𝟏.𝟔

862 94 1
                                    

"Pelan-pelan, kak. Aku takut..." Gue memelas ke kak Taeyong yang lagi agak ngukung gue di bawahnya.

"Rileks. Kemarin sakitnya cuma di awal 'kan?"

"Iya, tapi masih pedih."

"Iya, iyaa... Saya pelan kali ini. Tahan, hm?"

Gue ngangguk pasrah berusaha ngendaliin rasa trauma yang terjadi karena permainan kasar kak Taeyong malam itu.

Ah, iya. Gue udah kebiasa manggil dia kakak dan hubungan kita semakin terbuka dan deket satu sama lain, nggak kerasa kayak majikan dan babu lagi.

"Kak, pelan-pelan..." lirih gue lagi saat ngeliat dia yang sudah siap menyerang.

"Iya, sayang."

Kak Taeyong mengedipkan sebelah mata dengan smirk menghiasi wajah. Gue berusaha untuk nggak salting di saat macam ini, bahkan ketika dia ngedeketin wajahnya ke gue. Sumpah! Semakin deket, rasanya semakin pengen melebur! ಥ‿ಥ



Hingga...



"AHHㅡ!!"



Kak Taeyong yang menikmati pekikkan gue, tertawa puas sambil bertepuk tangan.

"Nggak kasar apanya?! Sakit banget nih!" Dia masih ketawa puas sampe gue nggak ada pilihan lain selain narik tangan dia. "Siap-siap, karma meluncur," desis gue.

Kak Taeyong mencebik bibirnya singkat lalu fokus ke tangan kita yang bergandengan.

"Gunting, batu, kertas!"

Gue gunting dan dia kertas. GOTCHA!

Kak Taeyong dengan pasrahnya natap gue yang lagi niup-niupin jemari. "Ini dia balesan atas kening aku barusan!"

Gue bersiap untuk nyentil dahi dia. Gue yakin demi bumi dan seisinya ini bakalan sangat sakit, mungkin dia bakal geger otak setelah ini.

Tapi Dewi Fortuna ada di pihak dia.

Ponsel gue yang ada di atas lemari mini berbunyi, gue buru-buru ambil untuk ngeliat siapa penelponnya. Lalu gue membeku seketika.

Kak Taeyong ngambil alih ponsel gue dan tanpa pikir panjang ngejawabnya, tak lupa loudspeaker. "Halo, Bu?"

"Halo, Nak Taeyong. Gimana keadaan kamu? Nana gimana?"

"Kami berdua baik, Bu."

Entah emang menyentuh atau gue yang terlalu gampang mewek, mata gue seketika memburam karena air mata setelah denger Ibu nanya keadaan gue.

Tapi dunia kesedihan gue teralih begitu Kak Taeyong bergeser mendekat lalu ngegenggam tangan gue. Kita saling bales senyum singkat sebelum fokus mendengar Ibu.

"Ada yang mau Ibu omongin sama kalian berdua, apa boleh Ibu ke sana hari ini? Mungkin setelah makan siang nanti."

Gue sama kak Taeyong saling lempar pandang sebelum gue mengangguk dan kak Taeyong membolehkan Ibu untuk datang. Panggilan segera diakhiri setelahnya.

"Aku harus buat sesuatu!"

"Apa? Brownies lagi?"

"Nggak. Ager buah aja, aku lagi males buat brownies."

Gue terdiam beberapa saat memikirkan hari di mana brownies yang gue buat sepenuh cinta terbuang sia-sia. Sama kayak segala bentuk kepeduliaan gue pada Mark yang dicampakkan demi cewek lain. Ck!

"Ayo."

"Huh?"

"Ck! Katanya mau buat ager buah. Gimana sih?!"

Lecture [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang