5. Insiden

130 13 0
                                    

Untuk jadwal hari ini, adalah pergi jalan ama Nyokap juga Mbak Indah. Entar gua ajak Isa ama Min lah, sapa tau mau.

"kalian mau ikut jalan ke Mall nggak?" tawar gua.

"boleh!" jawab Isa antusias.

"tumben ngajak?" cibir Min.

"Mama sama Mbak Indah mau belanja, kalian ikut biar gua kagak bosen bosen amat." jelas gua.

"boleh sih, jam berapa?"

"hari ini abis pulang kuliah langsung rumah gua."

"ok!" jawab Isa, mereka ngantin gua ke ruang dosen. "assalamualaikum," ucap gua sopan saat masuk.

"waalaikumsalam, Eh! Egi. Ada perlu apa?" tanya Bu Rania dengan ramahnya. Rada Aneh sih, Dosen killer pada ramah sama gua. Kalo mereka masuk kelas lain auto garang tapi pas kelas gua ramah bener."mau ngumpul tugas Bu, misi." ujar gua sedikit menunduk dan senyum tipis.

Gua jarang senyum tapi kalo sama orang yang lebih tua mah gua nunjukin senyum walau tipis. "iya silahkan." ucap Bu Rania.

Adem banget senyumnya. Hehe

Masuklah gua keruangan Pak Albi, tentu setelah di persilahkan. "ada perlu apa?" tanya Pak Albi pas liat gua.

Tanpa gua jawab gua sodorin kertas tugas gua, "100 soal esay tulis tangan." ucap gua datar.

"waktunya kan 1 minggu?" ucap Pak Albi heran, "yang penting saya sudah menyelesaikan tugas beserta hukuman. Permisi Pak."

"eh tunggu!"

Baru juga mau keluar malah di tahan, "apa Pak, saya masih ada urusan."

"saya periksa dulu baru pergi."

Helaan nafas kasar keluar dari bibir gua, dan memilih tunggu bentar. "hm kamu boleh pergi. Dan jangan tidur di kelas lagi saat matkul saya."

"hm."

Setelahnya gua pergi menuju kantin sendirian karena kawan gua udah duluan. Pas di pintu masuk kantin gua dihadang 3 cowo. "jalan ama gua yok?" ajak Biran. Cowo femous kampus ya tau lah pasti karena tampang.

"gak minat." gua geser kanan di ikutan, ditambah temennya juga ikutan. Males ribut gua tuh jadi milih gak ngantin. "eh! Egi kok pergi sih!" kesal Biran ngejar gua.

Pas di pelataran kampus gua kagak sengaja nabrak Pak Albi.

"shh... maaf Pak, nggak sengaja." ucap gua sambil gosokin jidat karena nabrak punggungnya, "mangkanya kalo jalan jangan buru buru."

"dikejar setan Pak," gurau gua trus pergi lagi karena Biran masih aja ngejar. "dasar aneh," masih bisa denger gua cibiran dari Pak Albi.

**

Sudah gua duga, bakalan heboh kalo belanja gini. "Ma, aku udah dapet yang pas. Aku tunggu kalian di cafe ujung ya," ucap gua.

"iya,"

Setelah itu gua meluncur ke cafe, "eh maaf." ucap pelayan cafe karena nabrak gua.

"gak papap Mbak," jawab gua.

Author pov'

Egi duduk di kursi paling pojok, ia memesan minuman dan cemilan saja untuk menemaninya menunggu Mama, Kakak dan teman temannya, ia melihat arah pintu mendapati orang yang ia tunggu tengah celingak celinguk. Dia melambaikan tangan untuk memberi tahu posisinya, seharusnya mereka gampang menemukannya karena pakaian Egi yang khas yaitu memakai hoodie abu abu. "kalian makan aja, aku mau ke kasir dulu."

"ini pake kartu Mama," ucap Mama menyodorkan kartu debit. "gak usah."

Di kasir sendiri Egi mendapati dosennya yang tengah kebingungan mencari sesuatu. "Bill meja no 21 Mas,"

Kasir pun menerima kartu Egi dan menggeseknya, "ini Mbak, dan Masnya mau bayar gimana?" tanya kasir ke dosen Egi. Dan itu adalah Pak Albi.

"saya yang bayar," ucap Egi enteng buat Pak Albi menyorot aneh Egi, karena Egi memakai masker. "tidak usah Nona, tid--"

"terlanjur," ucap Egi, karena kartunya udah ditangan Egi lagi.

"nama anda siapa, biar saya menganti uang anda." ucap Pak Albi.

"nggak perlu," balas Egi dingin.

"terimakasih," ucap Pak Albi agak keras karena Egi sudah melenggang pergi ke mejanya.

Pak Albi mengamati gerak gerik Egi yang membawa barang belanjaan pergi membantu Mamanya. "kaya kenal! Tapi siapa?" gumam Pak Albi.

**

Hari ini adalah jadwal Egi dan Tama membawa peliharaan mereka ke dokter hewan. Untuk pemeriksaan rutin hewan mereka masing masing, juga Juna dan Indah titip makanan peliharaan mereka.

Perlu kalian tau, Niko dan Vanila paling tak suka bila harus di masukan ke dalam kandang. Apalagi kandang yang berukuran kecil pada umumnya, jika kandang besar yang ada di rumah baru mereka suka.

Jadilah Niko berjalan dengan tali pengikat di tangan Egi, sementara Vanila juga di pasangkan tali pengikat tapi ia nangring di pundak Tama.

Beruntunglah tempat pemeriksaan hewan tak terlalu ramai, jika ramai bisa gaduh dibuatnya karena kehadiran Niko.

"hai Egi, pemeriksaan buat Niki ya?" ucap Dokter Ani. Dokter hewan langganan Dea dan Kakaknya.

"Niko bukan Niki." ralat Egi.

Tama menunggu di luar sementara Niko di periksa.

"Niko baik aja kok, nggak ada masalah serius dan nggak sakit, dan luka kakinya udah sembuh." Ucap Dokter Ani di jawab anggukan oleh Egi.

Egi keluar menemui Tama, "udah Bang, masuk gih." suruh Egi.

Tama mengangguk.

Egi duduk di kursi tunggu sembari menunggu Tama selesai. "lho anda kan yang di cafe," ujar seseorang di sebelah Egi buatnya menoleh.

Kok ketemu ni dosen terus sih_batin Egi heran.

Di melihat ada kucing di dekapan Albi. "hm."

Albi sedikit menggeser duduknya karena melihat Niko menggeram menampakan gigi tajamnya, "shhttt" Egi meletakan jari telunjuk di mulut isyarat diam pada Niko. Dan Niko langsung diam.

Albi tak mengenali Egi karena ia memakai masker juga mengenakan hoodie seperti kemarin. "sebagai gantinya uang anda kemarin saya aka--"

"gak perlu, saya ikhlas membantu." sahut Egi sembari berdiri karena tama sudah selesai.

"ayo Dek, Vanila udah di periksa." ajak Tama.
Akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan Albi yang kebingungan.

"gua yang cowo meliharan kucing, lha dia? Cewe malah macan." gumam Albi.

-tbc-

Megi's life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang