2 || Hamil?

34.4K 1.7K 25
                                    

Khawatir, hanya itulah yang dirasakan Jefri saat ini. melihat bagaimana adik kesayangannya semakin hari semakin kurus dan pucat.

"Dek, ayo dimakan. jangan diliatin terus nasinya. nanti nasinya malah jadi salting diliatin orang cantik kaya kamu" goda Jefri dan Alin hanya mengangguk pelan.

Jefri Damara, ia adalah putra sulung dari pasangan Ari Damara dan lianawati. sejak kedua orang tuanya meninggal, Jefri merambah menjadi sosok kepala keluarga sekaligus abang bagi adik semata wayangnya  Alina Syafa Damara. kasih sayang serta perhatian tak pernah lupa Jefri berikan untuk Alin.

Walaupun sering disibukkan dengan berbagai macam urusan kantor yang menumpuk, jefri tidak pernah mengeluh dan merasa terbebani dengan adanya Alin. dia justru amat sangat bersyukur dengan keberadaan Alin dalam hidupnya.

Saat itu Jefri dan Alin masih sangat kecil untuk merasakan susahnya bertahan hidup didunia disaat orang tuanya meninggal. Jefri yang baru berusia 10 tahun, sedangkan Alin masih 8 tahun. Jefri terpaksa putus sekolah karna kekurangan biaya dan mulai bekerja sebagai pegawai toko milik tantenya.

Beruntung kini nasib mereka sudah lebih baik. Jefri sudah bekerja disebuah perusahaan elektronik yang cukup besar, karena kepiawaiannya dalam bidang elektronik. begitu juga dengan Alin, gadis yang kini menginjak usia 17 tahun itu sudah duduk dibangku SMA Wismaraja menggunakan beasiswa.

Wismaraja adalah salah satu dari tiga SMA elite terbaik di Jakarta. bukan hal yang mudah bisa diterima disekolah itu, banyak calon murid yang ditolak karena standar nilai yang tidak memadai. tapi dengan kepintarannya, Alin dengan sangat mudah diterima disana bahkan mendapatkan biasiswa.

"Dek... kalo kamu ngerasa gak enak badan, mending jangan masuk sekolah dulu deh. muka kamu pucat banget" ucap Jefri, menatap cemas adiknya.

"Alin gapapa kok bang, lagian Alin udah minum obat tadi" sahut Alin, berusaha menghilangkan kecemasan abangnya.

"Ayo bang berangkat, udah siang nanti kita telat" ajaknya setelah mereka berdua menyelesaikan sarapan pagi.

"Yaudah abang beresin dulu piringnya, kamu tunggu aja didepan" titah Jefri sambil tersenyum, Alin mengangguk lalu berjalan keluar rumah.

****

"Mau berangkat atau masih mau bengong disitu?" tanya Jefri pada sang adik yang masih melamun diteras rumahnya dengan tatapan kosong.

"Eh abang! ngagetin Alin aja. udah kaya jailangkung tauk, tiba-tiba nongol" gerutu Alin.

"Enak aja! udah ganteng gini dibilang mirip jailangkung " protes Jefri.

"Iya deh Alin minta maaf, gitu aja marah. Sensi amat!"

"Iya iya" ucap Jefri sambil mengacak-acak rambut adiknya.

"Ih abang! rambut Alin jadi kusut nih"

"Mau berangkat atau masih mau ngomel disitu? kalo lama abang tinggalin ni ya!" ancam Jefri, cowok 19 tahun itu sudah duduk diatas motor sport berwarna merah yang dibelinya dari uang tabungannya sendiri dua tahun lalu.

"Ngeselin!!" Alin berjalan kearah Jefri dengan muka ditekuk.

"Jangan marah nanti cantiknya luntur" ujar Jefri dan mulai melajukan motornya membelah kemacetan Jakarta.

Kini mereka sudah sampai didepan gerbang SMA Wismaraja yang menjulang tinggi.

"Abang berangkat dulu ya, belajar yang bener!" pesan Jefri dan Alin hanya mengangguk, dia masih kesal pada abangnya.

RENOVAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang