi sebelah kiri yang didapat Alin karena bekas tamparan Jefri dua hari yang lalu.

Bukan tanpa alasan Jefri melakukan itu, ia terbakar emosi melihat sang adik ingin melompat dari balkon kamarnya untuk mengakhiri hidup. Jefri kalang kabut hingga tak sadar menampar adiknya hingga lebam.

Indi duduk disebelah ranjang, membelai lembut rambut panjang Alin yang kusut karna sudah lama tak terawat. tetes demi tetes air matanya jatuh melihat keadaan Alin. sahabatnya itu bahkan tidak menyadari kedatangannya, ia hanya diam dengan tatapan kosong. sudut bibirnya terluka dan masih terdapat bercak darah yang sudah mengering.

Indi mengambil sapu tangan miliknya didalam tas, lalu mengelap bibir Alin untuk menghilangkan bercak darah yang ada disana. air mata tak henti-hentinya mengalir dari pelupuk matanya, apalagi mengingat cerita Jefri kemarin, tentang percobaan bunuh diri yang sengaja dilakukan Alin.

Bukan hanya sekali Alin melakukan percobaan mengakhiri hidupnya sendiri. sudah tiga kali Alin melakukan hal senekat itu dengan cara yang berbeda-beda. yang pertama terjadi empat hari yang lalu, Alin menggunakan silet untuk menyirat pergelangan tangannya. untung saja Indi datang dan langsung membawanya ke rumah sakit, jika tidak! entah apa yang akan terjadi.

Bahkan bekas luka dipergelangan tangannya masih belum mengering, Alin sudah melakukan percobaan bunuh diri yang kedua. gadis itu ingin mengkonsumsi obat serangga, tapi lagi-lagi rencananya gagal karena Jefri memergokinya. yang ketiga baru terjadi dua hari yang lalu, Alin mencoba melompat dari balkon kamarnya yang terletak dilantai dua. untung saja Jefri pulang tepat waktu dan kembali menggagalkan rencana percobaan bunuh diri sang adik.

Karena harus menjaga Alin dengan ekstra, Akhirnya Jefri jatuh sakit dan dokter mewajibkannya untuk menjalani rawat inap dirumah sakit. bukan hal mudah membujuk Jefri untuk tetap diam dirumah sakit dan menjalani perawatan, Indi harus memaksanya cukup keras hingga akhirnya Jefri mengalah.

Sejak kemarin Indi memang menginap dirumah Jefri dan mengganti tugas sang kekasih untuk menjaga Alin, tentu saja setelah mendapat izin dari kedua orang tuanya.

"Lin makan dulu ya, Aku bawain bubur ayam mang Ojang nih" pinta Indi.

Alin diam tak bergeming, keadaannya benar-benar akan membuat siapapun yang melihatnya merasa miris.

"Aaaa.. " Indi menyuapi bubur dengan tangan gemetar menahan isakan.

"Setidaknya makan sedikit aja, demi anak lo Lin" kata Indi lembut.

Alin menoleh menatap Indi dengan bulir-bulir bening yang sudah siap tumpah dari pelupuknya.

"Gue takut, gue takut kalo anak ini harus pergi Ndi. Gue gak mau ngebunuh darah daging gue sendiri. Lebih baik kalo gue juga ikut mati bareng anak gue" lirih Alin dengan suara yang lemah, kini manik coklat beningnya mulai meneteskan air mata dengan sangat pilu.

Indi merengkuh tubuh lemah Alin kepelukannya, "gak akan ada yang bisa misahin seorang ibu dari anaknya Lin. lo harus percaya itu, lo gak boleh kayak gini. kalo lo tetep kayak gini, lo bukan hanya nyiksa diri lo sendiri, tapi anak lo juga"

RENOVAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang