warn

17 4 4
                                    

Aku sedang menikmati secangkir kopi di sore hari saat winwin memberikan sebuah ponsel dengan sebuah gambar.

"Alat sadapnya terhubung ke sini"

Aku mengangguk mengerti lalu mengambil ponsel itu. Berusaha mendengar dengan seksama apa yang sedang taeyong bicarakan. Ah pria itu sedang rapat bersama yuta.

"Winwin"

"Hm?"

"Antara Huang atau Lee. Siapa dalangnya?"

Winwin menghela nafasnya berat. Sejenak pria itu bungkam seolah enggan menjawab. Aku yakin winwin tau dalangnya. Dia hanya belum berani. Atau juga ada sesuatu yang mengawasinya.

"Saya gak tau. Saya cuma mata-mata. Saya cuma nurutin perintah"

Aku bungkam. Menyesap kopiku perlahan. Mataku kini menatap kolam berenang di hadapan kami. Entah ini masuk akal atau tidak. Tapi bisa jadi selama ini winwin penghianat dua sisi. Pria itu pandai bermain peran. Atau yang kedua. Pria itu di perintahkan untuk memberitahu segalanya. Memberitahuku siapa dan apa yang ku hadapi agar aku menyerah. Memberi peringatan tersirat.

Aku meletakan cangkir kopiku dan memilih untuk mendengarkan taeyong. Belum ada apapun. Taeyong masih tetap bersama yuta. Aku menghela nafasku seraya menyandarkan tubuhku. Bagaimana jika aku yang di serang terlebih dahulu sebelum mengetahui fakta-fakta yang mereka sembunyikan? Aku hanya ingin mengetahui penyebab kecelakaan itu. Mengetahui siapa yang menyerang yangyang. Kenapa jadi serumit ini?
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku menatap jengah yuta yang kini dengan santai tidur di kasurku seraya mendengarkan percakapan dari alat sadap di sepatu taeyong. Pria itu lalu meletakkan ponsel yang terhubung itu dan menatapku yang kini hendak mengeringkan rambutku. Aku baru saja selesai mandi.

Tok tok!

Suara ketukan pintu itu membuatku menoleh. Sedangkan yuta sudah mengeluarkan suaranya menyuruh manusia itu masuk. Dan detik setelahnya winwin masuk dengan pakaian santainya. Rambutnya sudah di turunkan kebawah membuatku hampir memekik gemas karenanya. Demi apapun winwin itu menggemaskan jika sedang di rumah. ah tapi yuta jauh lebih menggemaskan jika bersama Nana dan Yangyang.

"Hyung boleh pinjam keyra?"

"Gak"

Winwin menghela nafasnya membuatku terkekeh. Aku selesai dengan rambutku lalu menatap pria itu bertanya.

"Kamu bisa bedah saya sekarang? Operasi ringan. Untuk mengeluarkan chips"

Yuta menatap winwin datar sedangkan aku menatapnya tidak mengerti.

"Kamu gak berhasil membuatnya rusak?"

Pertanyaan yuta membuat winwin menggeleng dengan tatapan yang menunduk.  Tidak berani menatap yuta.

"Saya cuma berhasil membuatnya berhenti bekerja beberapa saat. Gak bisa rusak total"

Yuta mengangguk lalu menatapku. Memberiku kode agar melakukan permintaan winwin. Aku segera menyiapkan alat yang akan ku gunakan sedangkan kini winwin duduk di atas sofa yang berada di kamarku.

"Ini chips apa?"

Pertanyaan yang ku ajukan tepat setelah duduk di sisi kiri winwin membuat winwin menatapku.

" Sama kayak alat sadap. Tapi cuma bisa merekam suara"

"Kenapa sekarang di lepasnya?"

"Karena saya muak. Dulu saya belum mampu. Tapi sekarang saya udah tau dimana saya harus berdiri"

Aku mengangguk mendengar penjelasan winwin.

"Setelah ini mau memberitahu saya siapa pelakunya?"

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang