Albi bangun terlebih dahulu dari pada Egi. Ia menatap wajah damai nan ayu istrinya. 20 menit ia gunakan hanya untuk memandang Egi.
Setelahnya ia pergi ke kamar mandi dan kembali dengan wajah yang lebih fresh.
"sayang." panggilnya mengusap pelan kepala Egi. "bangun, dah pagi." ucapnya pelan tepat di telinga Egi.
Bukannya menjawab, Egi malah bergumam tak jelas.
Albi mengecup pelan pelipis Egi, "bangun sayang." Albi mengguncang pelan bahu Egi dan berhasil. Egi menggeliat kecil kemudian berusaha duduk dan akhirnya Albi membantunya duduk.
"jam berapa?" tanya serak sambil mengucek matanya. "jam 6" Egi mengangguk, Albi menatap Egi yang sedang menguap. "hari apa?"
"hari minggu."
Egi mengangguk lagi, "minggu, jam 6 pagi." Albi mengangguk menanggapi ucapan Egi. "bentar lah." ucap Egi malas dan kembali menjatuhkan diri ke kasur.
"ehh! Malah tidur lagi, mandi sana!" tutur Albi berdecak kesal, "males" jawab Egi dengan mata menyipit sebelah.
"no! Mandi sekarang!" titah Albi menarik Egi dari posisi berbaring jadi duduk lagi, "iya iya" jawab Egi malas.
Dengan langkah sempoyongan Egi pun pergi mandi, "awas!" jerit Albi mengulurkan tangannya ke depan kepala Egi. Hampir saja Egi menabrak pintu. "melek dulu baru jalan" peringati Albi.
"sapa suruh orang ngantuk suruh mandi" kesal Egi. Ia mengeplak pintu di hadapannya dengan kesal.
"ini juga ngapain ngalangin jalan, gak sopan banget. Minggir dong!" kesalnya pada pintu.
Albi menggeleng heran. Baru kali ini ia melihat Egi begitu. Apakah Egi belum sepenuhnya sadar?
"nanti kalo udah selesai langsung ke bawah ya."
"iya!"
Selesai mandi Egi langsung ke bawah sesuai permintaan suaminya. Dan ternyata sarapan sudah tertata dengan rapi, "kamu yang masak?" tanyanya.
"iya dong, aku tau kamu masih capek. Jadi aku masak buat kamu." jawab Albi tersenyum sumringah. Egi mencoba nasi goreng yang Albi buat dan rasanya tak asing baginya. "masakan kamu mirip masakan Papa" ucap Egi rada heran.
"enak gak?" Egi mengangguk.
"enak banget." jawab Egi sambil menyendokan nasi goreng itu untuk Albi. Albi dengan senang hati menerimanya, "aku bilang mirip kaya masakan Papa berarti masakan kamu itu paling enak."
"lha kok?"
"masakan Papa tuh paling enak Mas," jawab Egi. Tanpa sadar mereka makan satu piring berdua dengan Egi yang menyuapi Albi. "makan sepiring berdua jadi tambah enak ya."
"eh! Lha iya, kok jadi sepidu?" bingung Egi. "gak pa-pa lah dah terlanjor." lanjutnya.
"sepidu apaan?" tanya Albi bingung.
"sepiring berdua."
.
.
.
.
Karena libur mereka sepakat menghabiskan hari untuk jalan jalan berdua. Sebenarnya Albi yang memaksa Egi agar mau.
Mereka berjalan dengan Albi menggenggam tangan Egi. Takut ilang kawan!
"ke timezone yok." ajak Albi di jawab anggukan.
Mereka masuk ke area timzone mengisi saldo terlebih dahulu baru menjajal permainan disana. Albi tertarik untuk main lempar bola basket. "mau main ini" tujuk Albi ke arah permainan bola basket.
"ok."
Albi melempar beberapa bola dan masuk semua. Egi hanya memperhatikan Albi yang nampak senang. Nafas Albi terengah engah karena lelah. "capek?"
Albi mengangguk, "tapi seru" ucap Albi tersenyum. "kamu gak mau main?" tanyanya.
Egi mengangguk, "main apa?" tanyanya lagi.
"punching"
Mereka pun pergi ke arah mesin permainan yang ternyata sedang dimainkan oleh beberapa pemuda. Sepertinya mereka sedang mengadu pukulan siapa yang paling kuat. "kalian udah selesai belom?" tanya Albi menghentikan tawa keempat pemuda itu.
"belom, ini mau main lagi." jawab salah satu dari mereka. "kalian taruhan?" tanya Egi.
"enggak sih kak, cuma adu yang paling kuat aja." jawab yang lainnya. "adu sama gua yok."
"boleh. Siapa takut" jawab mereka menantang. 4 pemuda itu memukul bergantian dengan skor tertinggi adalah 2.846
"tuh coba kalahin kalo bisa." tantang si pemuda berkaus kuning.
Egi mengangguk, ia menggulung lengan hoodienya dan...
Bugh.
Satu pukulan cepat dan kuat ia layangkan. Mereka menunggu hasilnya dengan penasaran. Hingga perhitungan itu berhenti di angka 5.999
4 pemuda itu menatapnya tak percaya, "kena hantam auto pingsan gua."
"rahasianya apa kak?" tanya si pemuda yang berdiri paling ujung. "bismillah sama yakin"
Jawab Egi kemudian menarik Albi pergi.
Albi sadar dari ke terkejutannya saat ia melihat permainan dingdong yang berisi banyak boneka. "yang main ini." serunya memberhentikan Egi.
Egi langsung injak rem dan berbalik melihat Albi yang menatap permainan capit itu. "yaudah duluan"
"kamu mau boneka apa?" tanya Albi.
"terserah kamu dapetnya apa."
Albi mulai menggerakkan tuas capit dan ia hampir menjerit saat capitnya berhasil mengambil satu boneka panda. Saat capit mengarah ke lubang, boneka itu terjatuh ke tempat semula. Sampai 3 kali mencoba ia gagal terus.
"ini harganya berapa sih, biar aku beli sekalian kotaknya ini!" kesal Albi menendang pelan kotak permainan. Egi menarik Albi agar tak meluap kan emosinya pada permainan itu. "yang kita beli aja nih permainan!"
"shutt... biar aku coba." ucap Egi menenangkan Albi. "mau boneka apa?"
"panda." jawab Albi kesal.
Egi mengangguk kemudian ia pun mulai menggerakan tuas permainan. "dikit lagi dikit lagi!" ucap Albi antusias dan Egi berhasil mendapat boneka panda tadi. Ia memberikannya pada Albi yang terlihat senang saat ia mendapatkannya.
"udah ya... Kita makan tros pulang." ujar Egi membujuk Albi. Sebenarnya ia tak ingin merusak kesenangan Albi tapi hari sudah beranjak sore. "yok" sahut Albi menariknya keluar area timezone.
Egi menghembuskan nafas lega saat Albi menuruti ucapannya.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Megi's life [END]
Novela Juvenilterkenal kata cantik, pintar, baik? udah pasaran! tapi pernah gak si lo terkenal karena males? tapi males dalam kata lain yang luar biasa. "Gi, lo gak mau gitu partisipasi dalam acara?" "males" kata itu selalu diucapkan oleh Megi. ⚠JADWAL UPDATE SET...