scars and light

30 5 0
                                    

"Kaka ga tidur lagi malam ini? Kenapa?"

Suara yangyang yang berada di atas kasur membuatku mengadah menatapnya. Saat ini aku berada di kamar yangyang untuk mengganti perban pada kakinya. Ini sudah pukul enam pagi dan benar bahwa aku sama sekali tidak tidur tadi malam.

"Gak papa"

"Apa lagi yang ganggu pikiran Kaka hm?"

Aku kembali menatap remaja laki-laki yang kini sedang memasang dasinya itu. Seragam sekolahnya kini sudah terpasang dengan lengkap.

"Yangyang, kamu kenal Yuta sebelum ini?"

Yangyang mengangguk cepat tanpa berfikir hingga rambutnya bergoyang pelan.

"Yuta Hyung itu partner bisnis keluarga kita, jadi yangyang sering ketemu yuta Hyung dulu. Lagipula yuta Hyung baik ka, dia ngajarin banyak hal ke yangyang"

"Dulu sebelum kecelakaan apa Kaka pernah kenal Yuta atau jaemin?"

Yangyang hanya menatapku lekat lalu mengangguk pelan.

"Jangan tau terlalu cepat ka. Untuk sementara tetap gini ya sampai yangyang lulus."

Yangyang tidak pernah melakukan hal tanpa alasan. Tidak pernah berbicara tanpa suatu fakta. Dan yang ku tau ketika yangyang berusaha menyembunyikan sesuatu, itu berati ia sudah punya rencana terbaik.

Di satu sisi aku tidak ingin menghancurkan atau mengganggu rencana yangyang. Namun di sisi lain aku tersiksa. Setiap malam berfikir apa yang hilang dari hidupku? Begitu banyak fikiran yang menyergapku. Bagaimana aku bisa bertemu dengan yuta? Siapa pria itu? Mengapa aku merasa ingatanku yang hilang ada kaitannya dengan pria itu.

"Ka! Ayo sarapan!"

Suara yangyang membuatku menghela nafasku lalu mengangguk.

.
.
.
.
.

Aku baru saja selesai mandi dan akan mengambil pakaianku saat mendengar bunyi aneh. Aku lalu menghampiri jendela kamarku yang pemandangannya adalah halaman belakang mansion yuta. Tidak ada apapun jadi aku beranjak dari jendela dan berencana menuju lemari untuk mengenakan pakaian karena aku hanya menggunakan bathrobe saat ini.

DUAR

"AAAK!!!"

Suara nyaring itu sukses membuatku berteriak refleks. Tidak ada bagian kamarku yang hancur meski di hantam tanah dan api yang sepertinya dari bom yang berasal di belakang rumah. Aku lalu berusaha mengatur nafasku yang berantakan.

"Key!"

Ini adalah seruan Kun yang memasuki kamarku tanpa permisi. Nafasnya sama berantakannya denganku.

"Ayo! Mansion di serang!"

"Tapi saya--"

"Ayo!"

Dan Kun menarik tanganku tanpa peduli keadaanku. Aku tadinya ingin mengatakan bahwa AKU TIDAK MEMAKAI SEHELAI BENANGPUN SAAT INI. Hanya bathrobe yang bisa ku andalkan.

Kun tiba-tiba saja berhenti berlari dan berdiri di depanku seolah menyembunyikan ku dari sesuatu. Aku sedikit mengintip dari balik bahu lebar Kun. Ah? Ada seseorang yang tidak ku kenal sedang menodongkan senjatanya pada kami.

Baru beberapa detik berlalu segerombolan manusia datang dari belakang kami lalu tanpa aba-aba menyerang kami.

Kun langsung saja menembakan peluru dari pistolnya seraya tetap berusaha melindungiku di belakangnya.

Namun pria yang tadi berada di depan Kun kini sudah berhasil memegang lenganku erat lalu menyeret ku menjauh. Aku memberontak sekuat yang ku bisa. Namun pria itu mengeluarkan pisau lipatnya dan hendak menusuk perutku namun entah bagaimana tanganku bergerak cepat menahan pisau itu dengan cara menggenggamnya lalu menariknya dari tangan si pria aku lalu memutar lengannya ke belakang dan menendang kepalanya.

Eh?? Bagaimana aku bisa melakukannya?

"Key! Tangkap!"

Seruan yang berasal dari suara yang sangat ku kenal itu mengembalikan atensiku. Aku lalu menangkap pistol yang yuta lemparkan padaku. Dan tanpa ku duga refleks ku menembakan satu persatu peluru kepada manusia yang berusaha mendekatiku. Terus begitu. Aku hanya bergerak sesuai instingku.

Dor!

Peluru terakhir itu ku tembakan tepat kepada manusia yang hendak menusuk yuta. Membuat pria itu berbalik dan menatapku.

Dor!

Itu adalah suara pistol yuta yang di arahkan ke sebelah kananku. Sangat dekat dengan kepalaku membuatku sedikit tersentak karena terkejut.

Aku lalu menatap sekelilingku. Sekitar sepuluh mayat di lantai dua berserakan. Aku lalu menatap tanganku yang terluka dan pistol bergantian. Aku? Bagaimana caraku melakukannya? Hey aku bahkan tidak pernah memegang senjata apapun selama aku hidup. Aku memang belajar sedikit bela diri tapi tidak dengan senjata. Jadi? Bagaimana bisa?? Lagi perasaan itu menyergapku. Rasa seolah aku sudah berkali-kali melakukan hal ini.

"Key?"

Suara lembut yuta menyapa inderaku. Dapat ku lihat jemari kekarnya menangkup kedua tanganku.

"Key?"

Lagi suara itu menyapaku. Lalu ku tatap kedua mata yuta yang menatapku lembut. Bibir itu tersenyum padaku.

"Kamu baik?"

Pertanyaan itu sama sekali tidak ku jawab karena sungguh. Bahkan nafasku masih belum teratur. Tentu saja aku masih sangat terkejut. Tanganku tanpa sadar masih bergetar. Dan perasaan menyenangkan ini tetap membuatku bingung. Aku ketakutan tapi rasanya menyenangkan. Sekelebat bayangan lalu menghampiri kepalaku.

Ah? Aku melihat sasaran tembakan. Aku seperti sedang berlatih menembak. Bayangan itu berganti menjadi situasi yang lebih rumit dimana aku dan yuta sedang menembaki sasaran.

Telingaku berdenging kencang sekali. Kepalaku juga sakit. Aku lalu menatap Lamat wajah yuta. Berusaha mengingat pria itu. Dan yang terakhir ku dapatkan adalah yuta yang memberikanku es krim di sebuah taman. Dan setelahnya semuanya gelap.

Author POV

Yuta yang sejak tadi memanggil lembut nama keyra menjadi panik saat tiba-tiba saja raut gadis itu seperti kesakitan.

"Key? Kamu baik? Ada yang sakit?"

Pertanyaan yuta sama sekali tidak keyra gubris membuat pria itu semakin panik.

"Key?!"

Tepat saat seruan itu keyra ambruk di dalam dekapan yuta. Yuta semakin panik lalu menggendong keyra menuju kamarnya.

"KUN!"

teriakan dari yuta membuat Kun mengangguk lalu mengikuti yuta yang sangat panik.
.
.
.
.
.

See u in next chapter 💚
Thank u for reading ya💚


Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang