𝟏.𝟕

799 83 2
                                    

Maaf kalo cringey ಥ‿ಥ

.
.
.


Gue terdiam dengan pandangan lurus ke Ibu yang lagi ditangani di dalam sana. Berharap semuanya baik-baik aja karena sekesel apapun yang gue rasain tiap kali dia nggak bela gue di depan kak Joy, gue tetep sayang dia.



Dokter yang sama yang gue temui beberapa hari lalu pas kak Taeyong check up, keluar dari ruangan itu lalu nepuk bahu gue. "Ibu kamu nggak apa-apa, jangan khawatir."



"Bohong," desis gue seraya natap tajem dia. Gue paham apa yang barusan terjadi sama Ibu dan gue butuh denger fakta itu secara langsung bukan alibi.



Sadar dengan maksud gue, Dokter Jung menghela napas berat. "Ibu kamu terkena serangan jantung."



Seketika tubuh gue mati rasa. Dokter Jung dengan sigap nangkap gue dan bantu gue duduk di bangku koridor. "Liat apa yang lo perbuat, Na..."



"Jangan salahin diri kamu dulu. Sudah hal yang lumrah kalo orang seumuran Ibu kamu kena serangan jantung."



"Tapi ini memang salah aku, Dok. Seharusnya aku nggak ikutin emosi, Ibu pasti nggak akan di sini sekarang."



"Emangnya apa yang terjadi?"



Gue menghela napas. "Yeri dateng ke rumah kak Taeyong. Aku nggak masalah kalo dia maki-maki aku, tapi dia malah bawa-bawa Ibu. Aku kelepasan, aku kesetanan, dan ngebuat Ibu jadi kayak ini."



Gue menunduk, menyembunyikan wajah dalam kedua telapak tangan gue. Bener-bener menyesali tindakan ceroboh gue yang ngikutin naluri emosi. Hingga sebuah tangan mengelus rambut hitam gue.



"Sudah. Jangan nyalahin diri kamu sendiri. Semua ini sudah permainan takdir dan sebagai manusia, kita cuma bisa pasrah dan berusaha mencari jalan keluarnya."



Karena gue nggak mau Dokter Jung ikut-ikutan merasa prihatin, gue pun mengangguk. Tak lama, seorang suster nyamperin kami dengan tergesa dan ngasih tau kalo ada pasien yang butuh pertolongan segera.



"Saya pergi dulu. Kamu bisa masuk ke dalem kalo susternya udah izinin dan cepet-cepet pencet tombol emergency kalo ada apa-apa." Gue ngangguk untuk kedua kalinya, lalu Dokter Jung melenggang pergi.



Dan di saat sepi kayak ini, overthinking melanda.



Terlalu pusing dengan segala yang muncul di dalam pikiran membuat gue membungkukkan badan dan nutup kedua telinga dengan tangan, berusaha ngehilangin makian-makian yang tiba-tiba terdengar di telinga gue.



Gue bener-bener nggak ngerti. Kenapa di saat gue mulai menjalani hidup, ada aja masalah yang muncul. Apa dosa yang pernah gue lakuin sampe harus disiksa bertubi kayak ini?



"NANA!"



Perhatian gue teralih ke ujung ruangan. Kak Joy berdiri di sana dengan muka yang bener-bener penuh amarah. Dia berjalan cepat ke arah gue dan langsung jambak rambut gue dengan kasar sampe gue terjatuh ke lantai.



Dia narik gue masuk ke dalam lift, kemudian menghujani gue dengan beragam kekerasan fisik. Pintu lift terbuka dan pemandangan basement yang gelap dan sepi terpampang.



Kak Joy nyeret gue lagi sampe ke sisi yang paling gelap dan menghujani gue dengan kekerasan lagi. "Lo kenapa masih muncul di kehidupan kita lagi, hah?! Belum puas lo ngebuat keluarga kita menderita?!"



Lecture [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang