𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐈𝐈 - 𝟎.𝟏

1K 61 5
                                    

🔞 Author POV 🔞

Pukul 10 di malam setelah pernikahan, Taeyong dan Nana terbang ke Paris untuk melakukan tradisi pasutri baru. Honeymoon.

Nana sempat menolak ide Taeyong ini yang menurutnya menghabiskan banyak uang, karena di negaranya sendiri punya banyak keindahan alam. Namun Taeyong tetaplah Taeyong. Dia bilang ingin menyajikan awal dari kehidupan baru mereka sebaik mungkin.

Taxi yang mereka tumpangi akhirnya sampai di sebuah hotel. Pasangan suami-istri itu segera membawa masing-masing koper memasuki hotel.

"Haaahhh... sampai juga akhirnya," desah Taeyong setelah membanting tubuhnya ke ranjang.

"Bersih-bersih dulu," titah Nana.

Taeyong melirik istrinya yang sedang menyusun baju ke lemari di kamar itu, lalu mendekatinya.

"Eh? Nggak usah, aku aja. Kakak mandi aja sana," cegah Nana saat Taeyong ikut melakukan apa yang dia lakukan. Taeyong menggeleng cepat.

"Selagi aku bisa bantu istri, kenapa nggak?" ucapnya. Nana menghela napas lalu tersenyum teduh pada Taeyong, tapi seketika ia mencebikkan bibir.

"Kakak tau? Kata orang pasutri itu manis di awalnya doang," sindir Nana, tapi secara mengejutkan Taeyong mengangguk setuju.

"Itu karena mereka menikah bukan karena cinta, tapi karena nafsu. Fokusnya cuma di malam pertama dan segala hal yang suami-istri lakukan. Berbeda dengan cinta, mereka akan menahan nafsu dan mementingkan kebahagiaan pasangannya terlebih dahulu," jelas Taeyong panjang lebar, lalu menatap Nana.

"Sekarang kamu paham kenapa aku bawa kamu ke Paris? Aku mau kamu bahagia dulu, urusan gitu belakangan," ucapnya serius. Tapi terdengar sedikit omong kosong untuk Nana.

"Oh, ya? Terus yang di leher sama dada aku ini apaan? Dijilat setan?" sindir Nana akan kissmark yang hampir memenuhi dadanya, walaupun sudah memudar.

Taeyong tertawa pelan lalu mengacak Surai istrinya. "Itu cara baru saya mengisi stamina, jadi kamu harus terbiasa dengan itu."

Taeyong mendekatkan wajahnya. "Terutama bagian intinya, karena aku nggak akan melewati kesenangan itu satu malam pun," bisik Taeyong dengan senyum nakal di wajahnya.

Nana merasakan pipinya memanas. Taeyong yang melihat wajah sang istri yang kemerahan merasa gemas, dengan cepat ia mendekatkan wajahnya, tapi Nana lebih dahulu menahan dadanya.

"M-Mandi dulu! Kita 16 jam di perjalanan z tau!"

"Setelah itu aku boleh nerkam kamu?" tanyanya dan membuat Nana terperanjat dan tidak bisa menggerakkan mulutnya.

"I'll take that as a yes," ucap Taeyong lagi dengan seringaian di wajahnya. Ia mengecup pipi Nana singkat lalu melangkah semangat menuju kamar mandi.

Pikiran kotor Nana mulai memberikan gambaran-gambaran aneh, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya dan lanjut menyusun pakaian mereka.

"Sakit nggak, ya?" batinnya.

Tak lama, Taeyong keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk melilit bagian bawahnya. Sementara bagian atasnya polos tanpa benang satu pun.

"IH! KAK TAEYONG KENAPA NGGAK PAKE BAJU DI DALEM KAMAR MANDI SIH?!" panik Nana seraya menutupi wajah memerahnya dengan kedua tangan.

"Lupa bawa bajunya," jawab Taeyong sembari terkekeh geli. Ia berjongkok ke di sebelah Nana untuk mengambil bajunya, menyebarkan hawa dingin yang membuat jantung Nana berdegup gila.

"Kenapa harus nutup muka kayak itu sih? Liat aja, kita 'kan sudah suami-istri," ucap Taeyong seraya menarik tangan Nana, tapi nada itu terdengar bisikan untuk Nana dan tubuhnya menegang aneh saat tangan dingin Taeyong menyentuh kulit.

Lecture [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang