"Ini..."
Gue sengaja menggantung kalimat saat otak gue dengan sendirinya ngerespon siapa yang ada di foto itu.
"Kenapa? Kamu cemburu hanya karena saya berpose sama dengan kakak saya?" tanya dia dengan kekehan hambar. Dada gue tiba-tiba terasa sesak.
"Dia berisik dan ngambekan. Satu-satunya orang yang selalu menemani saya tiap kali bermimpi buruk atau pas hujan deras, karena orang tua kami begitu sibuk sama pekerjaan."
Ada kesedihan dari nada bicaranya. Sorot matanya juga menyendu ke arah foto itu. Cukup menjelaskan gue seberapa sayangnya dia ke kakaknya. Dia pasti sangat kehilangan, sama kayak gue yang kehilangan Ayah.
Sejenak, kak Taeyong natap tangannya yang sekarang gue genggam, lalu natap gue dengan kedua matanya yang terlihat membesar.
"Kakak tenang aja, walaupun aku takut hujan juga, tapi aku bakal jagain kak Taeyong seberani mungkin," ucap gue seraya tersenyum ke foto kakaknya. Ngebuat dia terkekeh.
"Itu waktu kecil. Sekarang sudah nggak takut lagi."
"Ya sudah, terus apa yang kakak takuti?" tanya gue, tapi dia nggak ngejawab. Melainkan langsung ngeberesin segala sesuatu yang ada di atas kasur.
"Sini," titahnya seraya ngebuka kedua tangan ke arah gue.
Malu-malu, gue mendekat ke arah dia. Niatnya baring di sebelahnya, tapi dia justru narik gue ke atas dadanya.
Padahal kita sudah sering ngelakuin hal yang lebih dari ini, tapi jantung gue masih terus kehilangan kendali.
Dan yang paling membuat gue semakin menggila adalah jantung kak Taeyong yang juga berdetak nggak kalah cepet di balik dadanya.
Bedanya, dia bisa stay cool. Sementara gue kaga bisa, gue yakin muka gue lagi memerah sekarang.
"Yang saya takuti itu adalah kehilangan kamu," ucapnya pelan dengan sorot mata sayu nan lekat.
"Apapun yang akan terjadi di nanti, saya mohon jangan pergi. Kamu satu-satunya alasan kenapa saya bisa berada di titik ini."
Dia menghela napas dan memejamkan mata. "Jujur, saya juga trauma untuk menginjak Jakarta setelah kematian kakak saya. Tapi saya nggak bisa mengabaikan janji saya begitu aja."
"Janji apa?" tanya gue, sedikit mengerutkan alis.
Dia membuka mata. "Janji yang saya buat sama kamu dua belas tahun lalu, di saat momen mati lampu itu."
Lalu tersenyum. "Saya pernah berjanji kalau saya nggak akan ninggalin kamu."
"Tapi itu 'kan waktu kecil, seharusnya kakak abaikan aja," ujar gue sedikit melirih karena mulai salah tingkah, tapi kak Taeyong justru mengeratkan pelukannya.
"Seharusnya. Tapi saya bersyukur karena nggak mengabaikan janji itu, karena akhirnya saya bisa ketemu kamu lagi dan menikmati hasil pengorbanan saya."
Lagi-lagi, gue mengerutkan alis. "Menikmati hasil?"
"Iya. Kamu waktu kecil 'kan nggak ada mainannya, tapi sekarang sudah ada," jawab dia sambil tersenyum sumringah yang penuh arti kemesuman.
"Kakak emang semesum ini ya orangnya?" gerutu gue dan dia mengedikkan bahu.
"Cuma ke kamu saja yang membara-bara," jawab dia. Lagi-lagi dengan nada santai dan senyum yang sama.
Ternyata di balik sisi psikopatnya, ada jiwa mesum yang meronta-ronta.
Gue mau mukul dada dia, tapi dia lebih dulu nidurin gue di sampingnya. Masih memeluk erat. "Nanti aja pukul-pukulannya. Saya mau tidur, besok ada meeting di kampus."
Gue menghela napas dalam sebelum ngedusel sebentar ke dadanya, menyamankan posisi tidur.
"Nana," panggil dia yang cuma gue bales dengan gumaman singkat.
Dan tanpa gue duga, dia memberikan kecupan dalam di kening gue, membuat gue tertegun dan dugun-dugun bukan main.
"Saya cinta kamu."
𝐋𝐞𝐜𝐭𝐮𝐫𝐞𝐫
©𝐃𝐚𝐞𝐠𝐮𝐝𝐝𝐟 𝟐𝟎𝟐𝟏
Maaf karena chapt ini singkat, maaf karena jarang up, dan maaf karena tiga chapter belakangan terjadi di hari yang sama.
Sengaja fokus ke PDKT mereka
entah ini ngasih chemistry or no
(人 •͈ᴗ•͈)Fyi, aku lagi cedera punggung. Kayaknya kecapekan karena Taekwondo, natap laptop lama-lama (nunduk), dan tidur larut. Hampir dua hari ini aku rebahan doang dan justru bikin sakit kepala. Serba salah ಥ‿ಥ I'll be fine tho.
Anw, kalo kamu mau baca sesuatu yang berbalik dengan ke-uwu-an di sini, bisa cek work aku yang satunya. Yang jelas aku gamau tanggung jawab kalo sampe kit ati (ง •̀_•́)ง
Have a good day y'all, stay healthy!
🌹💚✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecture [✔️]
Fiksi Penggemar🔞 Sebagai anak dari donatur terbesar universitas, tidak ada dosen yang berani memarahi Nana, kecuali Lee Taeyong- the killer docent. Nana pun berencana mengerjai dosen tersebut, ia berhasil melakukannya sekaligus berhasil mengantarkannya pada awal...