6. Intoleransi pada Objek Fantasi

209 51 1
                                    

Mulmed by Pinterest: Pont de Nydegg.

-o0o-

Membayangkan memandangi Pont de Nydegg bersama perempuan yang baru saja ia tolak pernyataan cintanya, tidak pernah dilakukan oleh Asgard sebelumnya. Jembatan yang membelah Sungai Aare itu membentang kokoh di atas perairan yang tampak kehijauan. Beberapa kali terlihat mobil yang melintas, tetapi tidak padat seperti kota metropolitan pada umumnya. 

Setelah dari masjid tadi, keduanya kembali berjalan menyusuri Bern yang luasnya hanya sekitar 50 km persegi. Alih-alih menyambangi tempat terkenal dengan suasana indoor yang tepat untuk berteduh dari panas, Asgard memilih melihat jembatan yang panjangnya tak seberapa itu. Moana pun menuruti karena sudah terlanjur menawarkan diri untuk menjadi pemandu wisata.

"Ada apa di seberang sana?" Asgard menunjuk jauh ke seberang jembatan sambil menoleh pada Moana yang berdiri di sampingnya.

"Baren Park. Baren itu beruang. Jika kamu belum tahu kenapa salah satu patung mekanik Zytglogge juga berbentuk beruang, karena hewan itu menjadi lambang Kota Bern."

Asgard mengangguk beberapa kali sebelum membidikkan kamera pada panorama Sungai Aare. Setelah melihat hasilnya, ia kembali menatap Moana. "Mau menjadi model?"

Senyum lebar perempuan itu terbit. Ia segera beranjak dan memosisikan diri di dekat pembatas jembatan. Tubuhnya menghadap Asgard dengan tangan kiri bertumpu pada pembatas. Kepala perempuan itu dibuat menoleh pada Sungai Aare, hingga wajahnya hanya tampak samping di layar kamera.  Sementara kakinya dibuat seakan melangkah.

Setelah beberapa kali berganti pose dan Asgard mencibirnya, Moana segera berdiri tegak dengan kesal. Kedua tangannya terlipat di depan dada dengan ekspresi memberengut. Tepat saat angin berembus dan menerbangkan helai rambut terurai Moana hingga menutupi sebagian wajah, Asgard dengan cepat menangkap momen itu dengan kameranya. Potret itu yang Asgard mau, natural.

Moana segera menyusul Asgard setelah merasa kepanasan. Sambil berjalan, ia kembali memakai kacamata hitam yang sejak tadi tergantung di atasannya. Sampai di hadapan Asgard, perempuan itu bertanya, "Nggak apa-apa kalau foto aku ada di sana? Atau ... jangan-jangan di memory card kamu emang penuh foto cewek?"

Asgard terkekeh sambil membenarkan cangklongan ranselnya. "Mau lihat foto mereka?"

Moana segera bergidik. Membayangkan banyak foto perempuan bak super model di kamera lelaki itu membuatnya kesal sendiri. Ia jadi berpikir, lelaki seperti apa sebenarnya Asgard itu. Dari ucapannya, ia tampak seperti muslim yang taat, tetapi mengingat banyak perempuan yang mengelilinginya, Moana jadi sangsi. 

"Gard, foto cewek-cewek itu kamu apain? Kayaknya nggak mungkin kalau cuma jadi objek foto, bisa aja mereka kamu jadiin objek fantasi. Terlebih, kata kamu mereka lebih cantik dari aku," tuduh Moana.

Lelaki itu terkekeh semakin keras kali ini. Moana benar-benar perempuan blak-blakan, bahkan paling to the point di antara banyaknya perempuan yang pernah ia temui. Ia sampai memegangi perut karena tertawa. "Apa aku terlihat seperti laki-laki semacam itu? Moana, misal pun ada perempuan telanjang di hadapanku, kendali nafsuku akan tetap menang. Bagiku perempuan adalah makhluk mulia yang tidak pantas dijadikan objek seperti yang kamu pikirkan, dalam bentuk apa pun itu. Selain menjadi model tentu saja. Entah itu dalam potret gambar maupun langsung, berpakaian tertutup atau sepertimu bahkan yang lebih terbuka sekalipun. Perempuan seistimewa itu bagiku."

Moana membisu di tempatnya. Ia tampak membuka bibir, hendak berbicara, tetapi urung.

"Masalah kuapakan foto-foto itu, tenang saja. Seperti yang sudah kubilang, hanya akan kusimpan tanpa membukanya. Lagipula, aku hanya mengambil satu atau dua foto, yang lain kuhapus. Kecuali kalau si model meminta foto tersebut."

Catatan sang Musafir (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang