slowly

27 6 0
                                    

"kayaknya dia dapet beberapa ingatannya. Dan yah seperti yang kamu tau, reaksinya kayak gini. Kepalanya Bakal sakit banget. Kalau nanti dia demam kasih aja ini."

Kun lalu meletakkan beberapa obat di atas nakas di sisi ranjang yuta.

"Jangan kasih obat itu lagi Kun. Biarkan ingatannya kembali"

Yuta yang sedang duduk di tepi ranjang menatap mata Kun yang sedang berdiri di sisinya.

"Itu keputusan kamu Hyung?"

Yuta mengangguk pelan. Pria itu lalu menghela nafas pelan dan tersenyum tipis melihat raut khawatir Kun.

"Johnny Hyung udah ngizinin. Lagipula saya pasti bisa melindungi keyra. Jangan khawatir"

"Tapi mungkin mulai sekarang dia bakal sering sakit kepala dan demam. Kamu tau kan waktu itu mereka ga main-main? Jadi efek sampingnya pasti lebih berat"

Yuta mengangguk pasti. Di matanya tidak lagi ada keraguan. Dan Kun kini hanya mampu menerima keputusan yuta dengan yakin. 

.
.
.
.
.
.

Keyra POV

Aku membuka mataku perlahan. Dan hal pertama yang ku rasakan adalah sakit pada kepalaku. Dan yang berikutnya adalah telapak tanganku yang terasa sakit dan panas di saat yang bersamaan. Aku lalu mengangkat tangan kananku dan benar saja, telapak tangan kananku di perban. Ah? Bahkan sepertinya di jahit.

"Eh sudah bangun?"

Suara yang ku yakini dengan pasti adalah suara yuta itu membuatku menolehkan kepalaku ke arah kanan. Tampak yuta yang tanpa atasan dengan rambut basah dan hanya mengenakan celana training. Pria itu dengan cepat mengenakan kaus hitamnya lalu berjalan ke arahku. Ah? Aku baru sadar ini bukan kamarku.

Aku merasa suhu tubuhku meningkat. Dan lagi, kebiasaan lama itu muncul. Aku ingin memeluk seseorang ketika demam. Dan biasanya yangyang adalah orang yang ku peluk.

Yuta kini sudah duduk di sisiku seraya memegang dahiku.

"Kamu demam" gumam pria itu dengan raut khawatirnya.

"Yuta. Mana yangyang?"

"Hm? Kenapa?"

"Mana yangyang?"

" Kamu lupa? Yangyang sama Nana lagi pergi. Mereka kan lagi ke Jepang untuk pertandingan sepak bola mereka"

Ah benar. Yangyang sudah mengatakannya tadi pagi. Bahkan sebulan yang lalu. Aku lupa.

"Kita makan abis itu minum obat ya"

Yuta lalu meninggalkanku di kamar ini sendirian. Aku bahkan belum mengatakan iya atau tidak.

Ah aku benar benar menginginkan yangyang.  Aku ingin memeluk seseorang. Mataku mulai berair mengingat ibu yang selalu memelukku saat demam. Itu adalah awal dari kebiasaanku saat demam. Harus ada yang memelukku agar aku bisa kembali tidur.

"Hiks"

Ah padahal aku sudah berjanji tidak lagi menangis karena merindukan ibu. Tapi aku benar-benar ingin di peluk ibu. Aku merindukan mereka. Sangat. Biasanya ada yangyang. .

"Key?"

Suara yuta membuatku menatapnya isakan kecilku masih belum bisa terhenti.

"Hey? Kenapa nangis? Heh? Apa yang sakit hm?"

Pria itu dengan panik menaruh nampan di tangannya lalu menghambur ke arahku. Pria itu menatapku khawatir dari atas.

"Yuta hiks. Mau hiks mau yangyang. Mau peluk yangyang hiks."

"Oke kita telfon yangyang ya"

Yuta segera mendial nomor yangyang lalu menekan tombol speaker agar aku dapat mendengar suara dari telfon itu. Aku segera saja beranjak duduk. Dan seketika pening kembali menyergapku membuatku hampir kembali jatuh ke samping. Untung dengan sigap yuta menahanku. Kini aku sedang bersandar di bahunya. Tangannya yang tadi menopangku kini ia lingkarkan di bahuku.

"Halo? Yuta Hyung?"
Suara yangyang akhirnya terdengar

"Yangyang!! Hiks pulang!!"
Aku langsung saja merengek tanpa berusaha menahan isakanku.

"Eh? Ka key? Kenapa?"

"Mau hiks peluk yangyang hiks"

"Hahah. Kaka lagi demam ya?"

"Hiks iya hiks. Cepat pulang sekarang!"

"Haha mana bisa. Tiga hari lagi yangyang pulang hm. Tunggu sebentar."

"Huwaaa yangyang mau peluk!!"

"Iya iya. Kaka peluk yuta Hyung dulu hm."

Aku hanya diam tidak menanggapi Kalimat Yangyang. Aku sibuk mengatur isakanku yang semakin kencang. Aku ingin yangyang. Bukan yuta.

"Yuta Hyung"

"Ya?"

"Tolong jaga ka Keyra dulu ya. Peluk dia sampai pagi. Dia ga bisa tidur kalau ga di peluk pas demam. "

"Baik"

"Ka Key dengar? Yuta Hyung yang bakal meluk Kaka. Sudah jangan nangis lagi hm. Yangyang harus latihan. Nanti lagi ya!!"

Tepat setelah kalimat panjang itu sambungan terputus. Yuta lalu meletakan bantal di belakangku dan dengan perlahan membuat tubuhku bersandar di sana.

"Ayo makan. Abis itu minum obat lalu tidur."

Aku hanya diam. Karena demi apapun kepalaku sakit sekali. Aku sering demam karena kelelahan tapi demam kali ini berbeda. Kepalaku tidak pernah sesakit ini sebelumnya.

Yuta sudah menyuguhkan sesendok bubur di depan bibirku. Sedangkan aku hany pasrah menerima setiap suapannya. Isakanku sudah berhenti. Begitu pula air mataku.

Hingga beberapa menit berlalu. Kini aku sudah meminum obatku. Ah aku seorang dokter tapi aku bahkan tidak lagi peduli obat apa yang ku minum.

"Ayo tidur. Kepala kamu sakit kan?"

Aku hanya mengangguk lalu membaringkan tubuhku. Yuta lalu ikut berbaring dan masuk kedalam selimut yang ku gunakan.

Dari jarak sedekat ini aku dapat menghirup aroma mint bercampur cokelat milik yuta. Ah benar-benar seperti yuta. Manis dan dingin di saat bersamaan.

Perlahan yuta tidur menghadap ke arahku. Begitu pula aku yang tidur menghadap pria itu. Yuta lalu mulai melingkarkan tangannya di pinggangku sedangkan tangan satunya menopang kepalaku. Kini aku berada di bahu yuta dan melingkarkan lenganku pada pinggangnya. Ah nyaman sekali.

"Yuta"

"Hm?"

" Kita pernah makan es krim di taman. Terus latihan nembak kan"

Yuta bungkam sesaat. Kepalaku kembali sakit mengingat kejadian itu. Tanpa sadar aku meringis pelan.

"Shh. Pelan pelan kamu pasti inget key. Jangan memaksa. Nanti makin sakit."

"Yuta. Siapa kamu di hidup saya?"

Aku merasa yuta semakin mengeratkan pelukannya padaku.

"Saya gak tau. Tapi yang saya tau, kamu adalah cahaya yang ada di hidup saya. Dan saya bakal nunggu kamu kembali key."

Aku tidak begitu mengerti ucapan yuta. Karena lagi kepalaku sakit sekali. Jadi yang ku lakukan hanya bergumam pelan dan bergerak lebih masuk ke dalam pelukan yuta. Mencari posisi ternyamanku. Setelahnya aku mulai memasuki dunia mimpiku.

.
.
.
.
.

Hehe panjang ya :)
928 word😭👍

Padahal isinya cuma gini :(

Tapi gak papa. Semoga sukaaaaa.

Thank u for reading 💚

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang