Ruangan kelas satu pada rumah sakit itu terlihat begitu ramai, suara menyahut pertanyaan, lontaran tawa hingga hening yang menyeruak sesaat menjadi pendengaran biasa bagi Jung Hoseok. Pemuda itu sesekali ikut menimpali, ketika candaan atau pertanyaan tertuju pada dirinya.
Namun hari ini, fokusnya sedikit terbagi. Ketika teman kerja, hingga beberapa rekan menari nya menyambangi rumah sakit untuk melihat keadaan juga wajah si bintang jalanan. Pandangannya terus mengarah pada pemuda jangkung yang tengah terlelap, sembari meringkuk diatas kursi pada sudut ruangan besar itu.
"Hah? Oh, iya hati-hati dijalan!" Hoseok tersenyum kecil, ketika orang-orang yang menjenguk dirinya memilih untuk kembali pulang dan keluar dari dalam ruangan kelas satu yang ia tempati.
Beberapa menit terlalui, menatap Namjoon yang masih tidur disudut ruangan. Terlihat begitu lelap, walaupun Hoseok tahu bahwa posisinya tidaklah nyaman. Pemuda itu memilih untuk menghampiri, dengan bantuan alat jalan yang sudah tersedia disamping brankar tempatnya dengan sulit.
Satu menit lebih Hoseok mencoba, membuahkan hasil yang membuatnya menghela lega. Berjalan perlahan menuju Namjoon disudut ruangan, menatap wajah elok yang begitu tenang dalam tidurnya.
"Joon, bangun dulu ayok. Lo belom makan dari semalem," Hoseok menepuk bahu Namjoon beberapa kali yang membuat pemuda jangkung itu membuka matanya cepat.
"Astaga Hoseok. Kenapa turun?"
Hoseok terkekeh geli, ketika Namjoon meraih kedua lengannya untuk ditahan. "Hahaha, gapapa kok!"
"Gapapa apanya? Lo tuh cedera parah! Tulang kaki lo retak!"
Seruan keras dari Namjoon menghilangkan senyum pada wajah Hoseok, pemuda itu menatap kosong sebelum tubuhnya terasa berat untuk ditopang dengan sebelah kaki kanan. Benaknya sudah menerka, dan melayang jauh akan separuh hidupnya yang mungkin telah hancur.
•
•
•
Awan biru itu melindungi seorang pemuda kecil yang tengah berdiam diri dibawah pohon oak pada taman besar rumah sakit. Dua sudut bibirnya tak menampilkan senyum indah seperti dahulu kala. Rautnya sendu, mengawang di benak berisi satu kekosongan. Kakinya terbalut perban yang melilit rumit, juga alat bantu jalan berdiri tegak disamping tubuh nya.
Pernah mendengar, jika seorang penari mati dua kali. Dan kematian pertama adalah yang paling menyakitkan.
Jung Hoseok, tak lagi bisa menari dibawah gemerlap lampu jalanan.
Termenung sedari satu jam lalu, menikmati angin cukup hangat disana. Pejaman matanya tak juga terbuka, sebelum tepukan lembut ia dapatkan pada bahu kanannya. Mata indah itu perlahan terbuka, mendapati pemuda dengan senyum kotak berdiri tegak menghalangi sinar mentari yang semula menyorot jelas bolat cokelat madu miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rockstar • namseok • [ End ✓ ]
FanfictionKetika dunia hanya berpusat pada sang Rockstar, mengabaikan berlian jalanan yang terus berjuang sendirian. Kim Namjoon dan Jung Hoseok