15.

103 8 0
                                    

Sudah sejak 2 hari lalu setelah acara pernikahan Tama, Kini mereka berkumpul di rumah Egi. Bahkan ada Albi.

"hmm, yang baru nikah. Lengket tross ke lintah." sindir Juna.

"iri!? Bilang boss." sahut Tama.

"boss nggak pernah iri sama karyawan." sahut Egi yang tengah main game. Disambut gelak tawa.

Albi kadang merenung, ia merasa bila Egi tak menginginkan kehadirannya. Ini baru awal, bagaimana nanti setelah menikah?

"oh ya, Ma. Kemaren yang nyanyi bareng Egi itu siapa?" tanya Albi.

"oh itu ponakan Egi, namanya Agim. Kenapa? Cemburu yaa." goda Mama.

Lantas Albi pun menggeleng, "cuma penasaran aja Ma."

"oh ya, Gi. Lo kok nggak pernah mau sih diajak jalan sama Albi." pertanyaan Juna suskses menarik perhatian mereka, tapi tidak suskes mengalihkan perhatian Egi dari ponselnya, "nggak baik berduaan sama yang bukan mahrom. Dan alasan kecil yang paling penting--"

"males?" ujar Jidan memotong ucapan Egi namun dijawab gelengan. "gak minat." jawabnya buat mereka menghela nafas panjang. "aku duluan." lanjutnya beranjak pergi menuju kamar.

Mama melihat siluet Egi yang sudah hilang dari pandangan pun langsung menghadap Albi, "Albi. Jangan diambil hati ya sikap Egi, dia emang gitu anaknya."

"iya, dia kaya ansos." timpal Indah.

"Egi itu cuek banget apalagi ke orang baru atau pun ke hal yang nggak penting." imbuh Juna.

"tapi dibalik Egi yang cuek, ada Egi yang care. Meski kadangan kita yang nggak peka akan sikap care dia. Dia itu peka banget anaknya." timpal Tama.

"Albi bakal berusaha ngeluluhin Egi," ujar Albi bersemangat.

Mereka mengulas senyum penuh arti sampai kemunculan Egi buat mereka kaget. "eum... kapan?" ujar Egi.

Mereka memperhatikan gerak gerik Egi yang tengah berbicara dengan seseorang di telpon.

Egi sibuk mencari sesuatu di kulkas dengan ponsel yang ia tahan dengan bahu di rapatkan ke telinga.

Paham?

"ya maaf aja, gua nggak bisa nganter."

"..."

"sibuk gua, apalagi Bang Tama abis merried trus entar lagi Mbak Indah. Apalagi tugas gua juga perlu perhatian." ucapnya setelah menenggak sprite.

"..."

"hati hati aja, semoga sampe di tujuan dengan selamat."

"..."

"bagus lah, emang lanjut di mana lo?"

"..."

Mereka melihat Egi mangut mangut, dan dengan santainya kembali minum soda. "not bad,"

"..."

"eum, bye."

Egi beranjak dari kursi pantry dengan membawa botol sprite itu juga. "siapa Dek?" tanya Juna sedikit berteriak.

"Rava. Mok lanjot di Jerman." balas Egi.

Juna pun mengangguk paham dengan mulut terbuka membentuk huruf 'o'

"oh ya, Ma. Rava itu siapanya Egi kok deket banget?" tanya Albi penasaran.

"Rava itu sahabat Egi dari TK. Dia ketua geng motor TRITON. Geng yang disegani seantero Bandung . Rava pernah ajak Egi gabung tapi Egi nggak mau. Rava kehilangan orang tuanya waktu SD akibat kecelakaan mobil, dan kemarin dia malah kehilangan satu satunya keluarganya." jelas Mama sendu.

**

Kuliah lagi.

Aktivitas sama lagi.

Ketemu dia lagi.

Membosankan. Pikir Egi.

Setelah tugas presentasi selesai, Albi mengosongkan matkul sampai istirahat. Karena matkulnya ada di jam terakhir untuk hari ini, jadilah selama 30 menit ke depan akan di isi tanya jawab oleh Albi.

