13.

91 7 0
                                    

Pikiran Albi terpaku pada kejadian kemarin, dimana Egi dipeluk oleh cowo yang ia tak kenal. Ia cemburu, namun tak berhak atas Egi, karena ia bukan pacarnya atau tunangan bahkan suami saja bukan.

Masih sekedar perjodohan yang bisa di batalkan.

Sementara pikiran Egi masih terpaku pada kejadian dimana Elina meminta maaf dan menghembuskan nafas terakhirnya dengan menggenggam tangannya.

"assalamualaikum dan Selamat pagi." ucap Albi saat masuk kelas.

"waalaikumsalam Pak, selamat pagi juga Pak." jawab mereka serempak.

"siapa yang tidak hadir hari ini?" tanya sambil membuka buku absen.

"Egi, dia ijin Pak." jawab Isa.

Albi menghentikan aktivitas membuka buku namun beberapa saat kemudian mengangguk paham dan memulai pelajaran.

**

Egi termenung di bawah pohon besar, tempat ia dulu mengajak Elina bermain namun Elina selalu menolak.

"selamat jalan Baby El," ucapnya kemudian pergi dari sana.

Ia tak berangkat kuliah karena ia tak ingin bila nantinya tak fokus belajar hanya karena memikirkan Elina.

Skrrr!

Suara nontifikasi membuyarkan pikirannya, ia menghentikan langkah hanya untuk melihat pesan itu dari siapa.

+628367xxxxx

Kenapa nggak kuliah?|
Kamu dimana Egi?|

Ia masukan kembali hp-nya ke saku celana dan kembali melanjutkan langkahnya ke motor, hanya ia baca. Nanti saja saat dirumah ia balas pesan itu, lagi pula ia tak kenal jadi ya... tak terlalu peduli.

Sekarang Egi sudah sampai rumah dengan suasana hati yang bisa dibilang kacau.

Mama melihat Egi seperti itu jadi gak tega, walau Egi tak berekspresi namun ia tau bila Egi sedang tak baik baik saja.

Sulit untuk mengembalikan mood Egi yang sudah drop.

"Egi mau jalan jalan nggak?" tawar Mama.

"enggak Ma," jawab Egi lesu kemudian masuk kamar.

Pagi beranjak siang, Egi belum keluar kamar.

"Niko!" panggil Egi keluar kamar.

"lho kalian mau kemana?" ranya Egi saat melihat kakak dan orang tuanya seperti akan pergi.

"ayo ke pantai, ajak Niko juga." ajak Indah, dia nampak berfikir kemudian mengiyakan.

__

Kini disinilah mereka berkumpul. Di pantai menikmati angin sore.

Egi sedikit kesal saat melihat Indah dan Jidan mengumbar mesra mesraan.

"ciee jomblo ya, makannya sendirian." ledek Indah saat Egi makan sendiri tanpa ada yang menyuapi, sementara ia disuapi oleh Jidan. Mereka sedang makan bersama, tentu dengan pasangan masing masing. Tidak dengan Egi, karena Albi katanya sibuk ngantor.

"ciee makannya disuapin, nggak punya tangan ya." balasnya buat Indah dan yang lainnya tersedak.

Mereka memang makan dengan suap suapan, pamer kemesraan pada Egi.

"udah gua bilang jangan ledekin Egi kalo nggak mau kena skak." ujar Nia.

Egi bangkit dari duduknya dan berjalan menuju bibir pantai diikuti oleh Niko di sampingnya. Beberapa pengunjung nampak berjaga jarak dari Egi saat melihat Niko.

"kakak cantik," panggil seorang batita laki laki buat Egi menunduk.

"hai boy," sapa Egi melontarkan senyum tipis berjongkok mensejajarkan tingginya dengan batita itu.

"kakak kok mainnya cama halimau." ujar batita itu buat Egi gemas. "ini sahabat kakak, namanya Niko." ujarnya mengulas senyum tipis.

"kalo kakak namanya ciapa?"

"nama kakak Egi, panggil kak Egi. Kalo kamu?"

"nama aku Fanzo." jawabnya.

"eum... nama kamu bagus banget, cocok sama kamu yang ganteng" ujar Egi menjawil hidung Fanzo.

"Fanzo!" teriak seorang wanita mudah, "itu kamu dipanggil." ujar Egi buat Fanzo menoleh.

"Fanzo ngapain, jangan ganggu orang sembarangan." ujar wanita itu menghampiri Fanzo.

"Fafa nggak ganggu Bun, Fafa cuma mau liat halimau. Halimaunya lucu. Namanya Niko. Bagus tan." ujar Fanzo buat Egi tersenyum simpul.

Keluarganya yang memperhatikan Egi dengan raut senang pun ikut senang. "maaf ya Mbak, anak saya kelewat kepo." ujar wanita itu.

"enggak pa-pa kok, saya malah seneng." jawab Egi jujur.

Fanzo pergi dengan ibunya sambil melambaikan tangan pada Egi. Egi tersenyum dibuatnya.

Hah, anak kecil selalu buat moodnya baik.

"Egi!" panggil Albi sambil menepuk bahu Egi, buat sang empu kaget.

"anak anjing!" kaget Egi berbalik.

"anak siapa tadi?" ujar Albi.

Egi kembali merubah raut wajahnya jadi datar, "anak orang lah, anak gua juga kagak mungkin." kesalnya kembali berjalan.

"kenapa chat aku nggak kamu bales?" tanya Albi.

"chat?" ujar Egi bingung. Albi mengeluarkan hp-nya dan menunjukan room chatnya dengan Egi yang hanya di read. "oh, nggak kenal jadi nggak penting." jawab dia acuh.

Moodnya turun lagi. Ditambah dengan kehadiran Nia, bukannya tak suka. Namun mereka sedang di pingit bahkan 2 hari lagi akan menikah namun malah ketemuan di sini.

Dah lah, males.

-tbc-

Megi's life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang