home

36 6 0
                                    

Kini hanya keheningan yang melingkupiku. Membuatku sedikit mengantuk karena tubuhku lelah bekerja dan juga suasana yang membosankan. Ku tatap setiap bangunan yang ku lalui. Berada di kursi penumpang belakang bersama yuta cukup mendebarkan. Karena demi apapun yuta itu menyeramkan. Sebenarnya begitu banyak yang ingin ku tanyakan pada manusia di sisiku ini. Namun nyaliku terlalu kecil untuk bertanya pada seorang Nakamoto yuta. Aku bahkan tidak tau dia siapa. Namun auranya cukup membuatku mengerti bahwa ia bisa saja berbahaya. Sederhananya ia menakutkan!! Mobil ini apa tidak mampu melaju lebih kencang? Aku ingin cepat sampai ku mohon.

"Terimakasih"

Kalimat yang dengan tiba-tiba muncul dari mulut yuta mengalihkan atensiku.

"Hah?"
Refleks ku tutup mulutku karena bertindak tidak sopan seraya menatapnya takut.

"Maaf."
Kalimat itu ku katakan Dengan cepat seraya sedikit menundukkan kepalaku.

"Keyra."

"Ya?"

"Jangan bertindak sopan"

Eh? Apa maksud nya jangan bertindak sopan? Aku kebingungan tapi aku hanya mengangguk saja. Terlalu takut untuk kembali membuka suara. Karena sumpah demi apapun yuta ini sangat menyeramkan.

"Yuta"

Berusaha dengan keras aku menatap yuta setelah panggilan itu. Ini masalah penting dan aku tidak bisa tetap diam.

Yuta tidak sama sekali mengeluarkan suara namun kepalanya ia tolehkan padaku memusatkan seluruh atensinya untukku.

"Kita mau kemana?"

"Makan"

"Setelah itu saya pulang?"

"Hm. Kerumah saya"

Heh?! Dengan cepat mataku membola hampir menyerukan kalimat 'hah' namun aku berhasil menahan nya. Hasilnya bibirku terbuka lebar.

"Yangyang gimana?? Dia masih SMA kalau harus pindah rumah ga mungkin. Barang nya juga banyak. Juga apa kata orang-orang kalau saya pindah kerumah kamu? Yuta ga segampang itu, nanti rumah saya siapa yang nempatin??"

Yuta hanya menatapku lekat. Semakin mendekatkan tubuhnya padaku lalu dengan aura dominasinya ia berucap ringan.

"Barang kamu sudah di rumah saya. Dan sekarang yangyang sedang makan di meja makan saya"

Kalimat yang menurutku cukup panjang itu tidak membuatku merasa cukup. Memangnya kenapa harus pindah? Aku bisa datang kapan saja? Kenapa harus tinggal di sana dua puluh empat jam? Kenapa tidak seperti dokter pribadi pada umumnya?

Sebenernya ini bukan hanya soal tempat tinggal, ini lebih dari itu. Benar-benar lebih rumit dari itu. Ini soal perasaanku.

"Kenapa?"

"Di rumah itu, saya tumbuh. Kenangan orang tua saya, semuanya ada di sana. Saya--"

"Kamu bisa mengunjungi rumah itu kapanpun. Kamu bukan saya penjara."

Kalimat itu sukses membuatku mengembangkan senyumku. Setidaknya aku masih bisa pulang. Meski bangunan itu sudah lama tidak menjadi rumah, setidaknya bangunan penuh kenangan itu tetap ada.

Karena bagiku, rumah bukan hanya soal bangunan tapi soal bagaimana kamu bisa bebas menjadi dirimu sendiri tanpa penghakiman. Bagaimana kamu mampu melepaskan semua penatmu dan bebas berkeluh kesah. Rumah adalah tempat dimana manusia menyambutmu dengan tulus tanpa kepentingan apapun. Rumah adalah tempat dimana kamu mendapatkan banyak cinta.

"Ada masalah lain?"

Kepalaku menggeleng dengan cepat.

"Ah yuta, oh!! Maksud saya tuan Nakamoto, boleh saya tau kenapa saya harus stay?"

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang