our precious

20 4 3
                                    

Author POV

Buagh!

"yuta bangsat"

Tinju yang mendarat apik di rahang yuta itu membuatnya goyah. Yangyang tanpa rasa bersalah hampir kembali memukul yuta jika jaemin tidak menahannya.

"Jangan ribut! Saya masuk!"

Itu adalah suara winwin yang baru saja tiba dengan nafas menggebu. Kun sudah berada di dalam bersama keyra sedangkan winwin tertinggal di belakang. Padahal yuta dan winwin satu mobil namun pria Nakamoto itu berlari kencang sekali.

"Hyu--"

"Saya juga dokter kalau kamu lupa na"

Jaemin menghela nafasnya dan kembali sibuk menahan yangyang yang di kuasai amarah. Bagaimana tidak? Susah payah dia menjaga kakaknya. Permata kecilnya. Satu-satunya hal berharga miliknya, yuta justru membuat permatanya retak.

"DIA JUGA BERHARGA BAGI SAYA!"

Kini emosi yuta ikut tersulut karena sikap yangyang dan sumpah serapahnya. Pria Jepang itu menatap yangyang tajam membuat yangyang tersadar atas sikapnya. Pria Liu itu meminta maaf dan segera menunduk. Membuat yuta hanya memaklumi tingkahnya lalu duduk di kursi yang tersedia. Menunggu kabar baik dari gadisnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Satu jam. Adalah waktu yang entah sebentar atau lama untuk mengeluarkan peluru. Yuta segera berdiri saat winwin dan Kun keluar dari ruangan itu. Wajah keduanya Sama. Tenang. Namun pakaian keduanya sudah berbeda. Kun tetap dengan baju operasinya dan Winwin yang sudah melepas baju operasinya.

"Dia baik. Tapi dia kehilangan banyak darah. Gak papa. Dia bakal baik-baik aja"

Yuta menghela nafasnya lega. Winwin beranjak. Memeluk yuta erat. Yuta dan winiwn berteman sejak mereka sekolah dasar. Maka memberi pelukan adalah hal biasa bagi winwin. Meski yuta tidak membalas. Namun yuta  juga tidak menolak. Winwin mengerti. Yuta begitu rapuh jika itu soal keyra. Kelemahan terbesar seorang Nakamoto yuta. Pemimpin klan Nakamoto saat ini, adalah Liu keyra.

"She Will be fine"

Adalah kalimat winwin di telinga yuta
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Keyra POV

Aku membuka mataku perlahan. Menyesuaikan cahaya yang masuk. Dan hal pertama yang ku lihat adalah yangyang yang terlelap di kursi yang berada di sisi kananku. Mataku lalu bergulir. Dapat ku lihat yuta dan jaemin tertidur di sofa. Ah ruangan ini, tempat yangyang di rawat dulu.

Tenggorokanku kering. Jadi mataku bergulir untuk mencari minum.

"Kaka?"

Itu adalah suara yangyang yang membuka matanya lalu menatapku berbinar. Aku hanya tersenyum menatapnya yang kini sibuk mengambilkan air untukku. Seperti ia mampu membaca fikiranku.

Yangyang segera membantuku untuk minum. Sumpah kepalaku pusing. Seperti bumi berputar saat aku kembali menatap langit-langit rumah sakit.  Bahuku juga sakit.

"Mau sesuatu lagi?"

Aku menggeleng lalu mengusap pipi adikku itu lembut. Bukankah pria kecil ini sudah bekerja sangat keras? Bahkan telapak tangannya, bibirnya, serta pelipisnya terluka.

"Kamu udah melakukan semuanya dengan baik. Makasih"

Yangyang menatapku dengan berkaca-kaca membuatku mengerutkan dahiku keheranan. Aku salah bicara? Aku kan memujinya???

"Jangan mati dulu"

Plak!

Aku menampar pipinya pelan. Jengkel dengan kalimatnya.

"Kenapa ngomongnya gitu?!"

"Kaka jarang muji aku. Aku.."

Lihatlah pria ini. Bibirnya menekuk ke bawah. Air matanya sudah turun. Namun dengan cepat di usapanya meski yang jatuh lebih banyak.

"Aku kira Kaka bakal mati setelah muji aku kayak di film-film hiks. Jangan mati dulu hiks. Kaka belum beliin aku ps hiks."

Aku menghela nafasku berat. Rasanya ingin menampar yangyang lebih keras namun aku malas menyia-nyiakan tenaga.

"Shh udah Kaka di sini ga kemana-mana!"

"Hiks HUWEEEEE JANGAN MATIII"

"Siapa yang mati?!"

Aku terkejut dengan tangisan yangyang di tambah seruan Yuta yang kini berlari ke arahku dengan ribut. Setelah pria Nakamoto itu menatapku ia menghela nafasnya lega lalu menatap yangyang tajam. Namun adikku itu sama sekali tidak peduli dan tetap menangis tanpa alasan yang jelas. Dia ini pemimpi klan Liu. Kenapa seperti bayi?!

"Yangyang udaah. Kaka ga mati. Kaka di sini ya ampun"

Tidak berhasil. Yangyang tetap menangis. Aku menatap yuta yang kini juga menatapku

"Liu, diam!"

Yangyang langsung diam tanpa suara. Seolah yuta menghipnotis nya dengan suara tajam, dalam, dan nada dingin itu. Wajar memang. Aku saja merinding.

"Mana winwin?"

"Dia keluar. Cari makan. Kenapa?"

"Bukankannya banyak yang harus di jelaskan Nakamoto?"

Yuta menatapku lalu mengangguk. Pria itu duduk di tepi ranjang ku dengan hati-hati. Menatapku lembut.

"Cepat sembuh. Lalu setelahnya tanyakan apapun yang kamu mau."
.
.
.
.
.
.

TBC

Shshsh lama gaa up sekali up pendek 😭 maapin aku😭

But thank you yang udah mau baca💚

Voment pweasee 🙂🔪

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang