again

23 5 3
                                    

Meletakkan sumpitku seraya menatap yuta adalah hal yang pada akhirnya berani ku lakukan setelah menyadari pria itu menatapku begitu lekat sejak tadi.

"Kenapa liatin saya?"

Yuta hanya tersenyum sangat tipis dan kembali memakan ramennya. Ada apa dengan pria ini?

Mengabaikan yuta aku kembali menyuapkan ramen ke dalam mulutku. Makan ramen di sore hari yang dingin benar-benar nikmat. Saat ini hujan sedang turun. Itu sebabnya suhu menjadi turun.

"Kamu cantik"

"Uhuk!"

"Uhuk! Uhuk!! "

Sial! Kalimat tiba-tiba pria Nakamoto itu membuatku terkejut sekaligus tersedak. Yuta lalu membuka tutup botol air mineral yang berada di atas meja dan memberikannya padaku. Langsung saja ku terima dengan baik lalu meminumnya hingga setengah. Pria itu memberikan wajah khawatirnya padaku dan menepuk-nepuk punggung ku pelan. Dadaku sakit sekali! Di tambah degup jantung yang tidak lagi teratur membuatku semakin tersiksa.

"Jangan ngomong hal kayak gitu lagi pas kita makan. Bahaya"

Kalimat yang ku keluarkan hanya di berikan anggukan kepala oleh yuta. Lalu pria itu kembali memakan ramennya. Begitu pula denganku yang mulai mengambil sumpitku kembali.

"Tapi kamu memang cantik dan menggemaskan kalau makan"

Sial!! Untung saja aku belum memasukkan makananku ke dalam mulut. Kalau tidak aku pasti sudah tersedak.

Aku menatap yuta galak sedangkan pria itu menatapku penuh kesungguhan

"Saya serius"

"Yutaaaa!"

Sial! Wajahku pasti sangat merah saat ini
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"NEW THANGS NEW THANGS NEW THANGS ODIGA HDJSJSNHD CUOSNSJSN HSJSJJ BIRTHDAAAAY HMPHH--"

aku menatap yuta galak saat tiba-tiba pria itu menutup mulutku dengan telapak tangannya yang super besar. Sedangkan pria itu menatapku malas.

"Nyanyi yang bener!"

Nada sinis terdengar dari bibir pria itu.

"Twpi hwya gw hwl lwgw"
(Tapi saya ga hafal lagunya)

"Ya jangan nyanyi"

"Twpi hwya hwka"
(Tapi saya suka)

Yuta melepaskan tangannya dan menghela nafasnya lalu kembali menatap ke arah depan seraya mengencangkan suara radio yang berada di dalam mobil ini. Lampu merah membuat yuta berhenti. Mobil kami berada di barisan paling depan. Tampak keramaian kendaraan yang berlalu lalang di hadapan kami. Ah ini simpang empat

"Puku Puku paw Paw Puku Puku paw Paw Puku Puku paw Paw Paw"

Aku berjoget seraya menirukan musik yang sudah mencapai akhir itu. Aku tertawa geli karena tingkahku sendri. Benar-benar menjadi Fangirl itu menyenangkan! Jatuh cinta pada bias itu hal paling menyenangkan! Namun jatuh cinta pada yuta jauh lebih mendebarkan, mencengangkan, menegangkan serta menyenangkan hehe.

Eh?!

Aku terkejut dengan pikiranku sendiri. Aku. Jatuh cinta pada yuta kah? Oh? Benarkah? Bolehkah? Tapi memang. Pesona yuta mana bisa ku tolak. Sudahlah. Urusanku dan hatiku bisa di--

Brak!!

Duar!!

Sial!! Aku memegang dadaku karena sangat terkejut. Di depan mataku. Sebuah sedan menabrak sebuah truk dari arah berlawanan. Membuat sedan itu terbalik dan meledak! Aku menatap yuta yang juga tampak terkejut. Tanpa sadar aku memegang lengannya tadi.

Namun tiba-tiba sebuah bayangan melintasi kepalaku.

"Shh"

Rasa sakit mulai menyergapku. Aku memegang kepalaku seraya berusaha meredakan sakitnya. Namun aku lebih fokus pada sebuah ingatan yang terlintas di kepalaku.

Aku sedang menaiki mobil sedan bersama ayah dan ibu. Yangyang tidak ikut karena tujuan kami memang melihat pertunjukan yangyang di sekolahnya. Adik kecilku akan menampilkan bakatnya sebagai pianis.

Dor!!
Dor!!

Suara tembakan itu membuatku terperanjat dan seketika mobil yang kami kendarai kehilangan kendali. Ayah sudah berusaha untuk mengendalikannya namun entah bagaimana mobil kami melaju ke arah sebuah truk dari arah berlawanan. Aku menutup mataku karena takut.

Brak!!

Suara itu memasuki telingaku. Membuatku semakin erat menutup mataku. Di tambah pusing yang mendera setelahnya. Nafasku memburu. Seperti sulit sekali mendapatkan oksigen. Dan aku merasa sebuah lengan menarikku .

Saat aku membuka mata aku sudah berada di gendongan ayah. Pelipis ayah berdarah. Namun ayah tetap berlari seraya menggendongku. Begitu pula dengan ibu yang berlari di samping ayah. Aku ingin sekali berkata bahwa ayah tidak perlu menggendongku. Namun jangankan mengeluarkan kalimat. Bernafas saja aku sulit. 

Dor!

Suara itu membuatku kembali menutup mataku karena terkejut. Samar aku dapat melihat ibu yang terjatuh di atas aspal. Ayah berhenti berlari. Aku menatap ayah. Pria yang begitu ku sayangi bukan terpaku pada ibu. Namun pada sesuatu di hadapannya. Itu adalah manusia.

Lee taeyong yang sedang menodongkan pistolnya.

(Tulisan bercetak miring tanda ingatan keyra)

"Akh! Shh!"

Aku semakin meringis karena Demi apapun sakitnya luar biasa. Dapat ku rasakan yuta mengusap kepalaku lembut. Pandanganku mulai kabur. Dan hal terakhir yang ku tau adalah Yuta memelukku begitu erat.

Author Pov

Yuta menghela nafasnya saat menyadari keyra kembali kehilangan kesadarannya. Pria itu mengerti bahwa gadisnya kembali mendapatkan potongan ingatan yang sengaja di hilangkan.

Yuta lalu meletakkan tubuh keyra kembali di kursi karena tadi pria itu mendekap keyra dan membuat gadis itu tidak sadarkan diri di bahunya. Yuta menurunkan kursi keyra agar gadis itu dapat berbaring dengan nyaman.

Setelahnya yuta mendial sebuah nomor yang begitu sering ia hubungi. Nada sambung ketiga dan pada akhirnya panggilan nya terhubung

"Tae Gantikan saya. Urus semuanya hari ini. Suruh Kun jaga si kembar. Keyra sakit."

Setelah mengatakan kalimat itu, tanpa menunggu respon dari sebrang sana yuta memutuskan panggilan sekaligus mematikan ponselnya.

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang