Epilog: Awal Catatan Baru

248 44 20
                                    

"Kan, bener. Aya bilang juga apa, pasti pas Mas nikah Aya nggak bisa pulang." Kaki gadis itu menghentak di hadapan sang kakak, tepat saat baru sampai di tempat makan di mana mereka janji bertemu.

Asgard sendiri terkekeh kecil sambil mengelus kepala Gahya. "Duduk, Ya."

Gahya belum luluh. Meski ia menuruti Asgard untuk duduk, tetapi masih tatapan tajam yang ia berikan. Tak hanya pada Asgard, tetapi juga pada perempuan bercadar di samping lelaki itu.

"Yang penting Mas datang ke Saudi buat nemuin kamu, kan?" Ia melirik perempuan di sampingnya. "Sesuai janji juga, bersama istri Mas."

Bibir Gahya mencebik dengan tangan terlipat di depan dada. "Tau ah. Mana ngabarin nikahnya mendadak banget. Asli, Aya kesel sama Mas, sama Mbak juga. Bisa-bisanya nggak deketin adeknya dulu sebelum masnya. Pokoknya Aya ngambek."

Gelengan tak habis pikir diberikan Asgard sebagai respons. Entah dari apa kepala adiknya itu terbuat, benar-benar keras. Sementara perempuan di sanpingnya hanya terkikik sejak tadi, tak berniat membantu sedikit pun.

"Mau ikut Mas sama Mbak jalan-jalan atau tidak?" Pertanyaan yang dilontarkan sang istri itu sukses membuat Asgard melotot, sedang Gahya di seberangnya tersenyum penuh kemenangan.

"Boleh, tuh. Tapi dengan syarat, jangan jauh-jauh dari sini plus jangan mesra-mesraan depan Aya. Aya nggak mau jadi obat nyamuknya Mas Asgard sama Mbak Nizwa, titik."

Sementara Nizwa terus tertawa, Asgard semakin menekuh wajahnya. Pupus sudah rencananya hanya menghabiskan waktu dengan sang istri, Nizwa.

-o0o-

Saat akhir pekan, keduanya benar-benar mengajak Gahya berkeliling. Tentu saja gadis itu yang menjadi pemandu jalan pada akhirnya. Tak jauh-jauh, mereka kembali berakhir di Istana Murabba, tempat yang pernah dikunjungi Asgard dan Gahya dulu.

Gahya berjalan selangkah di depan. Sembari berkeliling, Gahya pun menanyakan banyak hal pada keduanya.

"Mbak, kok bisa beneran sama Mas Asgard, sih? Padahal, waktu itu katanya nggak jadi gara-gara Mbak Nizwa udah sama orang lain. Mas Asgard sampai nangis-nangis, loh," tanya Gahya setengah mengejek.

"Jangan fitnah kamu, Ya," sambar lelaki itu.

Kekehan Gahya lolos begitu saja. "Fitnah dari mananya? Orang Ayah sendiri yang cerita. Udahlah, Mas, nggak usah gengsi-gengsi. Lagian Mbak Nizwa udah jadi istri Mas ini."

Jika bisa, Asgard ingin sekali melakban bibir Gahya yang ember itu.

Setelah tawanya mereda, Nizwa pun menjawab, "Calon Mbak yang waktu itu membatalkan pernikahan. Ya ... intinya ada sesuatu yang tidak bisa Mbak ceritakan sama kamu. Yang jelas, entah bagaimana, masmu mendengar kabar itu dan ya ... kamu tahu sendiri bagaimana akhirnya."

Kali ini Asgard tersenyum lebar, lantas bergumam, "Memang kalau jodoh, tidak akan ke mana."

"Oh iya, Mbak. Sejak kapan Mbak Nizwa pakai cadar? Jangan-jangan karena Mas Asgard," tuduh Gahya.

Lagi-lagi decakan Asgard terdengar. Entah sampai kapan sang adik akan menyudutkannya dengan pernyataan tak berdasar itu.

"Bukan karena masmu, ini keinginan Mbak sendiri, Ya. Kalau ditanya sejak kapan, niatnya sejak dulu, tapi baru benar-benar merealisasikan setelah nikah sebulan yang lalu."

Gahya langsung berbalik badan dan berjalan mundur. Tatapan matanya penuh sorot menggoda pada sang kakak. "Seneng ya, Mas? Nggak ada yang bisa mengagumi kecantikan Mbak Nizwa selain Mas sekarang."

Lagi-lagi Nizwa terkekeh dan Asgard berakhir dengan mengelus dada.

"Catatan baru akan dimulai. Kali ini bukan tentang musafir yang buta arah, melainkan lelaki yang telah menemukan rumah."

-Selesai-

Fiuhhh! The long journey is finally finished. Thanks for readers yang sudah berkenan membaca cerita yang jauh dari kata sempurna ini. Buat yang sudah mendukung dengan memberi vote, terima kasih banyak. Juga, untuk silent readers, it's really great for me to have you, karena dari awal, aku memang menulis bukan untuk vote atau komentar, melainkan terapi mental untuk diriku sendiri.

The important thing, hal buruk yang kalian dapat dari cerita ini atau ceritaku yang lain, segera buang. Be smart readers, karena tiap cerita pasti memiliki sisi gelapnya masing2. Dan suatu hal yang patut disyukuri jika cerita ini membawa dampak baik untuk yang membacanya, semoga.

Mengenai project selanjutnya, SUDAH ADA. Hanya saja, aku masih mematangkan ide sana-sini untuk beberapa cerita itu. Jadi, biarkan aku hiatus dari dunia novel untuk beberapa saat. See you next projects.

Catatan sang Musafir (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang