27.

85 5 0
                                    

15 tahun lalu...

Albi yang sedang bermain di halaman rumahnya tiba tiba di bawa paksa oleh 2 orang laki laki berbadan besar. Ia berteriak mengakibatkan para bodyguard berlari mencarinya.

Mereka sadar bila tuan muda diculik, namun mereka kehilangan jejak tuan muda, sementara itu Albi kecil yang berumur 10 tahun sudah berada di markas penculik, dan disana ada 4 anak lainnya.

"hiks... hiks aku mau pulang" isak seorang gadis di pojokan.

"bundaaaaa hiks... althur takut. Althur mau pulang."

Melihat mereka menangis buat ia ikut menangis, mereka ber-4 menangis kecuali seorang gadis kecil yang bergetar ketakutan. "DIAM! TAK ADA GUNANYA KALIAN MENANGIS!" bentak sang penculik.

Penculik pergi dan kesempatan bagi Albi untuk kabur, "percuma, gak akan bisa kabur. Kita bakalan di bunuh dan diambil organ dalamnya." ujar sih anak gadis yang sedari tadi diam ketakutan.

"jangan bilang gitu huaaaaa mommy." jerit salah satu anak laki laki di sebelah Albi.

"dari mana kamu tau?" tanya sih gadis yang tadi menangis, ia bertanya dengan gemetar ketakutan. "aku disini lebih lama dari kalian, kemarin ada 5 anak yang pergi ke bilik itu, mereka nangis dan triak triak, dan gak keluar lagi. Penculiknya keluar sambil ketawa ketawa."

Mereka menangis lebih kencang lagi. Sampai beberapa jam kemudian, penculik itu membawa seorang gadis lagi. Gadis itu juga menangis, dan ia dihempaskan hingga tersungkur. "DIAM!"

"udahlah bro, besok kan bakal jadi uang, haha"

Mereka pergi dan kembali membawa 4 anak lagi.

"kamu ndak pa-pa?" tanya Albi pada gadis yang baru datang. gadis itu menggeleng, "aku ndak pa-pa."

"nama kamu ciapa?"

"Egi." ucapnya dengan suara yang menggemaskan. "kamu?"

"aku Arbi."

Tiba tiba mereka mendengar suara dentuman keras yang mengakibatkan Albi kaget dan pingsan di sebelah Egi.

Benar, dia Egi yang terkenal dingin saat dewasa. Egi kecil itu anak bandel, dia sering menonton film dewasa yang menampilkan adegan pembunuhan sadis, "ada kabar baik anak anak, kalian bakal mati besok haha."

Penculik itu tertawa sadis, namun tak disangka Egi menusuk perut bagian samping si penculik, anak anak melihat itu langsung berteriak histeris. "AKHHH--bajingan" umpat penculik buat Egi tersenyum miring dan semakin gencar menusuk nusuk tubuh penculik.

Penculik itu tumbang dan mati mengenaskan karena banyaknya luka. Bukannya berhenti, Egi malah menggrayahi penculik dan mendapatkan pistol. "lo kenap--"

Dor.

Kaki penculik itu tertembak dan anak anak semakin takut. "AKHH--BOCAH SIALAN!"

Dor.

Satu tembakan meluncur dan mengenai leher penculik, dengan brutal Egi menusuk penculik itu. Albi yang baru sadar terkejut dan memekik kaget saat melihat pemandangan menyeramkan dimana gadis yang ia ajak kenalan barusan tengah menghujami tusukan pada penculik yang berbadan kekar.

Dan secara perlahan gerakan tangan Egi melambat, ia tiba tiba berteriak membuat mereka takut. Sampai akhirnya orang tua Egi datang dengan polisi. Dan anak anak itu dimintai keterangan, terutama Egi yang sudah membunuh para penculik.

Mereka semua menderita trauma dan mental mereka terganggu akibat kejadian itu. Terutama Egi.

Flashback off.

**

Hari yang cerah, Egi bangun dengan rambut basah. Sementara Albi masih hanyut dalam mimpinya. Ia ragu untuk membangunkan Albi, mending ia masak terlebih dahulu.

Ia dan Albi sudah pulang dari hotel dan sudah pindah ke rumah yang Albi siapkan. Katanya sih rumah yang disiapkan untuk tinggal dengan istrinya nanti. Egi mengeringkan rambutnya kemudian mencepol rambutnya.

Ia pergi ke dapur untuk memasak, sebenernya Albi sudah bangun, ia hanya ingin mengamati aktivitas istrinya secara diam diam. Ia tersenyum kecil saat melihat Egi tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"cantiknya bidadari ku." ucpanya sambil terkekeh geli. Ia segera mandi, karena ada meeting pagi. Hari ini ia tak mengajar, karena dalam seminggu hanya 4 kali ia mengajar di kampus.

Harum masakan tercium di indra penciuman Albi saat ia baru selesai mandi, "baunya sampe kamar. Status baru, kebiasaan baru." ucapnya senang. Albi segera pergi menuju dapur menghampiri istrinya, "sayang" sapanya senang.

Egi terkejut karena Albi tiba tiba memeluknya sambil mencium pipinya, "apaan sih!" kesal Egi. Ia menahan diri agar tak gugup. Albi mendapat respon itu hanya bisa garuk garuk kepala, "maaf. Terlalu antusias mau makan masakan kamu." ujar Albi kemudian duduk manis menunggu masakan Egi matang.

"susah amat diajak romantis," gumam Albi kesal. Wajahnya tertoleh kesamping dengan ditumpu tangan. Egi tersenyum samar, respon Albi sangat menggemaskan.

Garang garang manja! Hihi.

"oh ya, nanti pulang jam berapa?" tanya Albi membuka percakapan. "pas makan siang nanti udah pulang."

"nanti biar di jemput supir kantor ya, kamu ke kantor aku pas selesai ngampus." pinta Albi dijawab deheman.

.

.

.

.

Egi di goda Isa dan Min karena menikah dengan dosen yang saat awal mendengar tentang Albi, Egi sudah menolak namun sekarang mereka malah menikah.

"ciee... ekhem ekhem, dah nikah auranya beda." ujar Min menaik turunkan alisnya.

"ciee... Egi, ciee." ujar Isa.

"ciee yang awalahnya nangis, nolak nikah sekarang bucin. Dan lo Min, pacaran lama tapi belum merried." ujar Egi membalas godaan mereka berdua. Seketika mereka gelagepan karena tak bisa membalas ucapan Egi.

Min berdehem menetralkan suaranya, "gimana bisa, Gi. Kok tiba tiba lo nikah sama Dosman?" tanya Min.

Dosman = dosen idaman.

"kan Egi bilang karena perjodohan." ujar Isa.

Mereka bertiga dikantin, karena di jam terakhir tiba tiba dosennya ada urusan mendadak dan akhirnya mereka keluar 1 jam lebih awal. "sejak kapan, Gi?" tanya Isa sekarang.

"1 minggu setelah dia ngajar di sini." jawabnya.

Mereka mangut mangut paham, setelahnya Egi pamit pergi ke kantor Albi.

-tbc-

Megi's life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang