history

19 5 2
                                    

"key?"

Aku memusatkan atensiku pada winiwn yang kini berjalan ke arahku, begitu pula dengan Yuyu baby Lion yang baru saja datang hari ini. Winiwn tampak terkejut begitu pula dengan dua bayi yang kini sedang bersembunyi di balik punggung winwin. Mereka ketakutan. Padahal bayi singa ini lucu sekali. Sama seperti kucing. Dan lihatlah bahkan saat ini Yuyu sedang menggeliat seraya berbaring membuatku terkekeh gemas dan mengusap perut gembulnya.

"Kenapa?"

Aku menatap winwin sedangkan yangyang dan jaemin sudah mulai berani berjongkok di sisi kanan dan kiri Yuyu.

"Katanya mau mulai?"

Kalimat winwin membuatku mengangguk dan mengerti. Dapat ku lihat yangyang menatapku tajam. Tatapan yang tidak pernah ku lihat sebelumnya. Bukan tatapan tajam menggemaskan. Tatapan tajam yang terlihat tegas dan tidak ingin di bantah.

"Gak. Kaka ga akan pergi kemanapun."

"Tapi yangie ka--"

"Ini tugasku. Tugas Kaka cuma tinggal bahagia. Tanpa harus ngerti apalagi terlibat dunia ini lagi."

Aku tersenyum menyadari betapa khawatir nya dan pedulinya yangyang padaku. Adik kecilku sudah beranjak dewasa.

"Yangie. Kaka cuma pengen tau soal kecelakaan keluarga kita. Kaka juga pengen kamu bahagia. Kaka--"

"Aku bahagia! Aku bahagia selama Kaka gak luka! Aku bahagia ka dengan pekerjaan ku aku bahagia dengan apa yang ku lakukan"

"Untuk kali ini aja. Selesai urusan ini Kita bicara hm?"

Setelahnya aku menggendong Yuyu yang sedang menatap jaemin dan meletakannya di kandang. Yuyu tampak memandangku tidak rela. Menggemaskan sekali.

Dapat ku lihat yangyang masih saja menatapku lekat.

"Izinin kaka kali ini aja. Ada winwin. Kaka ga bakal terluka"

Pada akhirnya yangyang mengangguk dan menghela nafasnya berat. Pria itu menatap winwin membuat winwin mengangguk dan menghampiriku.

"Ayo"

Aku lalu mengikuti langkah besar winwin. Pria itu menyerahkan sekotak handphone bermerek ketika kamu sampai di dalam mobil . Aku menatapnya tidak mengerti.

"Tuan Nakamoto yang ngasih ini."

Pria itu menjelaskan dengan sopan lalu mulai menjalankan mobilnya.

"Kamu gak perlu sopan sama saya. Kita bisa jadi teman sama kayak kamu dan yuta"

Winwin menatapku sejenak lalu tersenyum. Lebar sekali sampai deretan gigi putihnya terlihat.

"Yuta Hyung benar. Kamu banyak sekali berubah"

Aku menyatukan alisku tidak mengerti. Memangnya aku yang dulu seperti apa?

" Memang dulu saya seperti apa?"

Lampu merah menghentikan laju kendaraan kami. Winwin tampak menerawang masa lalu karena tatapannya yang kosong.

"Kamu itu gak banyak bicara. Kaku. Dingin. Kamu itu serius. Kamu bahkan ga berteman dengan siapapun kecuali yuta Dan yangyang. Kamu pernah bilang. Semua manusia adalah musuh."

Aku sedikit membuka mulutku karena terkejut. Benar-benar berbeda. Aku yang sekarang memang tidak terlalu banyak bicara. Namun tetap saja menjadi manusia ramah dan hangat. Pantas saja yuta bilang aku yang dulu sudah mati. Aku tidak ingin mendengar lebih banyak. Khawatir jika cerita masa lalu memancing ingatanku kembali dan berakhir aku yang kehilangan kesadaran

Hening melanda kami sejenak. Aku menatap lampu yang sudah kembali hijau.

"Apa langkah awal kita? Mengikuti taeyong?"

Winwin mengangguk.

Aku mulai berfikir. bukannya membuntuti membutuhkan banyak waktu? Lalu bukankah resikonya jauh lebih besar? Bagaimana jika menggunakan penyadap saja? Bukankah lebih efektif?

"Win"

"Ya?"

"Kenapa gak kita sadap aja? Bukannya itu lebih efektif?"

Winwin menatapku sejenak lalu mengangguk.

"Tapi bakal cepat ketahuan. Taeyong pasti sadar dia di sadap. Dia itu terlatih."

"Emang biasanya alat sadap di taruh mana?"

"Ya beragam. Di baju, mobil, atau ponsel. Jas juga bisa atau di meja kantor dan lainnya."

"Kalau kita letakin alatnya di sepatu gimana? Ga bakal ketahuan"

"Tapi bakal rusak karena keinjek. Mau di letakin di mana?"

Aku berfikir sejenak. Ah!

"Kita punya banyak peneliti. Buat ingatan saya hilang aja kalian sanggup apalagi cuma bikin sepatu yang berisi alat penyadap"

"Kalau dia ga Make sepatu itu?"

"Buat semuanya sama persis sama sepatu di lemarinya. Bahkan detilnya. Dan tugas kamu buat ngirimin detil sepatu nya"

Winwin menatapku lalu menghela nafasnya berat namun mengangguk. Pria itu lalu memutar arah dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Kenapa?"

"Gak papa. Kita ke markas. Bicarakan ini sama yuta Hyung. Lagipula. Ada yang ngikutin kita."

Aku meneguk air liurku. Menatap ke arah belakang dimana sebuah mobil putih melaju di belakang kami.  Namun lama kelamaan mobil itu menghilang. Tidak mampu menandingi kecepatan winwin. Aku kembali menatap ke depan. Mulai menyadari betapa tingginya kecepatan kendaraan kami.

Namun beberapa menit berlalu winwin mulai menurunkan kecepatannya. Membuatku mampu bernafas lega.

"Kamu tau? Dulu kamu sering ngajakin yuta balapan kalau stres."

Aku mendengarkan winwin bercerita dengan antusias. Winwin menatapku sejenak lalu terkekeh ringan. Oh? Kenapa tertawa?

"Kamu dulu gak hangat. Kamu bahkan satu satunya orang yang berani menentang ayah yuta"

"Oh? Ayo ceritakan!'

"Yuta Hyung itu di tuntut untuk bisa memimpin klan. Jadi pembunuh tanpa belas kasih. Jadi pemimpin yang tangguh. Jadi setiap dia melakukan kesalahan dia bakal di cambuk. Kamu selalu marah dan melindungi yuta. Kamu bahkan sempat ngajak ayah yuta duel samurai. Ayah yuta kalah. Karena ayah yuta kalah, Yuta ga boleh di cambuk lagi sesuai perjanjian."

Aku hanya diam. Ternyata hidup yuta tidak begitu menyenangkan. Ternyata itu adalah alasan mengapa pria itu punya aura yang begitu mencekam.

"Tapi key"

"Ya?"

"Are you still in love with him?"

Apakah aku benar-benar jatuh untuk pria itu? Atau perasaan ku hanya  sementara? Ah bukankah semuanya menjadi soal yang sulit jika topiknya adalah perasaan?
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC

Voment pweasee 🙂🔪

Thank u for reading 💚

Maafin kalau bosen ya :(

Btw. Sudah lihat yuta dan anak ilichil hari ini?
AKU MELEYOT. TIDAK KUAT. MELAMBAIKAN TANGAN. 😭😭😭 BAPAK YUTA GANTENG BANGET AJNSHABSHA😭

dahlah love you yang udah baca, mau baca, dan lagi baca 💚💚💚✨✨

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang