morning

32 6 0
                                    

Aku sedang memakan roti isiku saat melihat yuta menuju ruang makan dengan piama dan mata sembabnya. Jangan lupakan rambutnya yang berantakan. Sepertinya pria ini memang baru saja bangun dari tidurnya lalu langsung menuju ke ruang makan.

Pria itu segera mengambil gelas lalu menuangkan air ke dalamnya.

"Morning yutaaaa"

Well daripadanya canggung bukankah lebih baik menyapa dengan ceria?

"Hm"

Dih?? Kemarin lembut sekali kalimat dan tatapannya. Detik ini menoleh saja tidak. Manusia di depanku ini punya kepribadian ganda kah?

"Yuta saya bosan. Boleh keluar?"

Yuta menoleh ke arahku seraya meletakan gelas yang isinya sudah habis ia teguk

"Gak"

Jawaban tegas itu keluar dari bibirnya. Pria itu lalu mengambil roti dan mulai mengolesi selai di atasnya.

Anak ini benar-benar seperti yangyang. Belum mandi sudah sarapan.

Aku lalu memukul lengannya yang sedang mengoles roti membuatnya menatapku tidak mengerti

"Mandi dulu baru makan! Jorok banget!"

Pria itu mendengus malas lalu tetap mengoleskan selai ke dalam rotinya

"Kalau kamu mandi dulu saya masakin yang kamu mau"

"Maid bisa. Saya mau roti"

"Saya bikinin roti yang banyak"

Yuta mendengus lalu mengambil satu roti lagi untuk di olesi selai.

"Saya bisa sendiri"

"Kalau kamu mandi dulu saya peluk sampe kamu puas gimana?"

Yuta langsung menghentikan kegiatannya dan menatapku penuh minat. Tatapan matanya berbinar seperti menemukan sesuatu yang begitu ia inginkan.

" Peluk sekalian masakin saya telur gulung"

"Iya. Mandi dulu sana!"

Yuta lalu mengangguk dan meninggalkan roti selainya. Aku tertawa ringan. Bukankah pria itu sangat menggemaskan?

Aku memang snagat membenci orang yang belum mandi lalu sarapan. Bukankah itu jorok sekali? Bayangkan kamu belum sikat gigi atau membersihkan tubuhmu yang bau lalu makan. Ugh. Aku membencinya.

"Morning key"

Sapaan riang itu membuatku mengangkat kepalaku. Aku lalu tersenyum melihat Johnny yang datang ke rumah ini.

"Morning Jo"

Johnny memang tidak terlalu sering berbicara padaku. Namun auranya menyenangkan. Ia juga menjadi ramah padaku. Berbeda dengan aura yuta yang memang menakutkan.

Johnny lalu duduk di kursi yang ku tempati tadi sementara aku mulai memasak telur gulung yang yuta minta. Dapat ku rasakan Johnny sedang memperhatikan ku dari belakang.

"Kamu masak sesuatu?"

"Iya. Yuta minta telur gulung"

"Ah~ dia pasti sangat merindukan ibu"

"Hm?"

"Yuta selalu minta di buatkan telur gulung kalau dia rindu ibu. Tapi dia cuma mau telur gulung kamu key. Dulu kamu sering menginap di sini. Jadi yuta sering minta kamu buat telur gulung"

Aku hanya mengangguk mendengar cerita Johnny. Aku belum mengingat sebanyak itu. Aku bahkan baru sekali mendapatkan ingatanku.

"Ingatan kamu, seberapa banyak yang kamu dapat?"

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang