Takdir kita yang tulis

599 100 39
                                    

Hoseok merenggangkan otot tubuhnya, yang terasa kaku karena dingin menyambut sedari lima hari lalu. Mata nya menerawang jauh kebalik tirai yang belakangan ini jarang ia buka. Lalu segera beralih pada ranjang disebelahnya, sudah menjadi kegiatan rutin selama Namjoon tak lagi mengisi kekosongan disana.

"Pagi Joon,"

Senyuman tipis sudah menetap jadi kebiasaan pemuda kecil itu, mengelus seprai abu muda nya beberapa kali. Sebelum beranjak dari kasur luas yang terasa masih penuh kenangan dua manusia. Hoseok menghela pelan, setelah berhasil memakai sandal berbulu yang Namjoon belikan sebagai hadiah ulang tahun sang kekasih hati.

"Hari ini, kita ketemu ya? Tungguin gue, mau mandi dulu" Hoseok terkekeh kecil, lalu melangkahkan tungkai yang sudah hampir baik-baik saja itu menuju kamar mandi.

Pemuda itu sudah melalui berbagai macam suasana hati, sudah melalui berbagai macam caci-maki, sudah melalui berbagai macam musim. Hingga melalui empat tahun sendirian, tanpa kekasih hati yang masih bersarang dalam lubuk jiwa juga raga nya.

Semuanya berangsur membaik, Hoseok tak lagi mendengar gunjingan orang-orang. Tak lagi mendengar segala hal yang membuat ia berubah tak enak hati. Hoseok menjadi sosok yang lebih kuat, dikelilingi cinta juga kasih sayang berlimpah dari sang Adik, kedua orang tuanya hingga teman-teman yang ada disekitarnya.

Namun, masih saja rasanya tak lagi lengkap. Tanpa Namjoon, yang tidak ada disisinya.

Jadi Hoseok memutuskan, untuk bertemu pemuda jangkung itu setelah sekian lama.

Hoseok menatap luas pemandangan didepan sana, sungai yang menghiasi sekeliling tanah yang ia pijak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hoseok menatap luas pemandangan didepan sana, sungai yang menghiasi sekeliling tanah yang ia pijak. Hoseok memenuhi rongga dadanya dengan udara segar disana, sebelum kedua tungkai kurus nya kembali bergerak. Menjauhi mobil Seokjin yang sempat ia pinjam, setelah berhasil meyakinkan pemuda berbahu lebar itu untuk pergi sendirian.

Senyumnya mengembang lebar, degupan jantung tak beraturan kembali ia rasakan. Hoseok menghentikan langkah dihadapan batu nisan satu-satunya disana, dipenuhi putih dari langit. Memilih untuk membersihkan dengan tulus dalam diam, mengelus lembut bingkai foto yang berisi wajah dengan senyum khas disana.

Hoseok mengecup lama batu yang cukup besar itu, membiarkan bibirnya terasa membeku. Mengabaikan pita suaranya begitu tercekat, setelah air mata yang sedari tadi ia tahan telah mengalir bebas.

"Hei," Hoseok meletakkan dua tangkai mawar merah dihadapan foto pemuda jangkung itu. Kemudian memilih untuk duduk disampingnya.

"Lo kedinginan gak?"

Syal rajut berwarna hijau tua yang semula melilit sederhana pada tengkuknya, Hoseok lepaskan. Memilih untuk dililit rapih pada batu nisan yang bertuliskan nama sang kekasih hati, membuat dirinya tersenyum puas.

Rockstar • namseok • [ End ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang