cute

24 6 0
                                    

Aku membuka kedua mataku perlahan. Dan pemandangan pertama yang ku lihat adalah wajah yuta yang sangat dekat denganku. Wajahnya damai sekali. Wajah yuta memang tegas. Namun ketika mengingat bagaimana pria itu memperlakukan ku tadi malam membuatku mengerti, yuta memang tidak menyeramkan sama sekali. Hanya pasti ada alasan mengapa pria ini memiliki aura yang menyeramkan.

"Berkedip key"

Suara serak itu sukses membuatku terkejut. Yuta lalu membuka matanya dan menatap tepat ke mataku.

" Hah?"

"Jangan lupa berkedip. Saya tau saya ganteng"

"A apa? Saya ga mikir kesitu"

"Jadi mikirin apa?"

Aku bungkam. Lalu segera beranjak menjauh dari yuta. Namun lengan pria itu segera menahan gerakan ku. Bahkan kini yuta sudah kembali memelukku.

"Sebentar aja kayak gini."

Suara yuta yang lirih membuatku menuruti keinginannya. Namun seketika aku mengingat sesuatu. Aku. Tidak. Pakai. Pakaian. Kemarin.

Aku segera menyingkirkan tangan yuta dan menyingkap selimutku. Oh? Aku sudah memakai kemeja hitam kebesaran. Cukup menutupi tubuhku.

"Yuta? Siapa yang ganti pakaian saya?"

Kalimat itu ku keluarkan seraya beranjak duduk.  Sedangkan yuta masih saja berbaring.

"Hng?"

Kepala pria itu tampak terangkat dan menatapku sebentar lalu yuta kembali menarik selimutnya dan merebahkan kepalanya.

" Saya yang ganti"

"HAH?! YUTA?! WHAT THE HELL ARE YOU DOING?!"

tanpa berfikir panjang aku segera memikuli badan yuta dengan tangan kiriku. Mencubitnya menendangnya serta menjambak rambutnya

"Akh aduh! Sakit key! Shh! Aduh"

"Kamu! Lihat! Tubuh! Saya!"

"No aduh! Eh! Key!! Akh sakittt eommaaaa!! Akh!! Stop!!"

Yuta kini sudah duduk dan menatapku dengan mata memelas dan bibir yang mengerucut. Rambutnya sudah berantakan. Lengannya juga merah-merah. Namun tetap saja!!

"Ampun jangan pukul lagi"

Ah? Lihatlah wajah memelas itu. Ingin memukul lagi namun menjadi tidak tega. Jadi ku putuskan untuk menjambak rambutnya sekali lagi lalu menatapnya garang

"Akh!"

"Kenapa ganti baju saya?"

"Saya becanda!! Yang ganti baju kamu itu kepala maid!"

"E eh??"

"Kenapa kamu kejam banget?!"

Yuta tanpa segan memukulku dengan bantal di belakangnya membuatku terjatuh ke belakang. Perasaan bersalah menyergapku tiba-tiba.

"Maaf yuta"

Aku menatapnya lekat sedangkan pria itu tetap memasang wajah kesalnya. Bibirnya ia kerucutkan dan alisnya menukik. Hahah lucu sekali pria ini.

"Yuta~ saya traktir es krim mau??"

"Tiga box es krim"

"Iya tiga box es krim"

"Oke"

"Baikan"

Aku mengulurkan tanganku untuk mengajaknya berbaikan dan tanpa ku duga yuta menyambut tanganku lalu menjabatnya.

"Why did those of you so cute?!"

"John Hyung?"

Eh?? Semenjak kapan Johnny berada di kamar ini?

"Hyung ada apa?"

"Kita butuh bicara. Ga di sini."

Dan setelahnya yuta hanya mengangguk dan Johnny keluar dari kamar ini.

"Jam empat nanti saya balik. Jangan lupa es krim."

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Yuta!"

Seruan yang terdengar dari ruang tengah itu mengalihkan atensiku Yang sedang menyusun box es krim milik yuta di kulkas. Aku menyuruh Kun untuk membelinya tadi. Dan Kun melakukannya dengan terpaksa.

"APA YANG KAMU LAKUKAN HAH?!"

" Kekuasaan penuh sudah ada di tangan saya! Anda sudah tidak berhak mengatur saya!"

"DIA BISA DALAM BAHAYA DIA BELUM SIAP!"

" DIA YANG BELUM SIAP ATAU ANDA YANG MASIH SERAKAH?!"

"BERANINYA KAMU?!"

"KEYRA SUDAH BERHAK INGAT! DIA PASTI BISA! KEMAMPUANNYA BAHKAN TETAP SAMA!"

"SERUM ITU KUAT! EFEKNYA AKAN MEMBUATNYA KESAKITAN YUTA!!"

Aku terdiam sesaat. Jadi pertengkaran ini soal ingatanku? Aku lalu memberanikan diri untuk keluar dari dapur dan menuju ruang tengah. Tampak seseorang yang tidak ku kenal tengah berdiri menatap yuta ganas. Sedangkan yuta tampak duduk di sofa dengan tegak. Jangan lupakan Johnny yang hanya diam dan tampak menyimak.

"Key?"

Dan yang pertama kali menyadari kehadiranku adalah Johnny. Seketika atensi yuta dan seorang pria paruh baya itu teralih padaku. Yuta segera berdiri dan menghampiri ku. Menatapku dengan khawatir.

"Kamu dengar semuanya?"

Aku mengangguk pasti seraya menatap kedua mata yuta lekat. Sementara pria itu tampak semakin khawatir

"Kepala kamu sakit? Ingat sesuatu?" 

Aku menggelengkan kepalaku. Lalu mataku beralih menatap pria paruh baya di belakangku.

"Masuk kamar. Nanti saya jelaskan."

Aku tetap tidak beranjak mengabaikan perintah yuta di hadapanku.

" Liu keyra. Masuk!"

Suara khawatir dan lembut itu berubah menjadi tajam dan dingin seolah tidak ingin di bantah sama sekali. Dan yang mampu ku lakukan hanya mengangguk lalu berjalan menuju kamarku.

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang