𝟎.𝟑

1.2K 110 3
                                    

Walau cerita ini sudah tamat, aku masih butuh vote dan komen kalian.

Makasih! 💚

"Cara lo bales dendam serem juga, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Cara lo bales dendam serem juga, ya." Mark tertawa geli setelah denger cerita tentang kejadian kemarin. "Jadi apa hukuman yang lo terima?"

"Dia nyuruh gue jadi babㅡ" Gue ngelirik Pak Taeyong yang lagi rebahan di ranjangnya, lebih tepatnya tidur. Tapi gue takut dia nge-prank dan denger gibahan gue ke Mark. "Dia minta gue ngerawat dia sampe bisa jalan lagi."

"Then it's gonna take sooo long." Mark menghela napas. "Kalo butuh apa-apa, kasih tau gue, oke?"

"Pasti. Lo 'kan my best babu."

Mark terkekeh. "Ya, ya. Anyway, wanna hang out? Aku punya spot bagus, kamu pasti suka."

༻🌹༺

Ternyata Mark ngajak gue ke danau di lapangan benteng, katanya mau sunset di sini bagus dan selama nyari spot terbaik, Mark terus ngegenggam tangan gue.

Nggak boleh buffer, Na! Nggak boleh! :(

"Tunggu di sini, gue beli es krim dulu. Matcha, right?" tanya Mark setelah nyuruh gue duduk di bangku di bawah pohon rindang.

Gue ngangguk lalu Mark langsung larian ke van es krim yang ada sekitar 7 meter dari kami. Cuma butuh lima menit buat dia balik lagi nyamperin gue, terus ngasih cup es krim matcha gue.

"Gue heran kenapa lo suka Matcha, padahal 'kan pahit," katanya sambil nyendok es krim coklatnya.

"Makanya kalo lo mau nyicip matcha harus sambil liatin gue, dijamin manis dah!" Gue nggak sendiri sama godaan gue. Mark juga, sambil nganggukin kepalanya.

"Tapi nggak semua matcha pahit, kok. Lo waktu itu pernah gue jejelin silverquuen matcha, kan?"

"Waktu itu terasa manis soalnya kan sambil liatin lo, disuapin lagi."

Oke, sekarang dia yang ngegoda gue dan bikin gue salting mampus. :)

"Tapi gue pikir ada alasan lain kenapa gue suka manis dan lo suka pahit."

"Apa?"

"Supaya kita saling melengkapi." Mark ngedipin sebelah mata sambil senyum yang bikin gue pengen cubit pipinya.

So pasti gue salah tingkah! Tapi gue sembunyiin dengan cara ngerotasiin mata. "Oke, cukup. Gue mulai mual."

Mark nunduk, natap es krim yang dia aduk-aduk. Suara tawa kami memudar dan bikin keheningan terasa banget.

Ini bukan keheningan yang nggak mengenakkan, bisa gue bilang keheningan ini perlahan ngebawa kami ke suasana yang lebih dalam dan hangat.

Sampai gue berpikir...

Lecture [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang