Sesuai janji Egi saat di Bali beberapa waktu lalu, sekarang Egi dan Albi berada di satu mobil untuk menuju kantor Albi.
Mereka sampai dan jadi pusat perhatian karena Egi berpenampilan biasa namun buat ia jadi perhatian sekitar.
Hoodie hitam, celana joger hitam, sepatu putih, masker hitam dan jangan lupakan kacamata hitamnya. Ditambah Albi menggandengnya.
"itu siapanya Pak Albi?"
"mereka kok gandengan?"
"apa di pacarnya Pak Albi?"
"jadi penasaran sama wajahnya."
"wah beruntungnya cewe itu bisa dapetin Pak Albi."
"kalian saya gaji bukan untuk berbicara hal yang tak penting." sentak Albi marah.
Albi menarik Egi menuju lift khusus petinggi, "Pak, klien sudah datang sejak 5 menit lalu." ujar Saka. Sekertaris Albi.
Albi mengangguk kemudian ia menarik nafas panjang sebelum masuk. "Anda terlambat 5 menit Tuan Albi." ujar Dheeouszy.
Egi melihat orang itu, tak berubah sejak dulu. Masih saja sombong dan ia tau bagaimana mengatasinya. "maaf Tuan Dheeouszy, ada urusan kecil tadi."
"mengurus pacar anda huh!?" cibir Dheeouszy "bahkan anda membawanya kesini." imbuhnya.
Egi muak dengan ocehan Dheeoszy, ia membuka masker dan menanggalkan kacamata. "banyak bacot lo, dari dulu gak pernah berubah ya tabiat buruk lo." ucap Egi datar.
Seketika raut wajah Dheeoszy memucat takut. "k-kak Egi." gugup Dheeoszy saat menyebut nama Egi.
Siapa yang tak takut pada Egi, sih Tirani sekolah karena sangat tegas, Dulu Egi menjabat sebagai Ketua Osis sekaligus tangan kanan guru BK semasa SMP. Dheeoszy tak bisa melupakan saat Egi meruntuhkan ego dan kesombangannya dengan cara tak pernah ia bayangkan. "kaget huh!? Sukses sekarang ya." puji Egi mendekati Dheeoszy dengan membawa map yang Albi bawa tadi.
"tanda tangan. Makin balagu aja lo." dengan cepat Dheeoszy pun menandatangani dokumen itu. "udah kak." ujarnya nyengir bak orang gila.
Untung hanya mereka bertiga, jika tidak. Rusak sudah image kejamnya. "jangan sombong." ucap Egi menepuk pelan pundak Dheeouszy.
"hehe iya kak, maaf juga Pak Albi. Akting doang." ucapnya cengengesan.
Albi bernafas lega, "it's okay selamat atas kerja samanya." mereka berdua berjabat tangan setelahnya Dheeoszy pun pamit.
"fyuh~ lega. Makasih sayang." ucap Albi reflek memeluk Egi. Egi pun segera memukul Albi dan pelukan terlepas. "bukan muhrim." dengus Egi kembali mengenakan masker dan kacamatanya.
"sayang tunggu." ucap Albi mengejar Egi yang sudah keluar ruangan. "Pak Albi mau kemana?" tanya Saka.
"kosongkan jadwal saya, calon istri saya ngambek Sak." ujar Albi panik kemudian ngacir ngejar Egi.
"itu benaran atasan gua?" ujar Saka heran.
**
Semenjak kejadian di kantor tadi, Egi semakin menjaga jarak dengan Albi.
Bahkan orang tuanya merasa geli dan kasihan secara bersamaan, padahal mereka sudah ada kemajuan dalam hubungan malah jarak mereka semakin terbentang lagi.
"Egi maafin aku lah, tadi beneran reflek. Aku terlalu seneng aja tadi." ucap Albi membujuk Egi.
"hm."
"Egi, 3 hari lagi acara wedding kamu lo nak." ujar Mama, setelah seminggu pergi akhirnya keluarganya pulang.
Kakaknya juga sudah pulang honeymoon. "oh." jawab Egi melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Megi's life [END]
Teen Fictionterkenal kata cantik, pintar, baik? udah pasaran! tapi pernah gak si lo terkenal karena males? tapi males dalam kata lain yang luar biasa. "Gi, lo gak mau gitu partisipasi dalam acara?" "males" kata itu selalu diucapkan oleh Megi. ⚠JADWAL UPDATE SET...