WARNING 17+
tapi belom se- "Ah, mantap" gitu kokMet malem minggu! ಠ ͜ʖ ಠ 🌹✨
•
•
•
•
•
•
"Aku nggak bisa nerima lamaran kakak."Perkataan gue seketika merubah air muka kak Taeyong. Dia terkejut, kecewa dan juga sedikit marah.
"Kita sudah tinggal satu atap selama berbulan-bulan dan saling mengenal lebih dalam, Na. Saya juga menafkahi kamu, saya bantuin tugas kuliah kamu, saya bahkan berusaha untuk nggak kebablasan tiap kali bersama kamu."
"E-Eh, denger dulu, kakㅡ"
"Argh! Tau gini, saya perawanin aja kamu dari dulu," geram dia sambil ngusak rambutnya frustasi.
"Omongannya jahat banget ish!" seru gue kesel dan pukul bahu dia.
"Karena kamu nggak tau susahnya nahan nafsu bagi cowok kalo udah kepancing," gerutu dia lalu nyandarin kepalanya ke punggung sofa.
Gue menghela napas, berusaha untuk ngalah dan nggak bikin dia semakin menggerutu. Jadi gue tangkup pipi dia lagi supaya natap gue.
"Kakak kira kita udah saling kenal?" tanya gue dan dia ngangguk males.
"Itu menurut kakak, kalo aku nggak ngerasa gitu. Aku belum tau apapun tentang kakak, cuma beberapa yang kakak ceritain aja."
Gue mendengus samar. "Bahkan umur kakak pun aku nggak tau."
"Jadi selama kita tinggal bareng, kamu nggak pernah cek berkas-berkas saya?" tanya dia dengan kedua alis terangkat.
"Ya, iyalah! Tugas aku di sana jadi babu, bukan jadi mata-mata. Kalo aku berbuat gitu, yang ada kena marah terus diancem dengan embel-embel nilai E," gerutu gue, menumpahkan rasa kesel yang gue pendam selama ini.
Kak Taeyong langsung ketawa terbahak-bahak, kepalanya menggeleng-geleng. "Astaga, ternyata kamu nggak seberani yang saya kira."
"Kalo berhubungan dengan IPK, nyali aku selalu ciut. Apalagi diancem kaprodi sendiri," sindir gue karena dia kepala prodi bahasa inggris, jurusan gue.
Kak Taeyong ngangguk dua kali. "Jadi..."
Dia ngeratin pelukan dia di pinggang gue lagi dan ngedongakin kepala dia ke muka gue, kemudian tersenyum manis.
"Dari mana kita mulai pengenalannya, hm?"
Sudah dari tadi gue nyoba untuk nahan diri supaya nggak salting dan hilang kendali, tapi setelah denger kata hm itu, gue mau angkat tangan ke kamera. Damage-nya bener-bener nggak ngotak.
"Dari sini," ujar gue dengan pelan, seraya nekan bibir bawahnya dengan telunjuk gue.
"Bukannya tadi sudah?" tanyanya dengan alis kanan menukik dan senyum jahil.
Gue mendengus samar, tapi bukan berarti ngambek terus pergi dari tempat ini. Melainkan mengambil langkah pertama dengan ngangkat rahang tegas dia dan mulai ngelumat bibirnya.
Entah kenapa gue pengen banget ngerasain bibir dia, mungkin karena efek nggak ketemu berbulan-bulan.
Well, yeah ... dari sini bisa disimpulkan kalo gue juga keenakan sama ciuman kami tempo lalu.
Gue memimpin permainan kali ini, sementara kak Taeyong cuma membalas karena posisinya juga nggak memberi dia kuasa apa-apa.
Decakan-decakan menggema di ruangan kak Taeyong yang setau gue kedap suara ini, seiring kepala dia semakin menengadah demi membalas lumatan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecture [✔️]
Fiksi Penggemar🔞 Sebagai anak dari donatur terbesar universitas, tidak ada dosen yang berani memarahi Nana, kecuali Lee Taeyong- the killer docent. Nana pun berencana mengerjai dosen tersebut, ia berhasil melakukannya sekaligus berhasil mengantarkannya pada awal...