Dan di sinilah aku berada. Sedang berjuang menghentikan pendarahan yuta sendirian. Aku memang seorang ahli bedah. tapi hey tetap saja aku memerlukan bantuan. Ini pertama kalinya selama aku menjadi seorang dokter spesialis bedah untuk melakukan operasi sendirian.
Lukanya tidak terlalu dalam namun merobek arterinya. Hingga darah yang keluar begitu banyak. Aku cukup kesulitan untuk menghentikan pendarahan itu.
Dua jam beralalu dan akhirnya operasi yang ku lakukan berhasil. Kini luka yuta sudah terbalut dengan rapih.
Sejenak ku tatap wajah pucat itu. Mulai berfikir keras apakah keputusan yang ku ambil benar atau salah. Aku bahkan tidak mengetahui siapa yuta. Latar belakangnya. atau apapun tentangnya. Yang ku tau hanya membantu manusia yang membutuhkan ku adalah kewajiban.
Tidak ingin membuat keluarga pria ini menunggu lama aku melangkah kan kakiku keluar dari ruangan operasi. Ah ini bukan rumah sakit. Ini seperti kantor namun dengan fasilitas yang sama seperti rumah sakit. Letaknya di dalam tanah. Entahlah. Aku tidak mengerti tujuan tempat ini di dirikan. Johny. Pria yang tadi menggendong yuta menyuruhku untuk tidak bertanya tentang apapun. Jadi ku putuskan untuk diam.
Saat kakiku sudah berada di depan pintu. Ku tolehkan kembali kepalaku ke arah yuta.
"I save you" gumamku pelan.
Berusaha meyakinkan diriku bahwa aku menyelamatkan manusia yang tepat.Saat aku sudah berada di luar Johny segera menghampiri ku. Menatapku dengan raut tanpa ekspresi nya meski matanya tampak menanti jawaban.
"Dia baik. Operasi nya berhasil"
Dan jawaban singkat yang keluar dari bibirku itu membuat Johny bernafas lega."Berapa?" Pertanyaan itu muncul dari bibir johnya secara tiba-tiba membuatku mengerutkan dahiku tidak mengerti.
"Maaf?"
"Berapa yang harus saya bayar atas jasa anda dan menutup mulut anda?"
Ah aku mengerti sekarang. Tempat ini dan kejadian ini. Tidak ada yang boleh mengetahuinya benar? Lagipula ini bukan urusanku jadi untuk apa aku angkat bicara?
" Tidak terimakasih. Saya akan tutup mulut. Soal jasa, saya membantu tanpa ingin di bayar"
Johny bungkam. Menganalisis ku dari atas sampai bawah. Lalu ia mengangguk samar. Tangannya bergerak menuju saku jasnya. Memberikan sebuah kartu nama. Ah! Ternyata ia seorang CEO.
"Hubungi saya jika anda butuh bantuan. Kami berhutang nyawa"
Aku hanya mengangguk seraya tersenyum. Atensiku teralih pada jam tanganku. Waktu sudah menunjukan pukul empat pagi. Dan aku harus bekerja hari ini. Jadi setelahnya aku berpamitan pada Johny untuk kembali ke rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Fanfictionyuta bilang, cahayaku berpendar terang. menyelamatkan nya dari banyak hal terutama sesuatu di dalam gelap. tapi yuta salah. bukan aku yang menyelamatkan nya . ia yang membuatku berpendar. Romance - drama - crime