Waktu berlalu dengan cepat, namun belum ada kemajuan dengan hubungan Egi dan Albi. Bahkan orang tua Egi berfikir untuk memajukan pernikahan mereka berdua agar Egi tak bisa menghindar.
Sering sekali Egi menolak pergi dengan alasan 'tak baik berduaan dengan yang bukan mahromnya' mereka sekeluarga berusaha untuk mendekatkan Egi dengan Albi.
Namun mereka itu bagai magnet yang saling tolak menolak. Albi mendekat dan Egi menjauh, bila Albi menjauh Egi malah diam di tempat.
"assalamualaikum." seseorang masuk buat lamunan Mama buyar, "waalaikumsalam, siapa--" ucapan Mama terhenti saat melihat siapa yang datang.
"hallo Ma," sapa cowo di depannya.
"kenapa kau kemari, apa kau mau mengusik putri ku lagi." sentak Mama marah.
Tiba tiba cowo itu melihat ke arah belakang Mama Dea saat melihat sosok wanita yang baru keluar dari kamarnya.
Indah.
"Mama kenapa ter--" Indah ikut terkejut saat melihat siapa yang bertamu. "hallo Indah. Apa kabar?" sapanya.
Itu adalah, Wira.
Sosok lelaki yang pernah mengisi kekosongan hati Indah dan tiba tiba memutuskannya secara sepihak dan menghilang begitu saja tanpa penjelasan. "aku kembali, demi kamu."
Air mata Indah menetes, ia menutup mulut sambil menggeleng tak percaya. Indah butuh Egi sekarang, "pergi lo." ucap seseorang tiba tiba muncul dengan buket bunga.
Jidan.
Jidan tau siapa yang ada di depannya, Indah sudah pernah bercerita tentangnya. "lo siapa, seharusnya lo yang pergi." ujar Wira sengit.
"gua calon suaminya!" ucap Jidan penuh penekanan.
"nggak usah boong lo, Indah dia boongkan. Kamu nggak mungkin tega ngelakuin ini, iya kan." ujar Wira mencoba mendekati Indah, "iya, dia adalah calon suami gua. Dan lo bilang apa? Tega. Lo yang tega ninggalin gua tanpa alesan, lo ninggalin gua setelah mutusin gua!" sentak indah mengelap air matanya kasar.
Saat akan melangkah lebih dekat dengan Indah, seseorang menarik kerah bajunya dari belakang dan menghempaskan Wira dengan kasar. "jangan deketi Indah lagi, enyah lo dari hidupnya. Jangan ganggu Indah lagi." tegas Jidan.
Wira marah, namun saat akan menghajar Jidan. Ada yang menahannya lagi, dan saat menoleh ia melihat seorang wanita.
Itu Egi.
Tapi ia tak ingat bila itu Egi, karena dulu saat ia melihat Egi, Egi masih SD. Jadilah ia pangling. "jangan pernah dateng ke hidup Mbak gua lagi," ucap Egi datar.
"gua bakal bawa Indah!" tegas Wira. Wira itu bak psycho, dan yang tahan dengannya hanya Indah, ia butuh Indah. "jangan mimpi." Wira memberontak hingga cengraman tangan Egi terlepas.
Namun sesaat kemudian tubuh Wira membeku, bahkan Mama, Indah dan Jidan juga. Egi menodongkan senjata api tepat pada kepala Wira, Mama menahan nafas melihat aksi anak bungsunya. "pergi dari sini juga dari kehidupan Mbak Indah dan jangan kembali, atau gua bakal buat nggak bisa liat matahari lagi." ucap Egi dingin dan tajam.
Siapa yang psycho sekarang?!
Wira mengangguk paham, "jangan pernah mikir buat ngusik kehidupan keluarga ini." Wira mengangguk lagi.
"Pergi." Egi memberi perintah dan menujuk arah pintu dengan kepalanya dan Wira lari keluar dengan wajah ketakutan.
Seketika mereka lega, namun kembali cemas saat Egi berjalan menuju sofa dengan senjata itu. "Adek kamu d-dapet itu dari mana?" tanya Indah tergagap dengan mata yang menatap senjata tadi.
"kenapa?" tanya Egi datar.
Mereka ber-3 duduk namun agak jauh dari Egi, mereka takut pada Egi.
Egi paham, ia menahan senyum sedari tadi, di ambilnya senjata itu dan diarahkan pada Jidan. "JANGAN!" pekik Indah dan Mama bersamaan buat Egi menaikan satu alisnya. Namun yang buat Egi terkejut adalah Nia dan Tama datang ikut menjerit.
Tama berlari ke arah Egi, namun berhenti saat Egi mengarahkan senjatanya pada Tama. "apa?" tanya Egi, di jawab gelengi oleh Tama.
"Astaga! Adek ngapain main pistol!" pekik Juna yang baru saja masuk.
Egi menarik pelatuk pistol itu perlahan dan buat mereka semakin takut dan ...
Dan ...
Pada akhirnya mereka semua menatap datar Egi yang berekspresi datar namun menahan tawa. Karena pistol itu mengeluarkan gelembung sabun.
Wah Egi, kau berhasil buat orang senam jantung.
"bikin takut aja sih!" sentak Mama mencubit Egi dengan kesal. "aish! Ma, sakit." keluh Egi melepas cubitan maut Mama dari pipinya.
"bisa bisanya lo bikin gua senam jantung," keluh Jidan mendudukkan diri di sofa.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Megi's life [END]
Teen Fictionterkenal kata cantik, pintar, baik? udah pasaran! tapi pernah gak si lo terkenal karena males? tapi males dalam kata lain yang luar biasa. "Gi, lo gak mau gitu partisipasi dalam acara?" "males" kata itu selalu diucapkan oleh Megi. ⚠JADWAL UPDATE SET...