"waktu SMA dulu, mapel apa yang jadi favorit kalian?" tanya Albi.

"Inggris!"

"Bahasa Indonesia!"

"Ipa!"

"Ips!"

"Mtk!" seketika yang di kelas menoleh pada Isa yang menyebutkan matematika sebagai mapel favoritnya.

Tak heran, Isa sangat pandai dalam perhitungan.

Hampir semua menjawab, ingat! Hampir!? Jadi belum semua. "Egi, mapel apa yang jadi favorit mu dulu?" tanya Albi.

Egi yang tengah menyembunyikan wajah di lipatan tangan langsung mendongak saat di senggol oleh Isa. Dan jawabannya buat kelas jadi hening, karena jawabannya...

"Jamkos."

Mereka jadi berfikir, benar juga. Siapa yang tak suka jamkos?

"jamkos? Trus lho dulu paling pinter di mapel apa, Gi?" tanya seseorang yang duduk di depan.

Pertanyaan bagus. Pikir Albi.

"gak ada."

Mereka dibuat bungkam, bukannya Egi itu pandai? Masa nggak pinter di SMA, "gak ada yang sulit karena semua gampang." lanjut Egi.

"lo mah, diem diem pinter. Entar diem diem juga dah merried lu." celetuk Raka.

Albi jadi menatap Egi, sementara Egi menatap malas Raka dan memilih diem. Memang kenyataannya nanti begitu, jika lancar.

"jadi penasaran siapa yang bakal jadi suami lu nanti," cetus Aris tersenyum mengejek.

"yang jelas bukan lu." sahut Egi buat mereka terkikik.

"sudah sudah, 5 menit lagi istirahat. Silahkan keluar sekarang. Jam saya cukup sampai disini. Assalamualaikum." ucap Albi.

"waalaikumsalam, terimakasih pak." kompak mereka yang diruangan.

**

Egi merasa heran, semenjak Albi masuk ke dalam kehidupannya, rumahnya sering kedatangan tamu. Kali ini ada keluarga Jidan bersama orang tuanya, mereka membicarakan tentang pernikahan mereka berdua.

Dan hasilnya, pernikahan di percepat. Menurut rencana Egi akan dilaksanakan bulan depan, namun karena Jidan nantinya ada kerja di luar negeri mengurus perusahaannya yang ada disana. Jadilah akan di percepat saja.

Jangan salah mengira, meski tanpang Jidan tak menggambarkan seorang bos, nyatanya Jidan adalah CEO di perusahaan Raezor Crop.

"jadi pernikahan akan dilaksanakan sekitar 2 minggu lagi. Kami menyerahkan keputusan untuk menetukan tanggal pada pihak perempuan." ucap Pak Aryo.

"baiklah jika begitu, kami akan tanyakan pada Egi. Dia yang paling bisa di andalkan dalam menetukan sesuatu yang sulit." ujar Papa tersenyum kikuk. Keluarga Jidan tak keberatan, Jidan sering bercerita tentang Egi yang buat mereka nyaman sebelum tau orannya.

Baru saja Mama akan bangun memanggil Egi di kamar, namun yang dibicarakan muncul dari dapur dengan membawa botol sprite.

"Egi?" panggil Mama buat Egi berhenti dengan komuk bingung. "dalem?" jawabnya. Jika balasan Egi seperti itu berarti Egi sedang santai dan tingkat menyebalkannya berkurang sedikit.

"tentuin tanggal buat Mbak Indah, sekitaran 2 minggu lagi." ujar Mama.

Egi diam menatap atap, wajahnya nampak serius buat mereka ikut serius. "29 kurang 7 jadi tanggal 22." jawab Egi.

"tanggal 22 itu kamis depan." ucap Indah.

"itu berdasarkan tanggal lahir kalian di kurang waktu karena di percepat." jelasnya kemudian pergi.

-tbc-

Megi's life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang