37.

77 6 0
                                    

Sesuai yang Albi bilang kemarin, hari ini mereka berdua pergi ke rumah nenek.

Albi senantiasa menggenggam tangan Egi selama perjalanan, Egi sendiri merasakan bila tangan Albi terasa dingin, "tenang aja, nenekmu urusanku. Sekarang kamu fokus nyetir."

Albi mengangguk dan 25 menit kemudian mereka sampai di kediaman nenek Dera, mereka masuk dan langsung diarahkan ke kamar untuk istirahat sebelum bertemu nenek.

"Den sama Non, diminta nemui nyonya setelah bersih bersih." ucap Mbok Ike.

Albi semakin gugup dibuatnya, Egi menyadari akan hal itu. "iya Bi, nanti kita kesana." ujar Albi.

Mbok Ike pergi dan Akbi lengsung jatuh terduduk di tepi ranjang. Ia benar benar gugup. "Everything Gonna Be Okay," tutur Egi lembut disertai senyum indahnya. Egi mengusak rambut Albi dengan pelan. Albi yang diperlakukan begitu pun merasa lebih tenang.

Mereka bergegas mandi, tentu bergantian.

__

Disinilah mereka berdua.

Diruang tamu, bersama nenek dan tante Tina.

"cantik sekali Egi, beruntung sekali Albi yang cerewet dapet kamu yang pendiem. Ini nih yang namanya saling melengkapi." ujar tante Tina senang.

"alah masih cantikan, Citra." sinis nenek.

Egi tersenyum samar, "nenek kok gitu sih," decak Albi kesal. Ia menggenggam erat tangan Egi.

"tunggu aja, nanti kita bandingin lewat tantangan yang saya kasih."

"ibu jangan aneh aneh deh," tegur tante. Nenek kesal sendiri karena Egi diam sambil mengusap usap kepala Albi yang sedang berbaring di pahanya.

Mereka nampak cocok, tapi aku gak boleh ketipu. Mending Albi sama Citra_bantin nenek kesal. "duh cocoknya," gemas tante.

Setelah magrib, nenek dan Citra pergi ke area balap, mereka menantang Egi balap.

"jagoan nenek pasti menang, dia kan ratu balap." ujar nenek bangga.

"istri aku yang bakal menang, nenek belum tau aja." seru Albi.

Citra memang bisa balapan namun bukan dalam balap seperti ini, "tentang nenek, gak akan bisa ngalahin aku. Siapa yang gak kenal XG, ratu balap. Lawan dia mah gampang." ujar Citra sok hebat,

"bacot." sarkas tante, Egi tersenyum remeh. Bendera sudah dinaikan.

Dan setelah hitungan ke 3, Citra sudah melaju terlebih dahulu. "lihat, istrimu masih di--"

Brummm

Egi melesat begitu cepat menyusul lawan buat nenek bungkam. Bahkan Citra terkejut karena tiba tiba Egi sudah jauh di depan, "anjing!" umpat Citra menambah kecepatan.

"yey! Egi menang! Lihat kan nek, siapa yang menang." seru Albi senang.

Wajah nenek merah padam menahan kesak, "gimana sih kamu, kok bisa kalah." kesal nenek pada Citra.

__

Kali ini nenek memeberikan tes yang lazim, yaitu memasak.

Masak mah gampang_batin Citra membanggakan diri.

Egi sih enjoy aja, dia masak dengan santai tanpa peduli tatapan sinis nenek Dera.

Waktu berjalan dengan cepat dan akhirnya mereka selesai memasak.

Egi menghidangkan makanan yang menurut Citra, Nenek dan Tante itu biasa saja. Yaitu nasi goreng suir daging ayam dengan telur, tak lupa dengan ayam kecap yang ia buat.

Sementara Citra, membuat ramyon dan sushi.

"enak." komen nenek pada masakan Citra, tante pun berkomentar begitu, tak bisa di pungkiri bila masakan Citra itu enak.

Citra tersenyum senang, sedangkan nenek menatap sinis Egi sebelum mencoba masakan Egi. Persis masakan mendiang ibu. Batin nenek saat mencoba masakan Egi, masakan sederhana namun istimewa.

"enak banget! Nasgor mu top markotop" ujar tante mengacungkan 2 jempol.

"masa sih?" sinis Citra ikut menjajal masakan Egi, sial!

Citra cukup terkejut bila makanan yang Egi buat sangatlah enak. Akhirnya Egi memenangkan babak ini.

Citra tak setuju, ia marah. "Albi kamu harus balikan sama aku, aku tau kamu suka sama XG kan, itu aku. Dan perusahaan kamu lagi kritis kan? Aku bisa minta bantuan Ayah buat itu. Albi plis, balikan sama aku." ucap Citra kesak dan diakhiri dengan permohonan.

"kamu apa apaan sih Citra!" sentak nenek saat melihat Citra memohon dihadapan cucu kesayangannya.

"iya, gua suka sama XG. Gua pernah kalah balap sama dia, dan dari itu gua tau siapa XG, dia Egi. XG yang sebenernya itu Egi." jelas Albi menyorot tajam Citra.

"bohong! XG itu aku!"

"karena jabatan bokap aja bangga," cibir Egi bersedakep dada. "LO-!!" tunjuk Citra pada Egi namun ucapannya terhenti karena Albi berdiri dihadapannya. "nipu pula," lanjut Egi.

Dering ponsel mengalihkan etensi mereka, ponsel Citra berdering begitu lama dan mau tak mau ia mengangkatnya.

"halo, yah?"

"..."

"kok bisa!?"

"..."

"y-yaudah kalo gitu, aku ... aku bakal pergi."

Telpon terputus, raut wajah pias Citra mampu buat mereka bingung. "jelas bokapnya di pecat karena korupsi," celetuk Egi buat Citra semakin pucat.

"kalo masih punya malu, segera pergi." usir nenek marah.

"ta--"

"pergi." usir Egi.

Citra pergi begitu saja dengan raut wajah pucat. Ia ketakutan, bagaimana Egi bisa tau bila ayahnya di pecat karena korupsi?

"Egi kamu beneran XG?" tanya tante.

Egi mengangguk, "tante tau DE X?" tanya Egi.

Tante, Nenek dan Albi mengangguk.

"itu mama aku." jawabnya buat mereka semakin terkejut. "dan bagaimana kamu tau tentang ayahnya Cit--"

"sahabat saya sekertaris dari CEO disana." ucap Egi memotong ucapan nenek.

Mengambil hati nenek itu gampang, karena tante memberi tau Egi bila nenek suka makanan yang sederhana. Contohnya nasi goreng yang seperti tadi.

"Albi maafin ucapan nenek ya?" pinta nenek pada Albi dijawab gelengan.

"ndak boleh gitu." tegur Egi. Albi menghela nafas kasar, "iya, Albi maafin."tuturnya malas.

Akhirnya malam ini mereka bisa makan dengan tenang dengan kehangatan yang tercipta.


-tbc-

Megi's life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang