𝟏.𝟏

943 98 2
                                    

Gue beneran nggak betah di rumah ini setelah penuturan kelewat jujur dari pak Taeyong hari itu. Rasanya muka gue selalu memanas tiap kali liat pak Taeyong, malu sekaligus kesel.

Sudah dipandang, disentuh, bibir gue disosor pula. Plus-plus banget si psycho!!

Meskipun begitu, gue ngerasa bersyukur karena sudah bisa balik ke rumah ini. Sesekali gue mikir apa kabar sama pacarnya yang kemaren, tapi gue nggak berani nanya. Orang tiap kali liat dia, bawaannya udah mau melebur! :(

Jadi beberapa hari belakangan, gue belajar secara daring lagi kayak dulu.

Gue berenti di sisi dinding sebelum menuju ke kamar. Sumpah, meskipun gue nggak ngerasain ciuman itu dan masih sedikit ragu dengan eksistensi kejadian itu, gue deg-degan banget tiap kali mau berhadapan sama dia.

Narik napas dalem, gue pun akhirnya melangkah ngedeketin dia yang lagi senderan di punggung ranjang dan naruh teh buatan gue di lemari mini tempat biasanya naruh teh.

Greb

"Sini sebentar."

Tolong dong, gue udah nggak kuat! ಥ‿ಥ

Karena nggak ada pilihan lain dan tangan gue udah dipegang duluan oleh dia, terpaksa gue nurut dan duduk agak jauh di sebelah dia.

"Deketan lagi sini."

"Nggak, makasih."

Pak Taeyong natap gue dan menukik alis kanan dia. "Kenapa sih?"

"Takut bapak serang." Gue buru-buru nutupin mulut gue karena bisa-bisanya keceplosan.

"Ck! Jangan salah paham. Ciuman malem itu bukan serangan, tapi upaya penyelamatan."

Upaya penyelamatan mata kau!
Yang seharusnya buat laki gue justru diambil secara gratis oleh lo!

Eh, nggak deng.
Jajan gue sebulanan lebih 'kan pake duit dia. Tapi ya belom cukuplah! Masa gue semurah itu! :(

Gue ngibasin tangan gue cepet-cepet karena topik ini sedikit sensitif untuk kami berdua yang nggak ada hubungan apa-apa selain majikan dan babu. "Dahlah! Anggep aja nggak pernah terjadi."

"Karena kamu nggak ngerasain, hm?"

PLIS YA, OKNUM BERNAMA LEE TAEYONG KENAPA MERESAHKAN BANGET SIH?!

"Sudah, ya, Pak. Please jangan ngadi-ngadi. Aku mau ke ruang depan buat nyelesaiin tugas agama dari pak Doyoung," kata gue penuh memelas. Emang nggak tahan lagi, broww :(

Pak Taeyong mendengus geli dan ngangguk singkat. "Sebentar, ada yang mau saya tunjukkin."

Gue mulai perhatiin layar laptop-nya. "Saya sudah dapet info tentang penyebar dan juga yang nge-repost video itu." Layarnya nampilin beberapa biodata dan akun sosial media di mana terdapat video gue di akun itu. Gue baru tau kalo pak Taeyong tau ilmu ke-hacker-an.

Dia menatap gue. "Apa perlu saya D.O hari ini juga?"

Gue refleks natap pak Taeyong balik. Sial! Gue lupa kalo posisi kita lagi sedeket ini untuk tatap-tatapan. Gue pun buru-buru ngalihin pandangan dan ngegeleng. "Nggak perlu sekejam itu, Pak. Mana ada yang otw wisuda tuh, kasian."

"Kamu mikirin posisi dia, tapi apa dia mikirin posisi kamu?"

Gue tertegun.

"Dia menyebarkan video penganiayaan kamu tanpa berpikir gimana perasaan kamu sebagai korban dari video yang ditonton oleh banyak orang. Apa untungnya kamu mikirin dia?"

Lecture [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang