i don't know

28 6 0
                                    

"key"

Panggilan dengan suara yang belakangan ini begitu sering ku dengar membuatku mengalihkan pandanganku dari televisi yang sedang menyala di ruang keluarga.

Kini seorang Nakamoto yuta berjalan ke arahku seraya duduk di sisiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini seorang Nakamoto yuta berjalan ke arahku seraya duduk di sisiku. Jangan lupakan segelas susu cokelat dan satu piring kue red Velvet yang berada di tangannya. Yuta lalu menyerahkan segelas susu padaku dan meletakan kue itu di atas meja. Tentu saja ku terima dengan baik.

"Terimakasih. Sudah merawat saya kemarin. Walaupun sudah terlambat tetap saja terimakasih"

Ah sudah dua Minggu aku berada di rumah ini. Luka yuta, hanya ku rawat dua hari dan setelahnya di hari ketiga yuta sudah tidak lagi ada di rumah. Maksudku pria itu tetap pulang, hanya saja aku tidak begitu sering bertemu dengannya. Hanya menatapnya dari jauh atau mendengar samar suara percakapannya bersama bawahannya. Yuta tampak begitu sibuk, ia akan berangkat pagi lalu pulang larut sekali. Aku bahkan tidak tau jam berapa tepatnya Yuta pulang. Bahkan lukanya tidak lagi pernah ku sentuh.

Aku lalu tersenyum dan mengangguk sebagai respon pada yuta. Sedangkan pria itu beralih menatap televisi seraya menyandarkan punggungnya. Oh? Lukanya sudah sembuh??

"Luka kamu udah sembuh? Mau saya cek?"

Pertanyaan itu hanya di tanggapi gelengan kepala oleh yuta. Pria itu bahkan sama sekali tidak menoleh ke arahku. Yuta ini. Manusia macam apa? Tadi manis sekali. Sekarang dingin sekali.

Beberapa detik setelahnya pria Nakamoto itu beranjak dari tempatnya lalu pergi meninggalkanku
Bersama segelas susu yang bahkan belum ku teguk dan kue manis yang berada di hadapanku. Red Velvet adalah salah satu hal yang paling ku sukai. Kebetulan yang benar-benar menyenangkan.

"Kak?"
Suara berat jaemin membuatku mengalihkan atensiku.

"LIU YANGYANG KAMU NGAPAIN?!"

Teriakan yang tanpa sadar ku keluarkan itu membuat si pemilik nama tertawa. Bagaimana tidak berteriak? Kini yangyang sedang berada di punggung jaemin. Lebih tepatnya berada di gendongan jaemin.

Kedua manusia itu mendekat ke arahkaku lalu tanpa aba-aba jaemin menghempaskan yangyang ke atas sofa di sisiku.

"Aduh! Pelan dong na!"

Jaemin hanya terkekeh ringan mendengar seuran yangyang. Sedangkan si kecil yang kini duduk di sisiku mendengus keras.

Jaemin lalu bergabung duduk di sofa tunggal di sisi kanan yangyang.

"Kaki Ade Kaka tuh robek"

tanpa wajah cemas, apalagi panik jaemin mengeluarkan suaranya

"HEH?! KOK BISA?!"

"Heheh main bola tadi jatuh"

"Coba sini lihat"

Aku lalu meletakkan susu ku di atas meja dan duduk di karpet untuk melihat kaki yangyang. Benar saja saat celana panjang itu ku lipat, di betis yangyang terdapat luka panjang dengan perban yang terkesan sembarangan. Pertolongan pertama kah?

Aku lalu membuka perban itu untuk melihat luka yangyang. Ini bukan seperti luka jatuh. Lebih terlihat seperti luka sayatan pisau yang di sengaja?

" Jaemin, bisa tolong ambilkan kotak P3K?"

Remaja itu mengangguk lalu beranjak dari tempatnya. Aku lalu menatap yangyang yang sedang menatapku. Tatapannya takut. Seperti seorang anak yang ketahuan mencuri.

"Kaka pernah ngajarin Ade bohong?"

"Kaka jangan marah~"

"Ini kenapa? Ini bukan luka jatuh.  Ade kira Kaka bego?"

"Enggak gitu. Jangan panggil ade! Serem ka"

Aku menghela nafasku pelan. Jika sudah marah aku memang memanggil yangyang dengan cara yang berbeda. Tentu saja aku marah. Kenapa pria ini harus bohong? Masalahnya ini adalah luka sayat. Bagiamana jika ia dalam bahaya?

Tepat saat mulut yangyang hendak terbuka jaemin datang dengan kotak P3K lengkap. Aku lalu mulai membersihkan luka yangyang. Tidak perlu di jahit namun panjang dan cukup dalam.

"Jadi ini kenapa hm?"

"Yangyang tadi berantem sama orang ka terus orangnya bawa pisau"

Ini adalah kalimat jaemin yang kini duduk di sebelahku. Sedangkan yangyang menatap jaemin dengan raut terkejut.

" Kenapa berantem?"

"Gak tau. Mereka datang-datang nyerang yangyang"
Kali ini adalah kalimat yangyang.

"Loh? Bukannya kare--"

"NANA!! DIAM!!"

Teriakan yangyang sedikit membuatku terkejut sedangkan yang di teriaki tertawa.

Eh? Situasi ini, seperti tidak asing? Nana?

"Jaemin?"

"Ya?"

"Kita pernah ketemu sebelumnya?"

" Hm? Gak tau?? Menurut Kaka?"

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang