25.

75 6 0
                                    

Brak.

"maaf boss, saya tidak akan melakukannya lagi. Saya akan lebih berhati hati lagi dengan orang sekitar." ucap Bobby memohon ampun. Ia takut bila bosnya marah besar, lihat saja. Baru saja menggebrak meja buat ia menciut.

"bodoh kau, jangan sampai terulang atau kau akan aku hukum. Jangan mau bila Febbi Natasrya Putri mengajakmu ketemuan." perintahnya mematap tajam ke depan.

"baik boss."

"dan main bersih, oh ya. Banyak mata mata yang di kirim untuk memata matai mu."

"kalo gitu bos pulangnya gimana?" tanya Bobby bingung. Saat ini ia dan bos besarnya berada di kantor, jika dirinya di ikuti bisa gaswat bila mereka tau bosnya. Bosnya itu sangat dingin, galak dan gak mau siapun tau siapa dia.

Bosnya diam, berarti sedang berfikir. "kau cek dulu keamanan kantor ini di radius 500 meter dan laporkan padaku ada berapa mata mata yang di kirim."

"baik bos."

Bobby pergi mengambil leptop kemudian mengetik sesuatu, "ini bos. Sekitar 10 orang yang terdeteksi di radius ini." ucap Bobby menyerahkan leptop.

Diaksesnya kamera di tempat orang orang itu bersembunyi dan ketahuan sudah. Mereka pandai bersembunyi ternyata. Tapi lebih pandai dirinya.

"kalau begitu. Kau pergi lah dengan terburu buru sambil berpura pura menelpon ke suatu tempat, pokoknya arahnya harus berlawanan dengan arah yang akan ku gunakan."

"baik bos."

Dan saatnya tipuan, Bobby pergi sesuai dengan apa yang diarahkan oleh bosnya dan setelah kepergian bobby. Orang itu pun menyeringai karena 10 mata mata suruhan musuhnya ikut pergi. Sebenarnya ia tak menganggap mereka musuh tapi mereka mencari permusuhan padanya, tapi ia tak akan menyakiti mereka.

Ia segera pergi dengan tergesa mengambil arah sebaliknya. Kali ini dirinya harus memperketat keamanan, bisa saja karyawan nya sendiri adalah mata mata musuh.

**

"EGIIII" teriak Tama marah.

"apa?" tanya Egi. Ia baru saja masuk rumah kenapa sudah di teriaki? "lo dari mana, huh?!" sentak Tama.

Kenapa dengan Tama, kenapa terlihat marah sekali? "beli bakso." jawabnya. Ia menunjukan kantong kreseknya dan Tama menyorot bakso itu dan Egi secara bergantian. "Niko tuh gigitin stick game gua. Lo juga mau beli bakso gak bilang. Tau gitu gua nitip."

Egi kira ia buat kesalahan, ternyata ulah Niko. "gua gantiin stick game lo. Pesen aja nanti gua yang bayarain. Kalo bakso... beli aja sendiri." sahut Egi.

"eh! eh! stick game itu mahal ya. 7,5 juta itu."

"gua bayarin. Jangan kaya orang susah, punya gua lebih mahal." sahut Egi. Tama pun mengangguk setuju, ia kan kaya! Kenapa harus pusing. Beli kaya gitu 10 buah pun gak akan buatnya bangkrut kan. "Niko mainan kamu ada banyak, jangan ngerusak barangnya kaka." nasehat Egi pada Niko, ia pun makan baksonya dengan tenang dengan di temani Niko.

"Abang, anak buah gua gagal." ucap Juna kesal.

"kok bisa?" tanya Tama.

"mereka kira sih Bob Marley itu pergi buru buru karena mau nemuin bosnya eh! ternyata ke cafe. Dan disana malah ketemuan sama klien." dengus Juna.

"trus si Febbi?"

"dia gagal buat nemuin sih Babi karena dia nolak. Katanya lagi ada meeting penting."

Egi menggeleng pelan, lelah ia mendengar ocehan mereka yang membahas tentang bisnis, buat ia pusing. "wih enak tuh baksonya," ujar Juna. "minta sih. Dikit aja." ucap Juna.

Egi hanya diam buat Juna mendengus kesal, namun tak disangka bila Egi menyodorkan potongan besar bakso untuknya, Juna pun memakannya dengan senang hati. "enak bwanget, entar bweli lagi ya." tutur Juna dengan mulut penuh.

"telen dulu kali." sargah Tama.

Indah tak lagi tinggal bersama mereka, karena Indah ikut Jidan. Suaminya.

"oh ya, Gi. Bentar lagi lo merried kan?" tanya Juna.

"trus?"

"yah kita bakal kangen lo lah, apalagi Mbak Indah udah ikut suaminya." ujar Juna gusar. Mereka berdua pergi, jelas akan sepi. Gak ada lagi deh patner berantem atau kena omel. "gua bakal main sini." sahut Egi.

"gak nyangka, adek yang suka makan permen sampe sakit gigi bakal nikah." ujar Tama haru. Sementara Egi? B.aja dia mah. Abangnya aja lebay.

**

14. 27 wib.

Tok! Tok! Tok!

"paket."

Pintu terbuka nampaklah Firdaus dengan wajah ramahnya, "untuk siapa?" tanyanya.

"untuk Isa Nalaraqia Dzaeofi, susah amat ni nama. pokoknya atas nama Isa."  dumel kurir paket.

Firdaus menerimanya kemudian masuk memberikan paketnya pada sang istri, "paket buat kamu."

"perasaan aku gak pesen barang online." ujar Isa heran. Hubungan mereka membaik dan Isa sudah dengan ikhlas menerima Firdaus sebagai suaminya. "buka aja kali."

Isa mengangguk kemudian ia buka, "undangan." gumam Isa.

Mata Isa membolak sempurna saat membaca undangan tersebut, sungguh tak percaya dengan pengelihatannya kali ini. "EGI NIKAH!" Firdaus berjenggit kaget karena pekikan keras Isa, dengan sigap ia menangkap tubuh Isa yang melemas.

Isa pingsan.

"Egi sialan, istri gua syok sampe pingsan." dengus Firdaus membawa tubuh Isa ke kamar.

Hari pernikahan tiba, Isa dan Min segera datang ke rumahnya setelah sadar kemarin, Egi lebih pandai darinya. Pikir Min.

Egi menjelaskan bila ia di jodohkan oleh orang tua nya, lebih mengejutkannya bila dosen yang galak saat baru masuk. Mereka tak menyangka bila Egi akan menikah dengan Albi. Dosen mereka, kini lihatlah. Sebentar lagi akad,

"ananda Albi Irawan Ardiansya bin Heriansya Abraham Leonard saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya Megi Okta Vahrani binti Robi Dirgantara dengan mas kawin uang 100 juta dan seperangkat alat solat dibayar tunai."

"saya terima nikah dan kawinya adinda Megi Okta Vahrani binti Robi Dirgantara dengan mas kawin uang 100 juta dan seperangkat alat solat dibayar tunai."

"para saksi sah?"

"SAAAAAH!"

-tbc-

Megi's life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang