20.

88 7 0
                                    

Entah gimana ceritanya, sekarang Egi ada di Bali. Sekeluarga!

Jelas gara gara Indah, dia memboyong keluarganya ke Bali sebelum ia pergi bersama Jidan nantinya. Dan Egi sempat menolak keras, namun Mama tau cara agar Egi ikut serta. Yaitu bawa Niko, jadi mereka berangkat dengan pesawat pribadi supaya Niko bisa di bawa dengan leluasa.

Sekarang Egi duduk lesehan beralaskan tikar bersama Niko, sesekali ia menghela nafas. Ia ikut ke Bali dan meninggalkan kulihnya. Dan bertambah kesal karena Albi ikut.

Seperti biasa, Egi memilih menjauh dari keluarganya dan keramaiannya. Dari kejauhan mereka melihat ada 5 orang laki laki mendekati Egi, 4 diantaranya berbadan kekar dengan berpakaian serba hitam dan satu pria lagi memakai kaca mata hitam dan berjalan angkuh mendekati Egi dengan membawa map berwarna hitam.

Mereka terheran heran saat melihat orang itu menyodorkan map tersebut pada Egi, Egi menerimanya dan membacanya kemudian menandatangainya. Dan yang mengejutkannya lagi orang itu membungkuk pada Egi.

Setelah orang orang itu pergi, ada lagi orang yang datang dengan membawa kotak berisi daging. "owalah, mungkin Adek pesen makanan buat Niko." ujar Tama membuat kesimpulan.

"tapi ngapain pake tanda tangan, trus ada bodyguard nya juga. Trus mereka membungkuk hormat sama Egi." ucap Juna menatap Egi curiga.

Jarak mereka sekeluarga dan Egi itu sekitar 90 meter, jadianya mereka tak tau apa yang dibicarakan dengan Egi. "tinggal tanya aja sama Egi apa susahnya, tuh anaknya kesini." ujar Jidan saat melihat Egi berjalan ke arah mereka setelah menggulung tikar yang ia gunakan.

"siapa mereka Gi, kok pake hormat segala?" tanya Nia penasaran. Sudah Egi duga akan seperti ini. Mangkanya ia gunakan pengalihan.

"males jelasin nanti aja kalo mood." jawabnya acuh buat mereka semakin penasaran.

"yaelah, Gi. Bikin penasaran aja." ujar Febbi gregetan.

Egi mah bodo amat.

.

.

.

.

Berenang dan menikmati keindahan bawah laut adalah pilihan bagus untuk cuaca panas begini.

Tama, Juna, Febbi, Nia, Jidan, dan Egi memilih berenang sementara Albi dan Indah tetap di kapal karena tak bisa berenang mereka tetap berada di kapal.

"ayo Egi, turun bareng." ujar Nia.

Egi menggeleng. Ia belum turun karena ia ingin menjahili Juna, walaupun bisa berenang Juna takut ketinggian. "cupu lo, Jun. Buru elah." ledek Tama yang sudah turun.

"bentar gua ngunpulin nyali." ujar Juna.

Egi tersenyum miring, ia menepuk bahu Juna buat Juna menoleh. "apa?"

Egi menunjuk arah tepi pantai, Juna dan yang lain mengarahkan pandangan ke tempat yang Egi tunjuk. "apa--AKHHH!" teriak Juna saat ia di dorong oleh Egi. "sialan lo! Bikin spot jantung aja." maki Juna kesal.

Sementara Egi hanya menggendikan bahu acuh. "turun lo!" teriak Juna dan Tama bersamaan.

Egi memutar mata jengah, ia loncat dengan santainya dengan posisi tegap kemudian tubuhnya berputar dan akhirnya ia masuk dalam laut dengan mulus.

"kalian berdua stay disana aja," ujar Egi setelah muncul ke permukaan.

"ciee perhatian." goda Nia.

"gak. Cuma gak mau repot, kalo nyemlung trus dia tenggelem mah gak pa-pa, kalo di ngap hiu? Kita juga bakal kena." ujar Egi buat mereka melongo.

Sungguh ajaib jalan pikiranmu Egi.

Megi's life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang