Kalo di tanya tentang cinta? Egi bisa diminta nasehat tentang cinta. Tapi pengalaman cinta? malah nol.
Akibat acara kemarin, followersnya bertambah. Egi sudah sejak lama punya fanbase dan ia memang famouse, tapi ia nggak peduli akan hal itu.
Egi membawa 2 buah undangan ditangan untuk temannya, ia disuruh orang tuanya buat mengundang sahabatanya. Ia letakan undangan itu di meja dengan sedikit kasar, "buat kalian, dateng ya." ucapnya datar.
"LO BAKAL NIKAH!" pekik Isa kaget dihadiahi jitakan oleh Min.
"baca yang bener, mana ada namanya Egi berubah jadi Nia." geram Min, akhirnya Isa membaca undangan itu dan nyengir dengan PD-nya, "kirain elo. Hehe sorry kawan." ujar Isa.
"eh eh, kalo Kakak lo pada married lo sendiri yang belom ada gandengan. Awas iri lo." sindir Isa.
"gua heran, kenapa kalian pada pengen liat gua ada gandengan coba?" heran Egi sambil menyeruput es tehnya.
"ya, kita penasaran aja. Sapa yang bakal jadi masdep lo nanti." cicit Min kala menyadari tatapan seram dari Egi.
Egi mangut mangut paham, "gua juga penasaran." ujarnya mengundang tanya.
"apa?" tanya mereka berdua bersamaan. "kalian penasaran kapan gua ada gandengan kan ..." ia menjeda kalimatnya dan melihat temannya mengangguk baru ia lanjutkan, "nah kalo gua penasaran kapan kalian wafat." ucapnya datar buat mereka meneguk saliva kasar.
"yaelah lu mah kalo ngomong suka nge-jedar." ucap Isa lesu, "nyelekit pe'a" dengus Min menoyor kepala Isa.
"permisi Kak?" mereka menoleh kala ada yang suara lain selain mereka, "ya, ada apa Dek?" tanya Isa.
"Eum Kak Egi di panggil Pak Albi, sekarang." ucapnya lalu pergi setelahnya.
"wah ada apa nih antara Egi dan Pak Albi. Eh! Nama korang berdua sama sama 'I' belakangnya." ujar Isa heboh buat seisi kantin memperhatikan mereka. "cuma itu doang lo heboh, nyadar nggak kalo nama panggilan kita bertiga mengandung huruf 'I' dan cuma 3 huruf doang." ujar Egi sengit kemudian pergi.
Dan benar juga kata Egi, kenapa mereka berdua baru nyadar.
**
"kenapa bapak panggil saya?" tanya Egi formal.
"nggak usah formal gitu, biasanya lo - gua." sindir Albi.
"maaf Pak, ini area kampus. Jadi tak sopan bila menggunakan kata lo - gua dan ingat! Anda bukan teman saya." jelas Egi buat Albi terdiam.
"iyaiya, saya cuma mau bilang..." Albi celingak celinguk dulu untuk memasktikan sikon, takut ada yang menguping. "bunda bilang suruh ajak kamu ke rumah setelah ngampus." lanjutnya sambil berbisik.
Egi menghela nafas panjang kemudian meraih pulpen dan kertas di meja Albi, sementara Albi hanya diam memperhatikan tanpa mempertanyakan apa yang ia lakukan. "nomor saya, lain kali chat aja. Anda nganggu acara makan siang saya." ujarnya kemudian pergi.
"buset calon gua itu?!" gumamnya heran.
"ya emang calon gua, masa sama Pak Wahyu. Amit.- amit dah." lanjutnya bergidik ngeri.
"ada apa nama saya disebut."
"astagfirullahalazim" sebut Albi. Ia terkejut karena Pak Wahyu tiba tiba menyembulkan kepala dari balik pintu ruangannya.
__
Setelah pulang kampus, Egi benar benar pergi bersama Albi. Walau ada perdebatan antara keduanya perihal motor Egi, hingga akhirnya memutuskan Egi pulang dulu sekalian ijin dan disinilah sekarang ia berada.
Dirumah Albi, "kamu memang menantu idaman Gi, emang kamu malesan tapi dalam artian yang berbeda. Kamu sepertinya memang jodoh dengan Albi yang cerewetnya minta ampun itu." ujar Nida. Bundanya Albi.
"Bunda apaan sih!" kesal Albi karena sedari tadi, Bundanya mengobrol dengan Egi membahas kejelekan dirinya.
"kenapa emang? Malu kamu! Kan itu bener adanya, Ya nggak Gi?" tanya Nida dibalas anggukan.
"lebih baik jujur dari pada bohong, kalo bener adanya kenapa harus malu." sahut Egi buat Albi semakin greget.
Meoww~
Kucing Albi datang, bukannya senang ia malah makin kesal karena Deri mendekati Egi. Deri itu nama kucingnya.
"ish! Pushh kok kesitu, tau aja lo mana yang bening." dengus Albi bersedakep dada.
"emang kamu, buriq." sembur Nida buat Egi menahan tawa.
"Mama bingung. Papa sama Mama itu bibit unggul kok jadinya kaya kamu ya?" ujar Nida semakin gencar menjahili putranya.
"Mama jahat banget sih! Aku ganteng gini di bilang buriq." sahut Albi berdecak kesal.
Bahkan Deri sudah pergi dari sana saat melihat majikannya kesal, "apa pas dirumah sakit, bayinya ketuker ya!?" Egi akui, Nida sosok yang jahil. Calon mertuanya itu semakin jadi menjahili Albi, sampai Albi hanya diam dan air matanya jatuh.
"Eh--kok cingeng sih!" ujar Mama panik melihat putranya menitihkan air matanya, "Mama bercandanya gitu sih!" decak Albi.
Tangan Egi terangkat untuk mengusap kepala Albi, "jangan nangis." ucapnya buat Nida dan Albi tertegun. "tambah jelek." imbuhnya buat Nida tergelak.
"kamu sama aja sama Mama, manding aku ke tempat Mimi." Albi beranjak dari sofa menuju kamar.
"Mimi itu siapa?" tanya Egi.
Mama masih cekikikan pun berusaha berhenti, "Mimi itu nama boneka winnie the pooh punya dia, bonekanya sejak kecil."
"huh?!" tak habis pikir, Albi? Cowo tulen itu suka boneka? "yaudah deh Tan, aku mau pulang dulu." pamitnya sambil menyalami Nida.
"eits tunggu... Bunda panggil Albi dulu, oh ya jangan panggil Tante dong, panggil Bunda." Egi hanya mengangguk tanda setuju
"Albi! Egi mau pulang, anterin gih!" teriak Nida. Egi memang mau pulang,
"Iya Bundaaa!" jawab Albi, sedangakan Egi pamit keluar duluan.
__
"Egi?" panggil Albi.
"hm?"
"eum kamu udah tau tentang aku sebagian, tapi aku belum tau banyak tentang kamu. Bisa enggak kamu sedikit terbuka sama aku?" ujar Albi. Terdengar nada memohon sekaligus memerintah, itulah yang Egi tangkap.
"tanya aja ke Mama, saya tau karena dikasih tau Bunda." jawab Egi malas.
"jangan terlalu formal lah, Gi."
"situ juga jangan terlalu akrab, masa aku - kamuan, geli dengernya." jawab Egi.
"iya deh," jawab Albi menurut.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Megi's life [END]
Teenfikceterkenal kata cantik, pintar, baik? udah pasaran! tapi pernah gak si lo terkenal karena males? tapi males dalam kata lain yang luar biasa. "Gi, lo gak mau gitu partisipasi dalam acara?" "males" kata itu selalu diucapkan oleh Megi. ⚠JADWAL UPDATE SET...