Aku sedang menonton televisi dengan semangkuk salad buah di tanganku. Kini aku sedang menghadap televisi dan duduk di pangkuan yuta sedangkan pria itu tetap memelukku seraya menenggelamkan kepalanya di ceruk leherku.
"Baby Lion nya datang nanti malam atau besok pagi. Udah di training jadi dia gak bakal gigit atau nge bunuh kamu atau saya"
"Gimana cara ngelatihnya?"
Yuta menegakkan kepalanya lalu menatapku membuatku ikut menatapnya
"Itu bukan urusan saya"
"Akh!! Key!"
Yah setelah kalimat yang yuta keluarkan itu aku mencubit lengannya yang berada di perutku membuat seruan disertai ringisan itu keluar.
Selain menyeramkan yuta juga menyebalkan!
"YUTA!!"
suara yang cukup asing bagiku membuatku dan yuta menatap ke arah ruang tamu. Beberapa detik setelahnya taeyong datang dengan nafas memburu.
Dapat ku lihat yuta menatap Taeyeong tanpa minat dan kembali merebahkan kepalanya di bahuku.
"Key ayo ke ruang operasi! Yangyang kritis"
Deg!
Aku langsung saja tersedak salad buahku sedangkan yuta segera menegakkan kepalanya.
Aku langsung berlari mengikuti taeyong yang kini menuju mobil.
"Biar saya yang nyetir. Taeyong, bersihkan semuanya!"
Itu adakah kalimat yuta. Sedangkan kini taeyong mengangguk dan menjauh dari kami. Tampak ingin mengendarai mobil lainnya
"YUTA! AKTIFKAN HP KAMU BODOH!!"
Teriakan itu terdengar dari bibir taeyong. Sedangkan yuta kini menyetir seraya melemparkan ponselnya padaku
"Tolong nyalakan"
Dan aku hanya menuruti perintahnya. Menyalakan ponsel yuta. Beberapa detik kemudian ponsel yuta menyala dan menampilkan berbagai pesan serta panggilan tak terjawab.
"Buka pesan dari Kun"
"Passwordnya?"
Yuta menatapku sejenak lalu kembali fokus menatap jalanan dan menambah kecepatan mobilnya.
"Rakeyli"
Aku segera mengetikan passwordnya dan membuka pesan dari Kun. Tampak banyak sekali pesan yang Kun kirimkan. Ah jika kalian bertanya mengenai ponselku, ingat kejadian saat rumah yuta di bom? Ponselku remuk karena jatuh saat aku berlari dan berakhir dengan ponselku di injak-injak oleh banyaknya manusia di sana. Hingga kini aku belum sempat membeli ponsel baru.
"Kata kun yangyang tertembak di bandara. Di bagian perut. Cukup dalam sampai hampir kena hatinya. Hiks. Yangyang hiks sekarang kritis hiks Kun gak bisa lanjutin hiks operasinya sendiri. Dia butuh hiks saya"
Isakan kecil dengan tangan yang bergetar tidak lagi mampu ku tahan. Yangyang keluargaku satu-satunya. Manusia yang ku cintai lebih daripada aku mencintai diriku sendiri. Dapat ku rasakan yuta memacu kendaraannya semakin cepat.
Tidak sampai lima menit mobil kami tiba di tempat yang sama ketika aku melakukan operasi pada yuta. Aku dan yuta segera memasuki lift dan menuju ruang bawah tanah.
Di dalam lift yuta menarikku ke dalam pelukannya seraya mengusap kepalaku. Tangisanku sudah berhenti. Aku harus fokus untuk menyelamatkan yangyang bukan bersedih.
"Yangyang anak yang kuat. Kamu pasti bisa nyelamatin dia"
Adalah bisikan yang keluar dari bibir yuta. Membuatku semakin yakin bahwa aku mampu menyelamatkan yangyang. Yuta benar. Aku harus mampu dan yangyang pasti kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Fanfictionyuta bilang, cahayaku berpendar terang. menyelamatkan nya dari banyak hal terutama sesuatu di dalam gelap. tapi yuta salah. bukan aku yang menyelamatkan nya . ia yang membuatku berpendar. Romance - drama - crime