43.

70 6 0
                                    

"assalamualaikum," ucap Anza, Rava dan Kori.

"waalaikumsalam," jawab Bunda Nida dan Mama Dea. "keadaan Egi gimana Ma?" tanya Kori.

"jauh lebih baik, tapi ya gitulah... belum mau sadar." jawab Mama Dea.

"kalo lukanya?" tanya Anza,

"udah sembuh, tinggal tunggu sadarnya aja." jawan Mama Dea menghembuskan nafas kasar. Rava mendekat ke arah brangkar memandang sendu sabahtnya. "mau sampe kapan lo tidur? Gak kasian sama kita? Laki lo dan ponakan yang lo selametin?" ucap Rava terkekeh frustasi.

"princess bangun sih, entar lagi gua ama Rava bakal cabut. Balik ke German ama Belanda, princess gak mau nganter?" ujar Anza mengerucut bibir.

"Gi, meski ini peraturan dari perusahaan. Gua bakal bilang kalo boss gua ganti. Bukan Bobby lagi, dia ada urusan. Katanya sih disuruh boss besar dan penggantinya itu Jay." curhat Kori memandang lekat Egi.

"dia orangnya dingin banget, susah diajak bercanda. Lebih asik Boss Bobby." lanjutnya dengan nada kesal.

Ceklek.

Mereka menoleh ke arah pintu, ternyata Albi. "kusut amat muka lo bro," canda Anza dapat geplakan dari Rava. "liat noh laki lo, mukanya kusut bat."

"mana bisa liat bego, diakan tidur." kesal Anza pada Rava.

"shutt jan brisik." ujar Mama Dea buat mereka diam.

Diam sambil memikirkan kapan Egi sadar. Berkutat dengan pikiran mereka masing masing. Keluarganya datang silih berganti, bahkan Nenek Dera juga datang menjenguk. Ia juga turut sedih, apalagi akibatnya buat Albi yang biasanya cerewet jadi murung.

"adek bangun." ucap Nia menitihkan mata. Nia jadi sangat sensitif semenjak hamil, pengaruh hormone yang sedang tak stabil.

"kalo aja Bang Aldan gak biarin Egi ambil bagian sulit, paling gak gini keadaanya." geram Albi.

Aldan mendengar ucapan kesal sepupu iparnya hanya bisa menghembuskan nafas kasar. "Albi gak boleh gitu," ujar Tante Tina buat Albi mendengus.

Mereka pulang satu persatu, bahkan Nenek Dera harus memaksa Albi agar mau diajak pulang. Mereka semua pulang, dan tinggal Egi yang tak sadarkan diri disana sampai suster datang untuk pemeriksaan.

"s-suster,"

•°•°•°•

Suster menoleh saat melihat Egi sadar, Ia segera memanggil dokter namun tak menghubungi keluarganya terlebih dahulu atas permintaan Egi.

"syukurlah keadaan Anda sudah membaik sekarang." ujar Dokter tersenyum hangat.

"saya kenapa?" tanya Egi pelan. Belum terlalu banyak tenaga yang ia punya.

"anda koma setelah terpental sejauh 20 meter dari lokasi ledakan." jawab sang dokter. "b-berapa lama?"

1 tahun!?

"1 bulan 2 minggu." jawab sang dokter.

"dok?"

"ya?"

"kalo keluarga saya tanya keadaan saya, jawab saja masih sama." titahnya diangguki oleh dokter tersebut. Dokter Alya keluar meninggalkan Egi.

Egi pun kembali berbaring dibantu oleh suster. Ia kembali memejamkan mata setelah suster keluar, tak lama suara pintu terbuka terdengar.

Ada yang menarik kursi di sebelah brangkarnya, "Egi bangun. Aku kangen kamu." ucapnya.

Ternyata Albi yang datang terlebih dahulu. Albi setia menggenggam tangannya sampai yang lain datang. "betah amat sih lo tidur." celetuk Abangnya. Dasar Juna! Suka melow kalo liat Egi begini.

Megi's life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang