𝟏.𝟖

774 82 5
                                    

Masih ada yang baca work ini kah?
ಥ‿ಥ


.
.
.


"Tolong pulang, Kak."

Gue memejamkan mata dan menghembuskan napas panjang, sedikit jengkel karena Jisung terus-terusan bilang gini tiap kali gue mau mengakhiri telepon.

Setelah kejadian itu, gue bener-bener pergi dengan bantuan Jaemin. Ke tempat yang belum pernah gue datangi sebelumnya, tapi masih kota Jakarta.

Atau mungkin karena gue terlalu bangga jadi kaum rebahan sampe lupa dunia luar?

"Tolong pulang, Kak. Kami semua khawatir."

Gue mengerutkan dahi. "Kami semua?"

"Aku, ibu, dan Pak Taeyong."

Really?

"Dia nggak pernah absen tiap pagi dan siang dateng ke rumah untuk mastiin keadaan Ibu."

"Dia ke rumah? Sama siapa?"

"Sendirian."

Ah, iya. Baru inget kalo beberapa hari sebelum kejadian itu, Dokter Jung udah izinin dia pake tongkat.

"Walaupun ngomong gitu, aku tau kalo yang paling dia khawatirin itu adalah kakak."

Fakta baru ini membuat gue terdiam untuk beberapa saat. Nggak nyangka kalo dosen itu bakal ngelakuin sejauh ini. Tapi gue nggak boleh baper karena ini cuma dugaan Jisung.

"Kakak tutup dulu. Jaga diri baik-baik."

"Kakㅡ"

Tutㅡ

Gue menghela napas berat dan natap nanar benda kecil di genggaman gue. Semua ini bener-bener menggores hati, tapi gue nggak mau hal buruk terjadi ke mereka lagi.

This is the best choice.

"Sudah selesai?"

Dengan senyum semanis gula andalannya, Jaemin ngedeketin gue yang lagi duduk di bangku outdoor pojokan.

"Sudah. Kenapa?"

"Ikut aku bentar."

Nggak mau bikin Jaemin nunggu lama, gue ngangguk dan buru-buru ngekorin dia yang ternyata menuju ke taman yang ada nggak jauh di belakang kafe.

Jaemin nyodorin kertas coklat yang selalu dipake untuk wadah uang, membuat gue mengernyit. "Apa ini?"

"DP seserahan dari aku buat lamar kamu nanti."

Mata gue seketika membola dan dia langsung ketawa geli. "Lagian kamu ngapain nanya gitu, sih? Ini gaji kamu lah."

Sumpah, bahkan sejak hari pertama kerja di sini pun gue nggak mikirin soal gaji. Kenapa? Karena Jaemin sudah cukup berjasa atas pelarian gue ini.

Dia nyediain gue kos deket sini sekaligus ngasih gue pekerjaan di kafe ini, yang ternyata punya dia. But now, he pay me too?

"Aku nggak butuh ini. Aku sudah terlalu ngerepotin kamu dan bantu kafe ini adalah bentuk bales budi aku."

"Kamu sama sekali nggak ngerepotin aku, Na. Aku cuma ngelakuin kewajiban aku."

"Kewajiban?"

Lecture [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang