Dentuman musik menghantam gendang telingaku namun atensiku tetap tertuju pada segelas alkohol di hadapanku. Netraku menatap sekeliling Ku. Dan aku mulai menyadari bahwa aku adalah salah satu di antara manusia kesepian yang menyendiri. Namun atensiku terpaku kepada satu sosok. Sosok dengan aura kuat yang baru saja turun dari lantai dua bar ini.

Mulanya pusat atensinya bukan kedua bola mataku namun dua detik setelahnya matanya terpaku pada kedua mataku. Seolah ia sangat tidak setuju aku menatapnya begitu lekat.
Dor!
Bukan. Bukan suara tembakan itu yang mengambil alih atensiku tapi bagaimana dengan secepat cahaya si pria dengan rambut panjangnya itu memegang perutnya yang mengeluarkan darah.
Aku bahkan tidak mengerti mengapa aku berlari begitu cepat hanya untuk menyangga tubuh orang asing yang eksistensinya bahkan baru ku tangkap sekali. Yang ada di kepalaku hanya bagaimana manusia yang kini sudah berada di pangkuanku seraya memegang perutnya ini dapat hidup.
"Hey! Hey! Liat saya!"
Aku bahkan tidak lagi peduli dengan baku tembak yang sedang terjadi. Asumsiku ini adalah baku tembak antara penjaga pria ini dan orang orang yang mengincar nya."Siapa kamu?!"
Nada bicaranya kuat dan mengancam meski suaranya terdengar lemah.Otakku sibuk mencari jawaban terbaik agar pria ini tidak merasa terancam namun tubuhku bertindak dengan sendirinya. Bukannya menjawab aku justru membuka jas pria itu perlahan lalu menahan pendarahannya menggunakan jas nya.
Tanganku yang lainnya sibuk memanggil nomor yang sudah ku hafal. Nomor rumah sakit tempatku bekerja. Baru saja panggilan itu tersambung pria yang kini sudah meletakkan kepalanya di bahuku mengambil ponselku.
"Jangan rumah sakit"
Lirih suaranya di antara perpaduan suara peluru. Entah bagaimana namun tampaknya posisi kami aman saat ini. Para pria dengan senjata dan berbadan kekar mengelilingi kami. Melindungi si pria dengan kesadaran yang menipis lebih tepatnya.Belum sempat bibirku membalas ucapan lirih itu manusia lain datang. Seorang pria dengan badan lebih tegap dan tubuh lebih tinggi tampak menampilkan raut paniknya
"Yuta! Hey! Shit!!"
Seruan yang di iringi teriakan di akhir itu membuatku sedikit terkejut. Pria itu berhasil masuk ke dalam lingkaran yang kini semakin di jaga ketat. Banyak manusia yang datang bersama pria yang tadi berteriak ini."Who are you?"

"Dokter" refleks ku cepat.
"Hyung" suara berat dan serak itu mengalihkan atensiku.
Pendarahannya semakin banyak. Dapat ku rasakan nafas seseorang yang bernama yuta ini mulai berat dan lemah. Bibirnya sudah sangat pucat.
Sementara si pria yang bahkan tidak ku ketahui namanya itu mengambil alih yuta dari pangkuanku. Menggendongnya dengan hati-hati.
"Kamu ikut saya" kalimat yang terdengar seperti perintah itu membuatku mengangguk dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Fanfictionyuta bilang, cahayaku berpendar terang. menyelamatkan nya dari banyak hal terutama sesuatu di dalam gelap. tapi yuta salah. bukan aku yang menyelamatkan nya . ia yang membuatku berpendar. Romance - drama - crime